KANDUNGAN BK,
BO, dan LK JERAMI JAGUNG PANEN MUDA YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN BEBERAPA
JENIS FERMENTOR (BOS, TANGGUH, dan BOSTER)
OLEH
Oji Mulyono
B1D013201
B1D013201
Pofosal Diajukan
untuk Menyusun Skripsi
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016
UNIVERSITAS MATARAM
2016
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan dalam usaha peternakan. Ketersedian pakan sangat berfluktuasi,
berlimpah pada musim hujan dan terjadi kekurangan saat kemarau. Hal tersebut
menjadi hambatan dan sekaligus tantangan bagi para peternak untuk tetap menyediakan pakan dengan kandungan
protein yang tinggi, murah dan berkelanjutan terutama pada musim kemarau.
Nelson (2011) menyatakan bahwa penyedian pakan telah bergeser pada upaya
eksplorasi dan pemanfaatan bahan pakan nonkonvensional dengan nilai kompetisi
yang masih rendah.
Peningkatan produksi ternak ruminansia memerlukan
penyediaan pakan dalam jumlah besar, terutama pakan kasar seperti hijauan
sebagai sumber gizi agar ternak dapat berproduksi, untuk meningkatkan populasi.
Namun ketersediaan hijauan bagi ternak ruminansia sering kali menghadapi
berbagai kendala bila ditinjau dari upaya penyediaan hijauan yang telah
dilakukan sangat tidak mendukung karena areal penanaman hijauan yang semakin
sempit.
Pakan ternak ruminansia seperti sapi dan kerbau sangat
dikhawatirkan oleh para peternak apalagi pada musim kemarau, adanya fluktuasi
pakan dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas, dan adanya pengaruh musim
kemarau di Indonesia menghambat pertumbuhan dan produktivitas ternak, kendala
ini dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah pertanian seperti jerami padi,
jerami kacang kedelai dan lain sebagainya, yang dapat diperoleh pada saat musim
panen sebagai bahan alternatif hijauan pada saat musim kemarau (Suryahadi,
1995).
Limbah tanaman pangan dan perkebunan memiliki peran
yang cukup penting, dan berpotensi dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak
ruminansia sepeti sapi, kambing, domba dan kerbau terutama pada musim kemarau.
Pada musim kemarau hijauan rumput terganggu pertumbuhannya sehingga pakan
hijauan yang tersedia kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Bahkan
di daerah – daerah tertentu rumput pakan ternak akan kering dan mati sehingga
menimbulkan krisis pada hijauan. Selain itu, sistem pemiliharaan ternak
ruminansia sebagian besar masih terganggu pada hijauan pakan, berupa
rumput dan pakan hijauan lainnya dengan
sedikit atau tidak ada pada pakan tambahan (Baharuddin, 2008).
Jerami dianggap tidak memiliki nilai ekonomi, bahkan
cenderung dianggap sebagai limbah. Di Korea, budaya membakar jerami sudah
ditinggalkan sejak tahun 90-an. Sedangkan di Jepang jerami dipotong-potong dan
dikeringkan untuk kemudian dibenamkan kedalam tanah saat membajak. Langkah ini
dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesuburan tanah.
Salah satu jerami yang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan
adalah jerami jagung. Oleh karena itu, jerami jagung sangat penting untuk
dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia khususnya sapi potong, kambing
dan domba agar dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga produksi daging
akan meningkat yang akhirnya tujuan swasembada daging dapat tercapai.
