Mata
kuliah genetika membahas tentang
penurunan sifat sepasang tetua kepada anak-anaknya. Pada kenyataannya
sepasang tetua hanya merupakan bagian kecil dari suatu populasi. Dengan
demikian perlu adanya kajian tentang genetika dalam suatu populasi. Genetika Populasi adalah cabang genetika yang mempelajari tentang gen-gen dalam populasi dan menguraikan secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi, serta membahas transmisi bahan
genetik pada ranah populasi.
Berbeda
dengan genetika Mendel, yang mengkaji pewarisan sifat
untuk perkawinan antara dua individu (atau dua kelompok individu yang memiliki
genotipe yang sama), genetika populasi berusaha menjelaskan implikasi
yang terjadi terhadap bahan genetik akibat saling kawin yang terjadi antar
individu di dalam satu atau lebih populasi.
Pengetahuan
dasar yang harus diketahui dalam populasi ternak adalah frekuensi genotip,
frekuensi gen, dan Hukum Hardy-Weinberg.
Sementara pada
genetika Mendel memprediksi fenotipe anak yang terbentuk akibat terjadinya
terjadinya perkawinan antar individu, genetika populasi memprediksi tentang
mutu genetik yang akan terjadi tidak hanya pada anak-anaknya saja, tetapi juga
mutu genetik keturunannya pada beberapa generasi mendatang.
Tujuan Instruksi
Khusus
Setelah
mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa akan dapat menjelaskan pengertian
tentang frekuensi genotip, frekuensi
gen, dan prinsip-prinsip Hukum Hardy-Weinberg dengan benar (80%), serta dapat
menghitung frekuensi genotip, frekuensi gen dengan tidak ada kesalahan, dan
dapat menjelaskan dengan benar (80%) tentang pembuktian bahwa dalam
keseimbangan populasi frekuensi genotip, frekuensi gen tidak berubah dari
generasi ke generasi.
Cara belajar
Baca dan pahami
baik-baik bab ini, buat ringkasan dan pertanyaan, serta kerjakan soal-soal
latihan.
Isi
Dengan
memahami Hukum Mendel tentang pewarisan
sifat kita dapat memprediksi distribusi genotip dan fenotip anak-anaknya yang
berasal dari tetua yang telah diketahui genotipnya. Contoh: Pada sapi terdapat
gen B untuk sifat warna kulit hitam dominan terhadap alelnya (gen b) untuk
sifat merah. Perkawinan antar sesama
sapi dengan genotip yang sama sama heterosigot (Bb x Bb) diharapkan akan
menghasilkan anak-anak dengan rasio genotip 1 BB : 2 Bb : 1 bb serta rasio
fenotip 3 kulit hitam dan 1 merah.
Hal
di atas terjadi pada kondisi hanya ada satu jantan dan satu betina dimana tidak
ada pilihan lain bagi si jantan atau si betina. Pada kenyataannya dalam suatu
populasi terdapat banyak sapi jantan dan sapi betina. Sapi jantan ada yang
bergenotip BB, ada yang Bb, ada pula yang bb. Begitu pula sapi betina. Dari
individu-individu ternak tersebut ada yang memiliki gen B saja atau gen b saja,
tetapi adapula yang memiliki gen B dan gen b. Banyaknya genotip tertentu dan
banyaknya gen tertentu dalam populasi akan dijelaskan dalam sub bab frekuensi
genotip dan frekuensi gen.
Hukum Hardy-Weinberg akan menjelaskan kondisi frekuensi genotip dan
frekuensi gen pada kelanjutan generasi. Untuk lebih
jelasnya, karena pokok bahasan adalah genetika populasi maka pembahasan akan
dimulai dari penjelasan tentang populasi, baru kemudian membahas tentang
keberadaan gen dalam populasi tersebut.
2.1. Populasi Ternak
Sebelum masuk ke
pembahasan tentang frekuensi genotip dan frekuensi gen, perlu dideskripsikan
dahulu tentang populasi ternak. Populasi ternak adalah
suatu kelompok individu ternak sejenis yang hidup pada suatu daerah tertentu,
dan pada waktu tertentu. Definisi lain menyebutkan bahwa populasi adalah
sekumpulan makhluk hidup dari suatu spesies tertentu yang hidup pada suatu
daerah tertentu. Bila semua individu dalam populasi memiliki fenotip yang sama
dikenal dengan sebutan monomorfik, sebaliknya bila individu-individu dalam
populasi tersebut ada beberapa fenotip disebut polimorfik.
