Jumat, 09 Februari 2018

Profosal Skripsi Kandungan BK, BO, dan LK Jerami Jagung

KANDUNGAN BK, BO, dan LK JERAMI JAGUNG PANEN MUDA YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS FERMENTOR (BOS, TANGGUH, dan BOSTER)





OLEH


Oji Mulyono
B1D013201



Pofosal Diajukan untuk Menyusun Skripsi



FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016






BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam usaha peternakan. Ketersedian pakan sangat berfluktuasi, berlimpah pada musim hujan dan terjadi kekurangan saat kemarau. Hal tersebut menjadi hambatan dan sekaligus tantangan bagi para peternak untuk  tetap menyediakan pakan dengan kandungan protein yang tinggi, murah dan berkelanjutan terutama pada musim kemarau. Nelson (2011) menyatakan bahwa penyedian pakan telah bergeser pada upaya eksplorasi dan pemanfaatan bahan pakan nonkonvensional dengan nilai kompetisi yang masih rendah.
Peningkatan produksi ternak ruminansia memerlukan penyediaan pakan dalam jumlah besar, terutama pakan kasar seperti hijauan sebagai sumber gizi agar ternak dapat berproduksi, untuk meningkatkan populasi. Namun ketersediaan hijauan bagi ternak ruminansia sering kali menghadapi berbagai kendala bila ditinjau dari upaya penyediaan hijauan yang telah dilakukan sangat tidak mendukung karena areal penanaman hijauan yang semakin sempit.
Pakan ternak ruminansia seperti sapi dan kerbau sangat dikhawatirkan oleh para peternak apalagi pada musim kemarau, adanya fluktuasi pakan dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas, dan adanya pengaruh musim kemarau di Indonesia menghambat pertumbuhan dan produktivitas ternak, kendala ini dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah pertanian seperti jerami padi, jerami kacang kedelai dan lain sebagainya, yang dapat diperoleh pada saat musim panen sebagai bahan alternatif hijauan pada saat musim kemarau (Suryahadi, 1995).
Limbah tanaman pangan dan perkebunan memiliki peran yang cukup penting, dan berpotensi dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak ruminansia sepeti sapi, kambing, domba dan kerbau terutama pada musim kemarau. Pada musim kemarau hijauan rumput terganggu pertumbuhannya sehingga pakan hijauan yang tersedia kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Bahkan di daerah – daerah tertentu rumput pakan ternak akan kering dan mati sehingga menimbulkan krisis pada hijauan. Selain itu, sistem pemiliharaan ternak ruminansia sebagian besar masih terganggu pada hijauan pakan, berupa rumput  dan pakan hijauan lainnya dengan sedikit atau tidak ada pada pakan tambahan (Baharuddin, 2008).
Jerami dianggap tidak memiliki nilai ekonomi, bahkan cenderung dianggap sebagai limbah. Di Korea, budaya membakar jerami sudah ditinggalkan sejak tahun 90-an. Sedangkan di Jepang jerami dipotong-potong dan dikeringkan untuk kemudian dibenamkan kedalam tanah saat membajak. Langkah ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesuburan tanah.
Salah satu jerami yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan adalah jerami jagung. Oleh karena itu, jerami jagung sangat penting untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia khususnya sapi potong, kambing dan domba agar dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga produksi daging akan meningkat yang akhirnya tujuan swasembada daging dapat tercapai.
Cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan pakan alternatif dari sisa perkebunan atau pertanian. Apabila dilihat dari harga dan ketersediaannya, maka pakan yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan seperti jerami jagung mempunyai nilai ekonomis yang lebih baik karena bahan makanan ini belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai pakan ternak. Selain itu pemanfaatan jerami jagung sebagai pakan ternak ruminansia merupakan salah satu cara penanggulangan pencemaran lingkungan. Keuntungan dari penggunaan pakan alternatif adalah biaya pakan rendah, mudah didapatkan dan tidak bersaing dengan manusia. Salah satu bahan pakan alternatif yang dapat digunakan adalah jerami jagung. Tanaman jagung banyak tersebar di beberapa daerah yang ada di Indonesia, baik tanaman jagung yang difungsikan untuk pangan manusia atau sebagai pakan ternak.
Meningkatnya jumlah produksi jagung juga akan meningkatkan limbah tanaman jagung. Limbah tanaman jagung berkisar 5- 6 ton bahan kering per hektar. Saat ini sangat sedikit dari peternak yang memanfaatkan jerami jagung. Setelah jagung diambil, maka jerami jagung dibiarkan sampai membusuk atau dipotong dan dibakar.
Untuk mengatasi masalah kekurangan pakan, peternak bisa memanfaatkan limbah pertanian yang cukup banyak tersedia disekitarnya antara lain limbah jerami jagung.  Jerami pada umumnya tidak digunakan oleh pemiliknya. Kalaupun digunakan oleh orang lain, tidak ada perhitungan ekonomi antara pemilik dengan pengguna jerami tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan tentang rendahnya kualitas limbah pertanian diperlukan suatu teknologi pengolahan limbah jerami. Terdapat beberapa cara pengolahan limbah atau pakan guna meningkatkan nilai gizi pakan tersebut, diantaranya adalah perlakuan fisik, perlakuan biologis dan perlakuan kimia. Perlakuan biologis yaitu dengan menggunakan probiotik seperti Bos, Tangguh dan Boster yang terdapat unsur bakteri yang dapat merombak kandungan nutrisi limbah jerami jagung dan salah satunya adalah dengan cara fermentasi.
Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi jerami jagung adalah mikroba dari tiga jenis probiotik antara lain Bos, Tangguh dan Boster  mengandung mikroba perombak bahan organik, penambat nitrogen, pelarut phospat, penghasil fitohormon, dll.
Dari uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang kandungan BO, BK, dan LK jerami jagung panen muda yang difermentasi menggunakan beberapa jenis fermentor (Bos, Tangguh dan Boster), untuk mengetahui kandungan nutrisi pada limbah jerami jagung yang dilakukan pengolahan secara fermentasi.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan suatu rumusan masalah yaitu bagaimanakah pengaruh penambahan proboitik terhadap kandungan BK, BO, dan LK  pada limbah jerami jagung yang difermentasi selama 7 hari.