Cara
yang dapat dilakukan adalah menggunakan pakan alternatif dari sisa perkebunan
atau pertanian. Apabila dilihat dari harga dan ketersediaannya, maka pakan yang
berasal dari limbah pertanian dan perkebunan seperti jerami jagung mempunyai
nilai ekonomis yang lebih baik karena bahan makanan ini belum dimanfaatkan
secara maksimal sebagai pakan ternak. Selain itu pemanfaatan jerami jagung
sebagai pakan ternak ruminansia merupakan salah satu cara penanggulangan
pencemaran lingkungan. Keuntungan dari penggunaan pakan alternatif adalah biaya
pakan rendah, mudah didapatkan dan tidak bersaing dengan manusia. Salah satu
bahan pakan alternatif yang dapat digunakan adalah jerami jagung. Tanaman
jagung banyak tersebar di beberapa daerah yang ada di Indonesia, baik tanaman
jagung yang difungsikan untuk pangan manusia atau sebagai pakan ternak.
Meningkatnya jumlah produksi jagung juga akan meningkatkan
limbah tanaman jagung. Limbah tanaman jagung berkisar 5- 6 ton bahan kering per
hektar. Saat ini sangat sedikit dari peternak yang memanfaatkan jerami jagung.
Setelah jagung diambil, maka jerami jagung dibiarkan sampai membusuk atau
dipotong dan dibakar.
Untuk mengatasi masalah kekurangan pakan, peternak
bisa memanfaatkan limbah pertanian yang cukup banyak tersedia disekitarnya
antara lain limbah jerami jagung. Jerami
pada umumnya tidak digunakan oleh pemiliknya. Kalaupun digunakan oleh orang
lain, tidak ada perhitungan ekonomi antara pemilik dengan pengguna jerami
tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan tentang rendahnya
kualitas limbah pertanian diperlukan suatu teknologi pengolahan limbah jerami.
Terdapat beberapa cara pengolahan limbah atau pakan guna meningkatkan nilai
gizi pakan tersebut, diantaranya adalah perlakuan fisik, perlakuan biologis dan
perlakuan kimia. Perlakuan biologis yaitu dengan menggunakan probiotik seperti Bos,
Tangguh dan Boster yang terdapat unsur bakteri yang dapat merombak kandungan
nutrisi limbah jerami jagung dan salah satunya adalah dengan cara fermentasi.
Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi jerami
jagung adalah mikroba dari tiga jenis probiotik antara lain Bos, Tangguh dan Boster mengandung mikroba perombak bahan organik,
penambat nitrogen, pelarut phospat, penghasil fitohormon, dll.
Dari uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian
tentang kandungan BO, BK, dan LK jerami jagung panen muda yang difermentasi
menggunakan beberapa jenis fermentor (Bos, Tangguh dan Boster), untuk
mengetahui kandungan nutrisi pada limbah jerami jagung yang dilakukan pengolahan
secara fermentasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat
disimpulkan suatu rumusan masalah yaitu bagaimanakah pengaruh penambahan
proboitik terhadap kandungan BK, BO, dan LK
pada limbah jerami jagung yang difermentasi selama 7 hari.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan guna untuk
mengetahui pengaruh pengaruh fermentasi
terhadap nutrisi BK, BO dan LK limbah jerami jagung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
diharapkan dapat dimanfaatkan bagi para peneliti selanjutnya dan para petani
peternak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Limbah Jerami Jagung
Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (daun maupun tongkolnya),
diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah
tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan
tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai
bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga
sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Jagung termasuk tanaman
pangan utama di Indonesia (Ferdiaz, 1989)
Tanaman jagung di Indonesia sudah
dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh seorang Portugis dan
Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia pada mulanya
terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Madura. Selanjutnya,
tanaman jagung lambat laun meluas di tanam di luar Pulau Jawa. Dari hasil
survey pertanian Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, daerah sentrum produsen
jagung paling luas di Indonesia antara lain adalah Jawa Timur, Jawa Tengah,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan DI Yogyakarta, dan perkiraan
penurunan produksi jagung relatif besar terjadi di Provinsi Aceh, Sulawesi
Tengah, Sumatera Selatan, Banten, dan Riau. Areal pertanaman jagung sekarang
sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia dengan luas areal bervariasi.