Suatu populasi ternak beranggotakan banyak individu ternak.
Setiap ternak terdiri atas jutaan sel. Dalam setiap inti sel dari ternak
terdapat banyak pasangan kromosom. Dalam setiap kromosom terdapat banyak sekali
gen yang menempati lokus-lokus dalam kromosom tersebut. Kumpulan semua macam
gen dalam suatu populasi disebut “gen pool”. Keragaman genetik dalam setiap
populasi ternak sangat diperlukan adanya. Bila macam gen dalam populasi/spesies
tidak banyak ragamnya maka populasi ternak tersebut dapat hilang dari
peredaran, namun bila macam ragam gen banyak, spesies tersebut akan tetap ada.
2.2.Gen dalam populasi
2.2.1.
Ekspresi genetik dari gen
a.
Aksi gen aditif
Sesuai
dengan namanya, aksi gen aditif berarti efek fenotipe suatu gen menambah efek
fenotipe gen pasangannya, atau gen bukan pasangannya. Fenotipe atau penampilan
dari suatu sifat merupakan akumulasi dari efek beberapa gen. Sifat-sifat
kuantitatif biasanya dipengaruhi oleh banyak gen aditif.
b.
Aksi gen non-aditif
Aksi
gen non-aditif ada dua macam, yaitu dominan/resesif dan epistasis/hipostasis.
Pada aksi gen dominan/resesif ekspresi gen yang dominan menutup ekspresi
pasangan gennya (alelnya). Ini terjadi pada kromosom yang homolog. Sedangkan
aksi gen yang epistesis/hipostasis, ekspresi gen yang epistasis menutup
ekspresi gen yang hipostasis, yaitu gen yang bukan alelnya. Gen yang bukan
alelnya dapat berupa gen yang masih berada
pada kromosom yang sama, atau gen lain yang sudah lain kromosom.
Perbedaan
kedua macam aksi gen diilustrasikan pada
Gambar 2.1.
|
|||
aa
Aa
AA
Genotipe
|
|||
aa
Aa
AA
Genotipe
Gambar
2.1. Ilustrasi aksi gen aditif dan aksi gen nonaditif
Pada
Gambar 2.1 terlihat perbedaan fenotipe antara aksi gen aditif dengan aksi gen
nonaditif. Pada aksi gen aditif tiap kemunculan gen A menambah satu unit
fenotipe. Pada genotipe aa fenotipe hanya satu unit. Pada genotipe Aa fenotipe gen A menyumbang satu unit sehingga fenotipe tambah
satu unit menjadi dua unit. Pada genotipe AA fenotipe gen A tambah satu yang juga menyumbang satu unit
sehingga fenotipe tambah satu unit lagi menjadi tiga
unit. Pada aksi gen nonaditif tidak ada penambahan penampilan atau fenotipe,
adanya adalah penutupan ekspresi gen resesif (a) oleh aksi gen dominan (A). Gen
resesif a memiliki kemampuan satu unit, sedangkan gen dominan A memiliki
kemampuan dua unit. Dengan demikian pada genotipe aa fenotipenya satu unit,
pada genotipe Aa ekspresi gen a (yang satu unit) tertutup oleh ekspresi gen A,
sehingga yang muncul dalam bentuk fenotipe dua unit. Pada genotipe AA yang ada
adalah gen A saja, fenotipenya dua unit, tidak ada gen a sehingga tidak ada
yang ditutupi, tidak ada penambahan penampilan gen A oleh pasangannya yang juga
gen A karena bukan aksi gen aditif.
2.2.2. Spesifikasi gen
dalam populasi
Dalam
suatu populasi, masing-masing individu ternak membawa gen tertentu dengan
pasangannya. Jumlah ternak sama dengan jumlah gen tertentu tersebut. Gen dengan
alelnya berjumlah dua kali dari jumlah individu ternak dalam populasi tersebut.
Komposisi banyaknya gen dalam populasi dinyatakan sebagai frekuensi gen,
sedangkan komposisi banyaknya macam pasangan gen dalam populasi dinyatakan
sebagai frekuensi genotipe.
1). Frekuensi genotipe
Bila
dalam populasi ternak sapi ada gen P untuk sifat tidak bertanduk dan alelnya p
untuk sifat bertanduk, maka ada kemungkinan
individu-individu bergenotipe PP, Pp, dan pp.