1.3  Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan guna untuk mengetahui pengaruh  pengaruh fermentasi terhadap nutrisi BK, BO dan LK limbah jerami jagung.
1.4  Kegunaan Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi para peneliti selanjutnya dan para petani peternak.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Limbah Jerami Jagung
Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (daun maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Jagung termasuk tanaman pangan utama di Indonesia (Ferdiaz, 1989)
Tanaman jagung di Indonesia sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh seorang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Madura. Selanjutnya, tanaman jagung lambat laun meluas di tanam di luar Pulau Jawa. Dari hasil survey pertanian Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, daerah sentrum produsen jagung paling luas di Indonesia antara lain adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan DI Yogyakarta, dan perkiraan penurunan produksi jagung relatif besar terjadi di Provinsi Aceh, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, Banten, dan Riau. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia dengan luas areal bervariasi.
Limbah yang ada di Indonesia sangat banyak dan beragam. Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan adalah limbah pertanian. Limbah pertanian merupakan kumpulan dari tanaman-tanaman yang telah mengalami panen dan sisa-sisa hasil panen. Limbah pertanian memiliki sifat yang dapat diperbarui baik melalui perubahan secara kimia maupun biokimia yang umumnya melalui proses fermentasi biologi melalui perombakan secara mikrobiologi (Suwadji, 1999)
Pakan dapat dibedakan menjadi pakan air dan pakan kering. Pakan air didapat dari air minum, air yang terkandung di dalam bahan pakan, atau berasal dari metabolik sebagai hasil oksidasi dan sintesis molekul-molekul di dalam tubuh. Pakan kering mengandung sejumlah air (kurang dari 20%), terdiri dari bahan organik yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan vitamin, serta bahan anorganik berupa mineral dan abu (Tilman dkk., 1989).
Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi produk yang berdaya guna (Ikhsan, 2004). Usaha pengembangan pakan lokal harus terus dilakukan sebagai sumber devisa negara. Selain itu, pakan ternak merupakan faktor penentu keberhasilan dalam peningkatan produksi peternakan. Oleh karena itu perlu diupayakan perbaikan gizi pakan secara kualitas mauupun kuantitas dan tersidia secara kuntinue (Yuwanta, 2000).
2.2 Fermentasi Jerami Jagung
Fermentasi adalah suatu proses pengurain zat dari molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana mengguanakan fasilitas enzim pengurai, dan dihasilkan energi. Peristiwa ini sering dilakukan oleh golongan organisme tingkat rendah seperti bakteri dan ragi, sehingga peristiwa ini sering disebut juga sebagai peragian. Fermentasi diartikan sebagai salah satu bentuk respirasi anaerobik (tanpa oksigen). Salah satu contoh hasil fermentasi adalah asam laktat oleh bakteri Steptococcus Laktispada kondisi anaerob. Mikroba yang berperan dalam proses fermentasi umumnya dari jenis kapang, khimar dan bakteri (Fardiaz, 1989).
Teknologi fermentasi merupakan salah satu cara mengawetkan bahan organik antara lain limbah hijauan pertanian. Berbagai macam cara fermentasi yang dilakukan pada limbah hijauan pertani ini adalah fermentasi asam laktat atau yang dikenal dengan proses ensilase menghasilkan produk silase hijauan (Erowati, 2003).
Proses fermentasi dibantu oleh mikroba dalam kondisi anaerob yang mengubah karbohidrat atau gula tanaman menjadi asam laktat oleh Lactobacillus sp.
2.3 Probiotik
Dewasa ini telah berkembang beberapa perlakuan biologi untuk pakan ternak ruminansia mengguanakan probiotik yang diproduksi secara komersial anatara lain Bos, Tangguh dan Boster yang merupakan starter mikroba yang berguna untuk proses perombakan kandungan nutrisi pakan. Mikroba yang terkandung adalah mikroba anaerob yang berfungsi untuk mempercepat proses perombakan/ dekomposisi bahan organik  sehingga bisa menghasilkan nutrisi bagi tanaman, menetralisir senyawa-senyawa organik.
Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikroba harus mampu menghasilkan perubahan yang dikehendaki secara cepat dan tepat dan hasil yang besar. Sidat unggul harus dipertahankan, sehingga fermentasi bisa terlaksana dengan baik (Fapet_IPB, 2005)
2.4 Kandungan Nutrisi Jerami Jagung
Setiap bahan pakan pada dasarnya mengandung zat-zat nutrisi yang kandungannya satu sama lain berbeda. Kandungan bahan pakan tersebut dapat di ketahui melalui uji proksimat. Melalui analisis tersebut dapat di ketahui kandungan bahan pakan yang terdiri dari air, abu/mineral, protein kasar, lemak, karbohidrat,serat kasar dan bahan ekstrak yang tidak mengandung nitrogen (Kartadisastra, 2004).
2.4.1 Bahan Organik
Bahan organik mengandung nutrisi (protein, karbohidrat, lemak) yang menjadi sumber energi bagi ternak memekannya. Apabila bahan kering pakan dibakar di dalam tanur suhu 550-600oC selama 2-4 jam, yang tersisa di dalam cawan adalah material bahan organik (Sudirman dkk, 2013).
Menurut Tillman (1998), jumlah abu dalam bahan makanan sangat menentukan dalam perhitungan BETN dimana komposisinya terdiri dari protein kasar (PK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK) dan abu. Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan yang berasal dari 14 tanaman sangat berpariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai untuk menentukan jumlah unsur mineral. Menurut Amrullah (2003) komponen abu pada analisis proksimat bahan pakan tidak memberi nilai nutrisi yang penting karena sebagian besar abu terdiri dari silika. Kadar abu pada hijauan banyak dipengaruhi oleh umur tanaman.
2.4.2 Lemak
Menurut Tillman dkk. (1998) lemak adalah semua substansi yang dapat diekstraksi dengan bahan-bahan biologik dengan pelarut lemak. Pada analisis proksimat lemak termasuk dalam fraksi ekstrak eter. Istilah lemak meliputi lemak -lemak dan minyak-minyak perbedaannya adalah pada sifat fisiknya. Hampir semua bahan pangan mengandung lemak dan minyak, terutama bahan yang berasal dari hewan. Dalam tanaman, lemak disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak (Winarno, 1997).
Menurut Suprijatna dkk (2005) lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur C, H dan O yang dapat larut dalam petroleum, benzene dan eter. Lemak merupakan ester gliserol yang mempunyai asam lemak rantai panjang dan merupakan persenyawaan karbon, hidrogen dan oksigen. Lemak dan minyak merupakan bahan yang dapat diekstraksi dengan eter (Wahju, 2004). Lemak merupakan ester gliserol padat pada suhu ruang sedangkan minyak berbentuk cair pada temperatur tersebut (Piliang dan Haj, 2006; Suprijatna dkk., 2005). Lemak berfungsi sebagai insulator untuk mempertahankan suhu tubuh dan melindungi organ-organ dalam tubuh (Piliang dkk., 2006).
2.4.3 Bahan Kering
Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis) (Immawatitari, 2014). Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994).
2.5 Hipotesis
Adanya pengaruh fermentasi terhadap nilai nutrisi Bahan Kering, Bahan Organik dan Lemak Kasar dengan penambahan probiotik Bos, Tangguh dan Boster.