Limbah yang ada di Indonesia sangat
banyak dan beragam. Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan adalah limbah
pertanian. Limbah pertanian merupakan kumpulan dari tanaman-tanaman yang telah
mengalami panen dan sisa-sisa hasil panen. Limbah pertanian memiliki sifat yang
dapat diperbarui baik melalui perubahan secara kimia maupun biokimia yang
umumnya melalui proses fermentasi biologi melalui perombakan secara
mikrobiologi (Suwadji, 1999)
Pakan dapat dibedakan menjadi pakan air
dan pakan kering. Pakan air didapat dari air minum, air yang terkandung di
dalam bahan pakan, atau berasal dari metabolik sebagai hasil oksidasi dan
sintesis molekul-molekul di dalam tubuh. Pakan kering mengandung sejumlah air
(kurang dari 20%), terdiri dari bahan organik yang mengandung karbohidrat,
protein, lemak dan vitamin, serta bahan anorganik berupa mineral dan abu
(Tilman dkk., 1989).
Teknologi pakan ternak ruminansia
meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering
juga dilakukan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi produk
yang berdaya guna (Ikhsan, 2004). Usaha pengembangan pakan lokal harus terus
dilakukan sebagai sumber devisa negara. Selain itu, pakan ternak merupakan
faktor penentu keberhasilan dalam peningkatan produksi peternakan. Oleh karena
itu perlu diupayakan perbaikan gizi pakan secara kualitas mauupun kuantitas dan
tersidia secara kuntinue (Yuwanta, 2000).
2.2 Fermentasi
Jerami Jagung
Fermentasi
adalah suatu proses pengurain zat dari molekul kompleks menjadi molekul yang
lebih sederhana mengguanakan fasilitas enzim pengurai, dan dihasilkan energi.
Peristiwa ini sering dilakukan oleh golongan organisme tingkat rendah seperti
bakteri dan ragi, sehingga peristiwa ini sering disebut juga sebagai peragian.
Fermentasi diartikan sebagai salah satu bentuk respirasi anaerobik (tanpa
oksigen). Salah satu contoh hasil fermentasi adalah asam laktat oleh bakteri Steptococcus Laktispada kondisi anaerob.
Mikroba yang berperan dalam proses fermentasi umumnya dari jenis kapang, khimar
dan bakteri (Fardiaz, 1989).
Teknologi fermentasi merupakan salah
satu cara mengawetkan bahan organik antara lain limbah hijauan pertanian.
Berbagai macam cara fermentasi yang dilakukan pada limbah hijauan pertani ini
adalah fermentasi asam laktat atau yang dikenal dengan proses ensilase
menghasilkan produk silase hijauan (Erowati, 2003).
Proses fermentasi dibantu oleh mikroba
dalam kondisi anaerob yang mengubah karbohidrat atau gula tanaman menjadi asam
laktat oleh Lactobacillus sp.
2.3 Probiotik
Dewasa ini telah berkembang beberapa
perlakuan biologi untuk pakan ternak ruminansia mengguanakan probiotik yang
diproduksi secara komersial anatara lain Bos, Tangguh dan Boster yang merupakan
starter mikroba yang berguna untuk proses perombakan kandungan nutrisi pakan.
Mikroba yang terkandung adalah mikroba anaerob yang berfungsi untuk mempercepat
proses perombakan/ dekomposisi bahan organik
sehingga bisa menghasilkan nutrisi bagi tanaman, menetralisir
senyawa-senyawa organik.
Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikroba
harus mampu menghasilkan perubahan yang dikehendaki secara cepat dan tepat dan
hasil yang besar. Sidat unggul harus dipertahankan, sehingga fermentasi bisa
terlaksana dengan baik (Fapet_IPB, 2005)
2.4
Kandungan Nutrisi Jerami Jagung
Setiap bahan
pakan pada dasarnya mengandung zat-zat nutrisi yang kandungannya satu sama lain
berbeda. Kandungan bahan pakan tersebut dapat di ketahui melalui uji proksimat.