Bila
jumlah individu dalam populasi tersebut 1000 (= n), dan bila jumlah individu
bergenotipe PP 300 ekor (= nPP),
bergenotipe Pp 500 ekor (= nPp), dan bergenotipe pp 200 ekor
(= npp), maka :
~
Frekuensi genotip untuk
PP atau f (PP) = nPP /n = 300/1000 = 30%
~
Frekuensi genotip untuk
Pp atau f (Pp) = nPp /n = 500/1000 = 50%
~
Frekuensi genotip untuk
pp atau f (pp) = npp /n = 200/1000 = 20%
f (PP) + f (Pp) + f (pp) = 30% + 50% +
20% = 100%
2). Frekuensi gen
Frekuensi gen adalah jumlah relative dari gen tersebut dalam suatu
populasi dibandingkan dengan jumlah gen tersebut dan jumlah gen pasangannya.
Dalam menghitung frekuensi gen perlu diperhatikan adanya dominasi dari gen yang
akan dihitung.
a.
Menghitung
frekuensi gen dalam suatu populasi bila tidak terjadi
dominasi penuh
Pada sapi ada gen untuk warna bulu. Gen R untuk warna
kulit merah, alelnya r untuk warna. Gen R bersifat dominan tidak penuh
(kodominan) terhadap alelnya. Dalam populasi sapi Shorthorn ada tiga warna
kulit: merah, dauk, dan putih. Sapi berwarna merah sebanyak 360 ekor, sapi berwarna roan sebanyak 480 ekor, dan sapi berwarna putih sebanyak 160 ekor. Jumlah ternak sapi semuanya
dalam populasi ada sebanyak 1000 ekor.
Fenotipe
|
Genotip
|
Jumlah ternak
|
Merah
|
RR
|
nRR
= 360
|
Roan
|
Rr
|
nRr =480
|
Putih
|
Rr
|
nrr =160
|
|
|
n
= 1000
|
Frekuensi genotip
dari RR, Rr, dan rr adalah sebagai berikut:
~
f
(RR) = nRR / n = 360 / 1000 = 0,36
→
= frekuensi fenotipe sapi merah
~
f (Rr) = nRr / n = 480 / 1000 = 0,48
→
= frekuensi fenotipe sapi dauk
~
f
(rr) = nrr / n = 160 / 1000 = 0,16
→
= frekuensi fenotipe sapi putih
Dari
sajian di atas dapat diketahui bahwa bila ada gen yang bersifat kodominan atau
dominan tidak penuh, maka frekuensi genotip sekaligus juga menggambarkan
frekuensi fenotip.
Frekuensi gen:
Dari
1000 ekor sapi terdapat 1000 pasang gen atau 2000 gen (=2n). Untuk menghitung
frekuensi gen dibuat tabel sebagai berikut:
Fenotipe
|
Genotipe
|
Jumlah
Ternak (ekor)
|
Jumlah gen
|
||
R
|
r
|
Total
|
|||
Merah
|
RR
|
360
|
2x360 = 720
|
0x360 = 0
|
720
|
Dauk
|
Rr
|
480
|
1x480 =480
|
1x480 = 480
|
960
|
Putih
|
rr
|
160
|
0x160 = 0
|
2x160 = 320
|
320
|
Jumlah
|
1000
|
1200
|
800
|
2000
|
Dari tabel di atas
dapat dihitung frekuensi gen R dan frekuensi gen r sebagai berikut:
1200
f (R) = ---------------- = 0,6
1200 +
800
800
f (r) = ---------------- = 0,4
1200 +
800
Dengan menggunakan
rumus 2.3 dan 2.4 dapat dihitung
frekuensi gen R dan frekuensi gen r sebagai berikut:
nR = 2 nRR + nRr = 720 + 480 = 1200
nr = 2 nrr
+ nRr =320 + 480
= 800
sehingga:
f (R) = nR / 2n = 1200/2000
= 0,6
f (r)
= nr / 2n = 800/2000 = 0,4
Cara lain
menghitung frekuensi gen
Frekuensi gen dapat
juga dihitung dari frekuensi genotip :
f (R) = f (RR) + 1/2f (Rr) = 0,36 + ½ (0,48) = 0,6
f (r) = ½ f (Rr) + f (rr) = ½ (0,48) + 0,16 = 0,4
b.