BAB III
MATERI dan METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
Alat – alat Penelitian
1.      Parang sebagai alat untuk memotong dan mencacah jerami jagung
2.      Talenan sebagai wadah untuk mencacah jerami kedelai.
3.      Toples kaca bening sebagai wadah proses fermentasi
4.      Ember untuk melarutkan probiotik
5.      Tarpal untuk mencampur semua bahan
Bahan Penelitian
1.      Jerami jagung
2.      Probiotik Bos, Tangguh dan Boster
3.      Air
3.2  Variabel yang diamati/ diukur
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah limbah atau jerami jagung, yang diambil langsung dari sawah petani, sedangkan untuk mengetahui kandungan nutrisinya dilakukan pengamatan di laboratorium.
3.3  Cara penelitian
Penelitian ini memliki prosedur kerja dalam proses fermentasi jerami jagung antara lain sebagai berikut:
1.      Persiapan alat dan bahan.
2.      Jerami jagung dipotong menjadi ukuran kecil.
3.      Jerami jagung dimasukan kedalam toples untuk proses fermentasi.
4.      Jagung yang dimasukan masing-masing sebanyak 1 Kg/ toples.
5.      Sampel dibagi menjadi 3 perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari 4 kali ulangan.
6.      Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a)      Perlakuan 1 (P0): Jerami jagung + Probiotik  0 ml.
b)      Perlakuan 2 (P1): Jerami jagung + Bos 5 ml.
c)      Perlakuan 3 (P2): Jerami jagung + Tangguh 5 ml.
d)     Perlakuan 4 (P3): Jerami jagung + Boster 5 ml.
3.4  Analisis data