Melalui analisis tersebut dapat di ketahui kandungan bahan pakan yang terdiri
dari air, abu/mineral, protein kasar, lemak, karbohidrat,serat kasar dan bahan
ekstrak yang tidak mengandung nitrogen (Kartadisastra, 2004).
2.4.1 Bahan
Organik
Bahan
organik mengandung nutrisi (protein, karbohidrat, lemak) yang menjadi sumber
energi bagi ternak memekannya. Apabila bahan kering pakan dibakar di dalam
tanur suhu 550-600oC selama 2-4 jam, yang tersisa di dalam cawan
adalah material bahan organik (Sudirman dkk, 2013).
Menurut
Tillman (1998), jumlah abu dalam bahan makanan sangat menentukan dalam perhitungan
BETN dimana komposisinya terdiri dari protein kasar (PK), serat kasar (SK),
lemak kasar (LK) dan abu. Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan
yang berasal dari 14 tanaman sangat berpariasi sehingga nilai abu tidak dapat
dipakai untuk menentukan jumlah unsur mineral. Menurut Amrullah (2003) komponen
abu pada analisis proksimat bahan pakan tidak memberi nilai nutrisi yang
penting karena sebagian besar abu terdiri dari silika. Kadar abu pada hijauan
banyak dipengaruhi oleh umur tanaman.
2.4.2
Lemak
Menurut
Tillman dkk. (1998) lemak adalah semua substansi yang dapat diekstraksi dengan
bahan-bahan biologik dengan pelarut lemak. Pada analisis proksimat lemak
termasuk dalam fraksi ekstrak eter. Istilah lemak meliputi lemak -lemak dan minyak-minyak
perbedaannya adalah pada sifat fisiknya. Hampir semua bahan pangan mengandung
lemak dan minyak, terutama bahan yang berasal dari hewan. Dalam tanaman, lemak
disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang
terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi. Proses
pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak kemudian kondensasi asam
lemak dengan gliserol membentuk lemak (Winarno, 1997).
Menurut Suprijatna dkk (2005) lemak adalah
sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur C, H dan O yang dapat larut
dalam petroleum, benzene dan eter. Lemak merupakan ester gliserol yang
mempunyai asam lemak rantai panjang dan merupakan persenyawaan karbon, hidrogen
dan oksigen. Lemak dan minyak merupakan bahan yang dapat diekstraksi dengan
eter (Wahju, 2004). Lemak merupakan ester gliserol padat pada suhu ruang
sedangkan minyak berbentuk cair pada temperatur tersebut (Piliang dan Haj, 2006;
Suprijatna dkk., 2005). Lemak berfungsi sebagai insulator untuk mempertahankan
suhu tubuh dan melindungi organ-organ dalam tubuh (Piliang dkk., 2006).
2.4.3 Bahan Kering
Bahan kering merupakan salah satu hasil dari
pembagian fraksi yang berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air.
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis)
(Immawatitari, 2014). Banyaknya kadar air dalam suatu bahan pakan dapat diketahui
bila bahan pakan tersebut dipanaskan pada suhu 105⁰C. Bahan kering
dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase kadar air suatu bahan
pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi, 1994).
2.5 Hipotesis
Adanya pengaruh fermentasi terhadap nilai nutrisi
Bahan Kering, Bahan Organik dan Lemak Kasar dengan penambahan probiotik Bos,
Tangguh dan Boster.
BAB III
MATERI dan METODE PENELITIAN
3.1 Materi
Penelitian
Alat – alat
Penelitian
1.
Parang sebagai alat untuk memotong dan mencacah jerami
jagung
2. Talenan
sebagai wadah untuk mencacah jerami kedelai.
3. Toples kaca
bening sebagai wadah proses fermentasi
4. Ember untuk
melarutkan probiotik
5. Tarpal untuk
mencampur semua bahan
Bahan Penelitian
1. Jerami
jagung
2. Probiotik
Bos, Tangguh dan Boster
3. Air
3.2 Variabel yang diamati/ diukur
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah
limbah atau jerami jagung, yang diambil langsung dari sawah petani, sedangkan
untuk mengetahui kandungan nutrisinya dilakukan pengamatan di laboratorium.