Menghitung
frekuensi gen bila ada dominasi penuh
Pada
contoh di atas individu ternak yang bergenotipe heterosigot mudah diketahui
karena memiliki fenotipe yang berbeda dari individu ternak yang homosigot
dominan ataupun homosigot resesif. Sehingga frekuensi genotipenya dapat
dihitung dengan mudah. Hal tersebut tidak dapat dilakukan pada gen yang
bersifat dominan penuh, karena fenotipe ternak yang bergenotipe heterosigot
sama dengan ternak yang bergenotipe homosigot dominan. Untuk menghitung
frekuensi gen pada kondisi yang demikian dilakukan estimasi dengan menggunakan
Hukum Hardy-Weinberg. Dalam menggunakan hukum ini dinyatakan bahwa dalam
populasi yang besar dimana:
-
terjadi
perkawinan secara acak, paling tidak terjadi pada satu generasi,
-
frekuensi
salah satu dari pasangan gen sama dengan P,
-
frekuensi
pasangan gennya sama dengan Q
-
jumlah
frekuensi gen P + Q = 1
-
pada
generasi selanjutnya terjadi keseimbangan pada frekuensi P2, 2PQ,
dan Q2.
Sesudah
satu generasi hasil dari perkawinan acak frekuensi genotipe anak-anaknya akan
seperti berikut:
-
Jumlah
yang bergenotipe homosigot dominan = P2
-
Jumlah
yang bergenotipe heterosigot dominan = 2 PQ
-
Jumlah
yang bergenotipe homosigot resesif = Q2
Ketentuan
dari Hukum Hardy-Weinberg yang digunakan dalam mengestimasi frekuensi gen
adalah sebagai berikut:
1.
Frekuensi
gen resesif sama dengan akar pangkat dua dari frekuensi atau proporsi dari
individu-individu ternak yang bergenotipe homosigot resesif.
2.
Frekuensi
gen dominan sama dengan 1 dikurangi frekuensi gen resesif.
3.
Proporsi
individu-individu ternak yang bergenotipe homosigot dominan dalam populasi sama
dengan frekuensi gen dominan kali frekuensi gen dominan, atau kuadrat dari
frekuensi gen dominan.
4.
Proporsi
individu-individu ternak yang bergenotipe heterosigot dominan dalam populasi
akan sama dengan dua kali frekuensi gen-gen dominan kali frekuensi gen resesif.
Frekuensi
suatu gen dinyatakan sebagai proporsi dari 2n gen. Bila nP adalah
jumlah gen P dalam suatu populasi, maka:
Jumlah
gen P didapat dari 2 kali jumlah ekor sapi yang tak bertanduk yang bergenotipe
homosigot (PP) ditambah dengan jumlah
ekor sapi yang tak bertanduk yang bergenotipe heterosigot (Pp).
|
|
||||||
Jumlah
gen p juga didapat dari 2 kali jumlah ekor sapi yang bertanduk yang bergenotipe
homosigot resesif (pp) ditambah dengan jumlah ekor sapi yang tak bertanduk yang
bergenotipe heterosigot (Pp)
Frekuensi
gen juga dapat dihitung dari frekuensi genotype:
|
Frekuensi
equivalen dengan probabilitas. Contoh: probabilitas mengambil individu ternak
sapi bergenotip PP secara acak (random) dari populasi sama dengan f (PP).
Begitu juga probabilitas mengambil gen P secara acak (random) dari populasi
sama dengan f (P).
3).
Beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi gen
Hardy-Weinberg
menyatakan bahwa bilamana populasi dalam keadaan seimbang, maka frekuensi gen
tidak akan berubah dari satu generasi ke generasi yang lain. Namun dalam
perjalanan waktu kondisi keseimbangan tersebut akan terganggu. Hal-hal yang
mengganggu keseimbangan populasi antara lain adalah karena adanya seleksi (alam
dan atau buatan), mutasi gen, random genetic drift, masuknya ternak-ternak baru dari lain
populasi. Terganggunya keseimbangan populasi mengakibatkan perubahan frekuensi
gen pada populasi tersebut.
Pada
seleksi alam hanya ternak-ternak yang tahan hidup dan mampu berkembangbiak yang
dapat mewariskan sifat-sifatnya ke generasi berikut, sedangkan ternak-ternak
yang lain akan mati atau hidup tetapi tidak dapat berreproduksi sehingga tidak
dapat mewariskan sifat-sifatnya ke generasi selanjutnya. Dengan demikian
gen-gen yang dikandungnya akan hilang dari peredaran. Ini berarti frekuensi gen
dalam populasi akan berubah.