Penelitian ini adalah metode eksperimen dan pengukuran secara langsung dilapangan diambil limbah atau jerami jagung, sedangkan untuk mengetahui kandungan nutrisinya dilakukan pengamatan di laboratorium, kemudian dilakuakan analisis mengguanakan rancangan acak lengkap (RAL), jika hasil anova bernilai signifikan maka dilakukan uji lanjut DMRT.

  
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.

Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

Erowati, D. 2003. Drum plastik berpelat sebagai silo untuk kemasan kedap udara produk silase limbah pertanian. Prosiding Seminar Teknologi Untuk Negri 2003, Vol I, hal: 371-374.

Fapet_IPB. 2005. Dasar penelitian nutrisi. http://fapet.ipb.ac.id/pin/web/Bab_II_3.html. Diakses pada Tanggal 7 Februari 2018.
Ferdiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan I. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
______1992. Fisiologi Fermentasi. PAU. IPB, Bogor.
Ikhsan, M. 2004. Teknik fermentasi hijauan makanan ternak. Artikel UNPAD: Bandung.

Immawatitari, 2014. Analisis Proksimat Bahan Kering. http://immawatitari.wordpress.com. Diakses pada tanggal 08 Februari 2018.
Kartadisastra, H. R. 2004. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.
Piliang, W.G., dan S, Djojosoebagio. Al Haj. 2006. Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Edisi Revisi. IPB Press. Bogor.
Sudirman., Yasin, Suhubdy. 2013. Evaluasi pakan tropis dari konsep ke aplikasi Cetakan I. Pustaka Reka Cipta: Bandung.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu dasar ternak unggas. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suwadji, Edih. 1999. Pemanfaatan kembali limbah industri pertanian dengan menggunakan teknologi radiasi untuk budidaya jamur. Risalah pertemuan ilmiah penelitian dan pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN: Jakarta.

Tilman A.D., Hartadi. H., Reksopadiprojo. S., Prawirokusumo. S., Lebdosokojo. 1989. Ilmu makanan ternak dasar. Fakultas Peternakan UGM: Yogyakarta.

Wahju. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.

Yuwanta, Tri. 2000. Kebijakan pengembangan agribisnis di indonesia berbasiskan bahan baku lokal; Buangaran Sarigih Peternakan: Bulletin of animal science. Edisi Tambahan. ISSN 0126-4400. Fakultas Peternakan UGM: Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat datang, terimakasih sudah berkunjung.
Mohon gunakan bahasa yang sopan dalam berkomentar.
Jika ingin minta data postingan ini, silahkan chat pada kolom yang disediakan.

Terimakasih

Popular Posts

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support