3.3
Cara penelitian
Penelitian
ini memliki prosedur kerja dalam proses fermentasi jerami jagung antara lain
sebagai berikut:
1. Persiapan alat dan bahan.
2. Jerami jagung dipotong menjadi ukuran kecil.
3. Jerami jagung dimasukan kedalam toples untuk proses
fermentasi.
4. Jagung yang dimasukan masing-masing sebanyak 1 Kg/
toples.
5. Sampel dibagi menjadi 3 perlakuan dan setiap
perlakuan terdiri dari 4 kali ulangan.
6. Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
a) Perlakuan 1 (P0): Jerami jagung + Probiotik 0 ml.
b) Perlakuan 2 (P1): Jerami jagung + Bos 5 ml.
c) Perlakuan 3 (P2): Jerami jagung + Tangguh 5 ml.
d) Perlakuan 4 (P3): Jerami jagung + Boster 5 ml.
3.4 Analisis data
Penelitian ini adalah metode eksperimen dan pengukuran secara langsung
dilapangan diambil limbah atau jerami jagung, sedangkan untuk mengetahui
kandungan nutrisinya dilakukan pengamatan di laboratorium, kemudian dilakuakan
analisis mengguanakan rancangan acak lengkap (RAL), jika hasil anova bernilai
signifikan maka dilakukan uji lanjut DMRT.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah,
I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.
Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit
PT Gramedia, Jakarta.
Erowati, D. 2003. Drum plastik berpelat sebagai silo
untuk kemasan kedap udara produk silase limbah pertanian. Prosiding Seminar Teknologi Untuk Negri 2003, Vol I, hal: 371-374.
Fapet_IPB. 2005. Dasar penelitian
nutrisi. http://fapet.ipb.ac.id/pin/web/Bab_II_3.html. Diakses pada
Tanggal 7 Februari 2018.
Ferdiaz, S.
1989. Mikrobiologi Pangan I. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
______1992.
Fisiologi Fermentasi. PAU. IPB, Bogor.
Ikhsan, M. 2004. Teknik fermentasi hijauan makanan
ternak. Artikel UNPAD: Bandung.
Immawatitari,
2014. Analisis Proksimat Bahan Kering. http://immawatitari.wordpress.com. Diakses pada tanggal 08
Februari 2018.
Kartadisastra, H. R. 2004. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.
Piliang, W.G.,
dan S, Djojosoebagio. Al Haj. 2006. Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Edisi Revisi.
IPB Press. Bogor.
Sudirman., Yasin, Suhubdy. 2013. Evaluasi pakan tropis
dari konsep ke aplikasi Cetakan I. Pustaka Reka Cipta: Bandung.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana.
2005. Ilmu dasar ternak unggas. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suwadji, Edih. 1999. Pemanfaatan kembali limbah
industri pertanian dengan menggunakan teknologi radiasi untuk budidaya jamur. Risalah pertemuan ilmiah penelitian dan
pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN: Jakarta.
Tilman A.D., Hartadi. H., Reksopadiprojo. S.,
Prawirokusumo. S., Lebdosokojo. 1989. Ilmu makanan ternak dasar. Fakultas
Peternakan UGM: Yogyakarta.
Wahju. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan
Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yuwanta, Tri. 2000. Kebijakan pengembangan agribisnis
di indonesia berbasiskan bahan baku lokal; Buangaran Sarigih Peternakan: Bulletin of animal science. Edisi
Tambahan. ISSN 0126-4400. Fakultas Peternakan UGM: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat datang, terimakasih sudah berkunjung.
Mohon gunakan bahasa yang sopan dalam berkomentar.
Jika ingin minta data postingan ini, silahkan chat pada kolom yang disediakan.
Terimakasih