Mutasi
gen disebabkan oleh berubahnya kode yang dikirim oleh molekul DNA lewat ARN
duta (messenger
RNA) ke ribosom-ribosom yang berada pada plasma sel, tempat asam-asam amino
terangkai menjadi protein. Mutasi dapat terjadi pada gen-gen yang mempengaruhi
sifat-sifat kualitatif maupun sifat-sifat kuantitatif. Terjadinya intensitas
mutasi untuk masing-masing gen tidak sama. Intensitas mutasi gen agak tinggi pada gen-gen resesif tertentu.
Pada manusia, intensitas mutasi pada gen
untuk albino tidak tinggi, hanya 60 per satu juta per generasi, sedang kan intensitas mutasi
gen untuk talasemia relatif
tinggi
Random genetic drift adalah perubahan
frekuensi gen secara acak. Hal ini terjadi pada
populasi kecil, dimana perubahan frekuensi gen terjadi secara tidak terpola
dari generasi ke generasi, dengan tidak ada kemungkinan untuk kembali ke
frekuensi gen semula. Pada populasi kecil suatu gen dapat hilang dari populasi,
dapat pula tetap bertahan di dalamnya untuk diwariskan ke generasi berikutnya.
Migrasi
atau masuknya ternak-ternak baru akan mengubah frekuensi gen pada populasi
tersebut. Misalnya masuknya sapi-sapi asal Eropa seperti sapi Simmental,
Hereford, Limousin ke Pulau Lombok. Di Pulau Lombok sudah ada sapi lokal yaitu sapi bali.
4). Kawin acak
Dalam
suatu populasi terdapat banyak sapi jantan dan sapi betina. Baik sapi sapi
jantan maupun sapi-sapi betina ada yang bergenotip BB, ada yang Bb, ada pula
yang bb. Bila tidak ada suatu program perkawinan maka sapi-sapi dalam populasi
tersebut akan kawin secara acak. Dalam kawin acak atau random mating
atau pan-mating masing-masing pejantan mempunyai kesempatan yang sama
untuk mengawini betina yang mana saja.
Kawin
acak sering digunakan sebagai dasar perbandingan dalam pelaksanaan pengkajian terhadap suatu strategi
pemuliabiakan ternak.
Bila
dalam suatu populasi juga terdapat individu-individu dengan genotip BB, Bb, dan
bb, baik yang jantan ataupun yang betina, maka akan terjadi perkawinan sesama ternak
dengan yang bergenotip sama atau dengan ternak yang bergenotip lain. Individu
ternak bergenotip BB dapat kawin dengan sesama ternak yang bergenotipe BB,
dapat pula kawin dengan individu bergenotip Bb, ataupun bb. Bahasan berikut
akan menjelaskan bagaimana kemungkinan
terjadinya perkawinan antar individu dalam suatu populasi.
5). Probabilitas kawin (probability
of mating)
Dalam
suatu populasi, probabilitas terjadinya kawin acak antara dua individu ternak
yang masing-masing bergenotip tertentu adalah hasil kali frekuensi dari kedua
genotip tersebut.
Pada
suatu lokus dengan gen B dan alelnya b terdapat tiga macam kemungkinan genotip
: BB, Bb, atau bb. Pada suatu populasi ternak, dengan asumsi frekuensi genotip
untuk pejantan dan induk sama, dari tiga macam genotip tersebut dimungkinkan ada 9 probabilitas kombinasi
perkawinan dengan probabilitas sebagai
berikut:
Genotip
tetua
|
Probabilitas
kawin (%)
|
|||
Pejantan
|
Induk
|
|||
BB
|
BB
|
f
(BB)
|
X
|
f
(BB)
|
BB
|
Bb
|
f
(BB)
|
X
|
f
(Bb)
|
BB
|
bb
|
f
(BB)
|
X
|
f
(bb)
|
|
|
|
|
|
Bb
|
BB
|
f
(Bb)
|
X
|
f
(BB)
|
Bb
|
Bb
|
f
(Bb)
|
X
|
f
(Bb)
|
Bb
|
bb
|
f
(Bb)
|
X
|
f
(bb)
|
|
|
|
|
|
bb
|
BB
|
f
(bb)
|
X
|
f
(BB)
|
bb
|
Bb
|
f
(bb)
|
X
|
f
(Bb)
|
bb
|
bb
|
f
(bb)
|
X
|
f
(bb)
|
Soal:
Berapa % probabilitas terjadinya perkawinan antara
individu yang bergenotipe BB dengan individu yang bergenotip Bb?
