Senin, 12 Februari 2018

Laporan Praktikum HTMT UNRAM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang
Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman yang berbentuk daun-daunan. Yang termasuk dalam kelompok makanan hijaun ialah bangsa rumput (gramineae), leguminose dan hijaun tumbuhan lain seperti daun nangka, daun waru dan lain sebagainya.
Hijauan pakan merupakan salah satu faktor penting dalam berhasilnya usaha pengembangan peternakan. Tanpa memperhatikan faktor tersebut, setiap usaha pengembangan peternakan khusunya ternak ruminansia dan herbivora tidak akan memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Khusus ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba, hijauan merupakan sumber makanan utamanya. Hijauan pakan yang umum diberikan untuk ternak ruminansia adalah rumput-rumputan yang berasal dari padang penggembalaan atau padang rumput, tegalan, pematang serta pinggiran jalan.
Kemajuan usaha peternakan membutuhkan kemajuan usaha tani padang rumput, karena rumput selain merupakan sumber makanan utama bagi ternak, rumput juga merupakan makanan termurah bagi ternak herbivora secara umum dan ternak ruminansia pada khususnya. Makanan yang diberikan kepada ternak herbivora umumnya terdiri dari 70-90% hijauan 10-30% konsentrat sedang rumput terdiri dari 60-80% dari total hijauan sedang lainnya adalah terdiri dari rupa-rupa hijauan lain, termasuk dedaunan. Potensi padang rumput di daerah tropik sangat besar dan bila dikembangkan sebaik-baiknya dan dimanfaatkan secara efisien, dapat menghasilkan protein hewani untuk mencukupi kebutuhan tidak hanya daerah tropik saja, bahkan dapat pula untuk penduduk daerah lain.
Berdasarkan uraian di atas bahwa begitu pentingnya hijauan sebagai pakan ternak dan merupakan salah satu faktor penunjang dalam pengembangan usaha peternakan. Maka dapat dikatakan kedudukan hijauan sebagai pakan ternak sangatlah tinggi. Seperti dinegara-negara maju, bahwa hijauan (rumput dan legume) sudah merupakan obyek penelitian yang intensif oleh para ahli agronomi, serta dijadikan suatu peluang berwirausaha dan tanaman-tanaman sengaja ditanam dan dibudidayakan untuk diambil produksinya bagi petrnakan intensif. Dengan demikian agar hijauan atau tanaman  tersebut dapat dibudidayakan dan memiliki produksi yang tinggi maka  perlu adanya pengolahan terhadap tanaman tersebut salah satunya adalah uji germinasi (perkecambahan).
1.2  Tujuan dan Kegunaan Praktikum
1.2.1        Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum tanaman makanan ternak tentang “Perkecambahan (germanasi)” adalah sebagai berikut :
a)      Untuk mengetahui persentase daya tumbuh dari benih.
b)      Untuk mengetahui kecepatan berkecambah benih.
c)      Untuk mengetahui Coefesien Vigor (CV) dari benih.
d)     Untuk mengetahui Indeks Vigor (VJ) dari benih.
1.2.2.   Kegunaan praktium
Adapun kegunaan dilaksanakannya praktikum tanaman makanan ternak terntang “Perkecambahan (germanasi)” adalah sebagai berikut :
a)      Praktikan mendapatkan gambaran pertumbuhan benih dengan mendekati kenyataan di lapangan, sehingga kebutuhan benih untuk luas lahan penanaman tertentu dapat ditentukan sebelum penanaman.
b)      Praktikan dapat mengetahui bagaimana metode penanaman yang baik dan benar.
c)      Praktikan dapat mengetahui jenis perlakuan apa yang harus dilakukan pada tanaman yang ditanamannya.
d)     Dapat membedakan karateristik antara tanaman satu dengan tanaman yang lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkecambahan (germinasi)
Perkecambahan merupakan serangkaian proses penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh (Setyati, 1996). Menurut Kartasapoetra (1989), daya kecambah benih adalah mekar dan berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh normal pada lingkungan yang sesuai. Daya kecambah benih meningkat dengan bertambah tuanya biji sampai masak fisiologis biji tercapai (Kamil, 1983).
Proses perkecambahan benih meliputi lima tahapan. Tahap pertama perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua yaitu kegiatan sel-sel dan naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga adalah penguraian bahan-bahan seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan didaerah meristemmatik yang menghasilkan energi untuk kegiatan pembentukkan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh (Sutopo, 1988).
Kartasapoetra (1989) menambahkan bahwa tipe perkecambahan benih ada dua macam yaitu hipogeal dan epigeal. Pada tipe kecambah hipogeal, kotiledon tetap tinggal di tanah, sedangkan pada tipe kecambah epigeal kotiledon terangkat  ke atas. Biji legum termasuk tipe kecambah epigeal dimana kotiledonnya ikut terangkat ke permukaan tanah. Hal itu disebabkan karena pertumbuhan dan perpanjangan hipokotil kearah bawah tertambat ke tanah dengan akar-akar lateral. Hipokotil membengkok, bergeser dan muncul ke permukaan tanah (Sutopo, 1988).
Sutopo (1988) menambahnkan faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan, Sedangkan faktor dari luar adalah air, temperatur, oksigen, cahaya dan media yang digunakan. Kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan disebut vigor benih. Bila benih berkemampuan tinggi menghasilkan tanaman normal pada kondisi tersebut maka benih itu mempunyai vigor yang tinggi. Benih bervigor tinggi jika prosentase vigor lebih dari 70% (Sadjad, 1994).
Umumnya kenormalan benih ditentukan berdasar ketegaran struktur tumbuh yang terdiri dari akar primer, akar seminal sekunder, hipokotil, kotiledon, dan daun pertama yang tumbuh pada kotiledon atau koleoptil dan daun pertama yang tumbuh didalamnya (Sadjad, 1994). Kriteria kecambah yang normal adalah kecambah yang mempunyai akar primer dan minimal mempunyai 2 akar seminal, hipokotil berkembang dengan baik tanpa ada kerusakan, pertumbuhan plumula sempurna, memiliki 2 kotiledon bagi tanaman dikotil. Adapun kekurangan lain yang masih dapat diterima untuk dinyatakan sebagai kecambah normal adalah hipokotil boleh sedikit rusak asal jaringan penting tidak terganggu fungsinya, dan mempunyai satu kotiledon untuk dikotil (Sutopo, 1988).
Meurut pendapat Kamil (1983), bahwa kriteria kecambah yang abnormal adalah kecambah yang tidak mempunyai akar primer, jaringan hipokotil banyak yang rusak sehingga mengganggu pertumbuhan, tidak mempunyai kotiledon bagi tanaman dikotil, plumula berputar dan hipokotil membengkok. 
2.2 Benih

Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman atau budidaya (Sutopo, 1988). Benih bermutu ditentukan oleh dua faktor yaitu genetik dan faktor fisik. Faktor genetik meliputi sifat-sifat tumbuh tanaman seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi lingkungan yang baik. Faktor fisik yang mempengaruhi mutu benih meliputi kemurnian, persen perkecambahan tinggi, bebas dari kotoran dan benih lainnya, ukuran benih seragam (Kartasapoetra, 1989). Biji yang baru dipanen biasanya dalam keadaan dorman sehingga menghendaki perlakuan yang khusus untuk dapat berkecambah (Kamil, 1983). Sutopo (1988) menambahkan, benih dikatakan dorman bila benih tersebut dalam keadaan hidup tetapi tidak dapat berkecambah walaupun diletakkan pada tempat yang memenuhi syarat untuk perkecambahan. Benih dorman adalah benih yang mengalami istirahat total dan pada keadaan media tumbuh optimim benih tidak menunjukkan gejala atau fenomena tumbuh (Sadjad, 1994).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan dormansi adalah adanya kulit biji yang keras, impermeabel, biji yang belum masak fisiologis, dan terdapatnya zat penghambat dalam biji (Abidin, 1987). Kulit biji yang impermeabel terhadap gas dan air sering dijumpai pada benih dari famili leguminosa (Sutopo, 1988). Kebanyakan benih dari tanaman legum, saluran untuk masuk kedalam benih ditutup oleh lapisan yang tahan air sehingga benih itu dikatakan benih berkulit keras (Soegiri, 1982).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil praktikum
Tabel 1. Pengamatan Daya TumbuhTanaman Turi Keseluruhan