6). Hukum Hardy-Weinberg
Pada
tahun 1908, pada penelitian yang terpisah, G.H. Hardy dan W. Weinberg
mengembangkan dasar hubungan antara frekuensi gen dan frekuensi genotip pada
beberapa generasi. Dari hasil penelitian mereka dihasilkan Hukum Hardy-Weinberg
yang bunyinya sebagai berikut:
“
Pada suatu populasi yang cukup besar di mana perkawinan antar individu terjadi
secara acak (random mating), serta tidak ada hal-hal yang menyebabkan perubahan
frekuensi gen (mutasi, migrasi, dan seleksi), frekuensi gen dan frekuensi genotip tetap konstan dari
satu generasi ke generasi selanjutnya”.
Keadaan
dimana frekuensi gen dan frekuensi
genotip tetap konstan, suatu populasi dinyatakan dalam keadaan keseimbangan
(equilibrium) Hardy-Weinberg
Persyaratan
penting untuk mencapai kondisi equilibrium adalah :
1. Populasi
cukup besar
2. Kawin
acak
3. Tidak
ada hal-hal yang menyebabkan terjadinya perubahan frekuensi gen
7).
Frekuensi gen dan frekuensi genotip pada keseimbangan
Hardy-Weinberg
Pada
suatu populasi yang dalam kondisi keseimbangan Hardy-Weinberg untuk satu lokus
dengan dua alel menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara frekuensi gen dan
frekuensi genotip. Diasumsikan suatu populasi dalam kondisi keseimbangan
Hardy-Weinberg dengan:
f
(B) = p
f
(b) = q
Frekuensi
genotipnya adalah:
Genotip
|
Frekuensi
genotip
|
BB
|
p2
|
Bb
|
2pq
|
bb
|
q2
|
Dalam
bentuk kalimat bunyi tabel tersebut adalah sebagai berikut:
·
Frekuensi genotip BB
sama dengan frekuensi gen B pangkat dua
·
Frekuensi genotip Bb
sama dengan dua kali frekuensi gen B kali frekuensi gen b
·
Frekuensi genotip bb
sama dengan frekuensi gen b pangkat dua
8).
Hubungan antara frekuensi gen dan
frekuensi genotip
Dalam
kondisi kesimbangan Hardy-Weinberg, gen-gen berpasangan secara acak. Dengan perkataan lain, dalam proses
fertilisasi (pembuahan) gen B dari gamet jantan dapat bertemu dengan sesama gen
B yang berasal dari sel telur, dapat pula
bertemu dengan gen b yang berasal dari telur yang lain. Begitu pula
dengan gen b dari gamet jantan. Probabilitas mengambil sebuah gen B secara acak
dari populasi tetua jantan dan betina adalah sebesar p, dan probabilitas untuk
mengambil gen b adalah q.
Masing-masing
genotip memiliki dua gen, sehingga probabilitas untuk mengambil dua gen B
adalah p kali p sama dengan p2. Hasil ini didapat dari ekspansi
Binomial:
(p
+ q)2 = p2 + 2pq + q2
Jumlah
frekuensigen selalu sama dengan 1
(p + q)2 = 12 = 1
sehingga
:
Populasi
dalam keadaan kesimbangan Hardy-Weinberg, frekuensi gen dan frekuensi genotip
tetap sama dengan 1 dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Ini dapat dibuktikan dengan cara sebagai berikut:
-
Frekuensi gen B dari
tetua (pejantan dan induk) dalam populasi
adalah
p
-
Frekuensi gen b dari
tetua (pejantan dan induk) dalam populasi
adalah
q.
-
Pertemuan gamet atau
sel-sel kelamin (pada saat terjadi perkawinan) terjadi secara acak
Gamet
dari
|
Frekuensi
gamet dari
|
Probabilitas
pertemuan antar gamet
|
||
Pejantan
|
Induk
|
Pejantan
|
Induk
|
|
B
|
B
|
p
|
p
|
p2
|
B
|
b
|
p
|
q
|
pq
|
b
|
B
|
q
|
p
|
pq
|
b
|
b
|
q
|
q
|
q2
|
Sehingga
pada anak-anaknya:
Frekuensi
genotip:
f
(BB) = p2,
f(Bb)
= pq + pq = 2pq, dan
f(bb)
= q2
Jumlah frekuensi genotip = f (BB) + f(Bb)
+ f(bb) = p2 + 2pq + q2 = 1
Frekuensi
gen:
f (B) = f (BB) +1/2 f (Bb)
= p2 + pq
= p(p + q) karena (p + q) = 1 maka
= p
dan
f (b) = 1/2 f (Bb) +f (bb)
= pq + q2
= q(p + q) karena (p + q) = 1 maka
= q
Jumlah frekuensi gen = f (B) + f (b) =
p + q = 1
Terbukti
bahwa frekuensi gen dan frekuensi genotip pada generasi anak (F1)
tidak berubah, tetap sama dengan 1.
Bila
populasi ternak dalam keadaan keseimbangan Hardy-Weinberg, hubungan antara
frekuensi gen dengan frekuensi genotip dapat digunakan untuk mengestimasi
frekuensi gen.
Frekuensi
gen b dapat diestimasikan sebagai √f(bb)
Frekuensi
gen B dapat diestimasikan sebagai 1 – f(b)
Contoh:
Pada
populasi sapi Angus sebanyak 1000 ekor yang berwarna hitam 640 ekor, dan yang
merah 360 ekor. Gen B untuk warna hitam dominan penuh terhadap alelnya b untuk
warna merah. Ditanyakan, berapa frekuensi gen B dan gen b serta frekuensi
genotip BB dan Bb dalam populasi tersebut?
Jawab:
Fenotip
|
Genotip
|
Jumlah
ternak (ek)
|
Hitam
|
BB
atau Bb
|
640
|
Merah
|
bb
|
360
|
|
Jumlah
|
1000
|
Bila
populasi dalam keadaan keseimbangan, frekuensi gen b dapat diestimasikan
sebagai berikut:
ˆq
= √f(bb) = √360/1000 = 0.6
ˆp
atau frekuensi gen B = 1 – 0,6 = 0,4
Estimasi
frekuensi genotip BB atau f(BB) = p2
= (0,4)2 = 0,16
Estimasi
frekuensi genotip Bb atau f(Bb) = 2pq =
2(0,4)(0,6) = 0,48
Rangkuman
Frekuensi
genotip
Bila
dalam populasi ada gen P dan alelnya p serta jumlah (besar) populasi = n, dan individu-individu ternak bergenotip PP, Pp, dan
pp, maka:
·
frekuensi untuk masing-masing genotip
adalah sebagai berikut:
~
f (PP) atau Frekuensi
genotip untuk PP = nPP/n
~
f (Pp) atau Frekuensi
genotip untuk Pp = nPp/n
~
f (pp) atau Frekuensi
genotip untuk pp = npp/n
·
jumlah
frekuensi genotip = f (PP) + f (Pp) + f (pp) = 100% atau 1
Frekuensi
gen
Frekuensi
suatu gen didefinisikan sebagai proporsi dari 2n gen. Bila nP adalah
jumlah gen P dalam suatu populasi, maka frekuensi
gen P = f(P) = nP/2n.
Jumlah
gen P didapat dari 2 kali jumlah ternak
yang homosigot (PP) ditambah
dengan jumlah ternak yang heterosigot
(Pp) atau nP = 2nPP
+ nPp.
Jumlah
gen alelnya atau gen p
juga didapat dari jumlah ternak yang
heterosigot (Pp) ditambah dengan 2 kali jumlah ternak yang homosigot resesif
(pp) atau
np = npp
+ 2npp
Frekuensi
gen juga dapat dihitung dari frekuensi genotip:
-
f (P)
= f (PP) + 1/2f (Pp)
-
f (p) = ½ f (Pp) + f (pp)
Frekuensi padan kata dari probabilitas.
Kawin
acak
Kawin
acak atau random mating atau pan-mating adalah suatu sistem
perkawinan dimana masing-masing pejantan mempunyai kesempatan yang sama untuk
mengawini betina yang mana saja. Kawin acak sering digunakan sebagai dasar
perbandingan dalam pelaksanaan
pengkajian terhadap suatu strategi pemuliabiakan ternak.