Kode
HARI KE-
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
OJI
*
2
56
25
7
90
YUSANTI















SIRA















































































































TOTAL

RATA-RATA

Keterangan : *             Belum terjadi pertumbuhan
√            Melakukan pengamatan dan belum tumbuh
■            Berhenti mengamati pertumbuhan

Tabel 2. Pengamatan Daya Tumbuh Tanaman Turi Oji Hari ke 2
G/D
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
x









B










C










D
x
x
x







E
x









F
x








x
G










H










I









J








x

Tabel 3. Pengamatan Daya Tumbuh Tanaman Turi Oji Hari ke 3
G/D
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A

x



B






C






D
x
x
x




E
x
x





F
x






x
G
x
H



I



J




x


Tabel 3. Pengamatan Daya Tumbuh Tanaman Turi Oji Hari ke 4
G/D
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
x





B




C





D
x
x
x



E
x
x




F
x





x
G
x









H








I







J






x


Keterangan :    x                      Pembusukan pada biji turi

4.2 Pembahasan praktikum
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio atau munculnya plantula (tumbuhan kecil dari dalam biji). Perubahan embrio saat perkecambahan umumnya adalah radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar, selanjutnya plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang dan daun.
Tujuan dari perkecambahan ini adalah untuk mengetahui daya tumbuh benih yang akan ditanam. Jadi dengan mengetahui persentase daya tumbuh maka kebun atau tanah untuk areal penanaman dengan luas tertentu dapat diketahui terlebih dahulu.
Proses germinasi atau perkecambahadimulai ketika biji menyerap air (imbibisi). Air menyebabkan pecahnya lapisan luar biji dan mendorong hormon & enzim aktif bekerja. Enzim akan mengambil oksigen untuk metabolisme sel, sehingga berlangsung proses oksidasi makanan dalam endosperm (kotiledon) biji hasil pertumbuhan biji.
Dari tabel diatas dapat kita lihat, bahwa hari pertama tidak terjadi proses pertumbuhan, hanya saja terjadi proses pembesaran biji. Proses pembesaran biji terjadi karena biji menyerap air (imbibisi) yang kita masukan pada media tanam, sehingga hari kedua mulai nampak plantula dari biji turi tersebut. Plantula yang Nampak pada hari kedua berjumlah 2 yaitu I5 dan J10.
Hari ketiga banyak sekali plantula yang nampak, plantula yang nampak tersebut berjumlah 56 yaitu A6,A7,A8,A9,A10 B1,B2,B7,B8 C4,C6,C8,C10 D1,D8,D9 E6,E7,E8,E9,E10  F2,F5,F6,F8,F9 G2,G3,G4,G5,G6,G7,G8,G9,G10 H2,H4,H5,H6,H8,H9,H10 I2,I3,I4,I6,I7,I8,I9,I10 J1,J2,J3,J4,J5,J6,J10.
Pada hari ketiga banyak sekali munculnya plantula karena pada hari pertama dan hari kedua biji dalam proses menyerap air ( imbibisi ), sehingga serentak banyak sekali yang tumbuh pada hari ketiga.
Hari keempat muncul lagi 25 plantula dan hari kelima muncul kembali 7 plantula. Plantula yang sudah Nampak tersebut berjumlah 90 plantula dari 100 biji turi, 10 biji turi tidak tumbuh karena terjadi proses pembusukan.
Cepat lambatnya proses pertumbuhan pada biji terdapat beberapa factor yang mempengaruhinya yaitu jenis perlakuan pada bibit sebelum ditanam, kurangnya asupan air pada media penanaman, kurangnya cahaya yang masuk pada ruangan sehingga hormone yang ada pada tumbuhan tersebut kurang terangsang.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a)      Sebelum melakukan penanaman bibit, hal utama yang perlu diperhatikan adalah jenis perlakuan terhadap bibit yang akan kita tanam.
b)      Air sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan tanaman.
c)      Selain air, matahari pula berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman. Dimana matahari akan merasang hormone pertumbuhan pada tanaman tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat datang, terimakasih sudah berkunjung.
Mohon gunakan bahasa yang sopan dalam berkomentar.
Jika ingin minta data postingan ini, silahkan chat pada kolom yang disediakan.

Terimakasih

Popular Posts

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support