Probabilitas
kawin (probability of mating)
Dalam
suatu populasi, probabilitas terjadinya kawin acak antara dua individu ternak
yang masing-masing bergenotip tertentu adalah hasil kali frekuensi dari kedua
genotip tersebut. Dari tiga macam genotip
dimungkinkan ada 9 probabilitas kombinasi perkawinan.
Hukum
Hardy-Weinberg
“ Pada suatu populasi yang cukup besar di mana
perkawinan antar individu terjadi secara acak (random mating), serta tidak ada
hal-hal yang menyebabkan perubahan frekuensi gen (mutasi, migrasi, dan
seleksi), frekuensi gen dan frekuensi
genotip tetap konstan dari satu generasi ke generasi selanjutnya”.
~
Keseimbangan
(equilibrium) Hardy-Weinberg adalah keadaan
di suatu populasi dimana frekuensi gen
dan frekuensi genotip tetap konstan dari suatu generasi ke generasi
berikutnya.
~
Persyaratan penting untuk mencapai
kondisi equilibrium adalah :
1. Populasi
cukup besar
2. Kawin
acak
3. Tidak
ada hal-hal yang menyebabkan terjadinya perubahan frekuensi gen
Hubungan antara
frekuensi gen dan frekuensi genotip
Ekspansi
Binomial: (p + q)2 = p2
+ 2pq + q2
Jumlah
frekuensigen selalu sama dengan 1 atau
p + q = 1
(p + q)2 = 12 = 1
sehingga
: p2 + 2pq + q2 = 1
- Bila populasi ternak dalam keadaan keseimbangan Hardy-Weinberg, hubungan antara frekuensi gen dengan frekuensi genotip dapat digunakan untuk mengestimasi frekuensi gen:
-
Frekuensi gen b dapat
diestimasikan sebagai √f(bb)
-
Frekuensi gen B dapat
diestimasikan sebagai 1 – f(b)
Soal/Latihan
1. Tulis
definisi dari frekuensi genotip dan frekuensi gen !
2. Apa
yang anda ketahui tentang kawin acak?
Jelaskan secara singkat dan berikan contohnya!
3. Bila
dalam populasi ada tiga macam genotip: BB, Bb, dan bb, berapa kombinasi
perkawinan dapat terjadi? Berikan contohnya dengan tabel!
4. Bagaimana bunyi Hukum Hardy-Weinberg?
5. Populasi
dalam keadaan keseimbangan Hardy-Weinberg, frekuensi gen dan frekuensi genotip
tetap sama dengan 1 dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Buktikan dengan contoh!
6. Jelaskan
dengan menggunakan Ekspansi Binomial hubungan antara frekuensi gen dengan
frekuensi genotip bila populasi ternak dalam keadaan keseimbangan
Hardy-Weinberg?
7. Pada
populasi sapi Angus ada sapi yang berwarna hitam sebanyak 590 ekor, dan yang berwarna merah 410 ekor.
Gen B untuk warna hitam dominan penuh terhadap alelnya b untuk warna merah.
Ditanyakan, berapa frekuensi gen B dan gen b serta frekuensi genotip BB dan Bb
dalam populasi tersebut?
Daftar
Pustaka
Falconer, D.S.
1981. Introduction to quantitative genetics. 2nd edition. Longman
Group
(FE) Ltd. Hong Kong
Lasley, F.J.
1978. Genetics of livestock improvement. Prentice Hall. Inc. Englewood
Cliffs.
USA.
Sokal, R.R, dan
F.J. Rohlf. 1969. Biometry. W.H. Freeman and Company. San Francisco.
Daftar istilah
Frekuensi gen =
proporsi suatu gen, relatif terhadap semua alelnya yang ada dalam suatu
populasi.
Frekuensi
genotip = proporsi suatu genotip, relatif terhadap semua genotip yang ada dalam suatu populasi.
Gamet = sel
kelamin.
Kawin acak =
kawin yang tidak diatur
Populasi = semua
ternak yang tinggal pada suatu wilayah
Probabilitas =
kemungkinan
Roan = pola
warna pada sapi atau kuda yang ditandai dengan tumbuhnya bulu warna merah di
antara bulu-bulu putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat datang, terimakasih sudah berkunjung.
Mohon gunakan bahasa yang sopan dalam berkomentar.
Jika ingin minta data postingan ini, silahkan chat pada kolom yang disediakan.
Terimakasih