Minggu, 10 Januari 2016

LAPORAN PEMBUATAN SILASE


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kekurangan hijauan segar sebagai pakan ternak sudah lama dirasakan oleh peternak di Indonesia pada umumnya dan di NTT khususnya. Seringkali peternak menanggulanginya dengan cara memberikan pakan seadanya yang diperoleh dengan mudah dari lingkungan di sekitarnya. Pemberian pakan ternak yang seadanya sangat mempengaruhi produktivitas ternak, terlihat dari lambatnya pertumbuhan atau minimnya peningkatan berat badan (BB) bahkan sampai mengalami sakit. Pengawetan hijauan pakan atau limbah pertanian dalam bentuk silase merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh terutama untuk mengatasi kesulitan pengadaan pakan di daerah yang mengalami musim kemarau panjang. Perubahan musim akan mempengaruhi kualitas hijauan pakan yaitu hilangnya fraksi yang mudah larut atau fraksi non structural akibat respirasi yang meningkat dan penurunan netto fotosintesis.
Pengawetan hijauan sepeti silase diharapkan dapat mengatasi permasalahan kekurangan hijauan segar terutama pada musim kemarau yang selanjutnya dapat memperbaiki produktivitas ternak. Produktivitas ternak merupakan fungsi dari ketersediaan pakan dan kualitasnya. Ketersediaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya suhu harian, iklim, dan ketersediaan air tanah. Faktor tersebut sangat mempengaruhi ketersediaan hijauan pakan ternak yang diharapkan kontinyu sepanjang tahun (Ridwan dan Widyastuti, 2001).
B.     Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pembuatan silase
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
                          I.            Pengertian Silase
Silase adalah makanan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi hijauan pakan dengan kandungan air yang tinggi. Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang berupa tanaman hijauan , limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya, dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara , yang biasa disebut dengan Silo, selama sekitar tiga minggu.
                        II.            Tujuan Pembuatan Silase
Tujuan pembuatan silase adalah 1). Memanfaatkan hijauan pada kondisi pertumbuhan yang tertinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitas, 2). Menyediakan hijauan pakan yang berkualitas tinggi bagi ternak ruminansia dan 3). Mempertahankan atau meningkatkan produksi.
 III.            Prinsip Dasar Fermentasi Silase
Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara silase fermentasi adalah sebagai berikut:
Ø  Respirasi
Sebelum sel-sel di dalam tumbuhan mati atau tidak mendapatkan oksigen, maka mereka melakukan respirasi untuk membentuk energi yang di butuhkan dalam aktivitas normalnya. Respirasi ini merupakan konversi karbohidrat menjadi energi.
Respirasi ini di bermanfaat untuk menghabiskan oksigen yang terkandung, beberapa saat setelah bahan di masukan dalam silo. Namun respirasi ini mengkonsumsi karbohidrat dan menimbulkan panas, sehingga waktunya harus sangat di batasi, seperti reaksi dibawah ini :
C2H12O+ 6O2 →→ 6CO2 + 6H2O +  panas
Respirasi yang berkelamaan di dalam bahan baku silase, dapat mengurangi kadar karbohidrat, yang pada ahirnya bisa menggagalkan proses fermentasi. Pengurangan kadar oksigen yang berada di dalam bahan baku silase, saat berada pada ruang yang kedap udara yg disebut dengan Silo, adalah cara terbaik meminimumkan masa respirasi ini.
Ø  Fermentatsi
Setelah kadar oksigen habis , maka proses fermentasi di mulai. Fermentasi adalah menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase sampai dengan kadar pH dimana tidak ada lagi organisme yang dapat hidup dan berfungsi di dalam silo. Penurunan kadar pH ini dilakukan oleh lactic acid ( asam laktat ) yang di hasilkan oleh bakteri Lactobacillus. Lactobasillus itu sendiri sudah berada didalam bahan baku silase, dan dia akan tumbuh dan berkembang dengan cepat sampai bahan baku terfermentasi. Bakteri ini akan mengkonsumsi karbohidrat untuk kebutuhan energinya dan mengeluarkan asam laktat. Bakteri ini akan terus memproduksi asam laktat dan menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase sampai pada tahap kadar pH yang rendah, dimana tidak lagi memungkinkan bakteri ini beraktivitas, sehingga silo berada pada keadaan stagnant, atau tidak ada lagi perubahan yang terjadi, dan bahan baku silase berada pada keadaan yang tetap. Keadaan inilah yang di sebut keadaan terfermentasi, dimana bahan baku berada dalam keadaan tetap , yang disebut dengan menjadi awet. Pada keadaan ini maka silase dapat di simpan bertahun-tahun selama tidak ada oksigen yang menyentuhnya.
 IV.            Bakteri Clostridia
Bakteri ini juga sudah berada pada hijauan atau bahan baku silase lainnya, saat mereka di masukan kedalam silo. Bakteri ini mengkonsumsi karbohidrat, protein dan asam laktat sebagai sumber energy, bakteri ini kemudian mengeluarkan Butyric acid ( asam butirat ), dimana asam butirat bisa diasosiasikan dengan pembusukan silase. Keadaan yang menyuburkan tumbuhnya bakteri clostridia adalah kurangnya kadar karbohidrat untuk proses fermentasi , yang biasanya di sebabkan oleh : kehujanan pada saat pencacahan bahan baku silase, proses respirasi yang terlalu lama, terlalu banyaknya kadar air di dalam bahan baku. Dan juga kekurangan jumlah bakteri Lactobasillus . Itulah sebabnya kadang di perlukan penggunaan bahan tambahan atau aditive.
                        V.            Tahapan atau fase fermentasi silase
Fase I
Fase II
Fase III
Fase IV
Fase V
Fase VI
Respirasi sel, produksi CO2, panas dan air
Produksi asam asetat, asam laktat dan etanol
Pembentukan asam laktat
Pembentukan asam laktat
Penyimpanan material
Dekomposisi aerob saat silo dibuka
Perubahan suhu 20,60C
32,20C

28,90C

28,90C
Perubahan pH 6,0 – 6,5
5,0

4,0

7,0

Bakteri asam asetat asam laktat
Bakteri asam laktat
Bakteri asam laktat

Aktivitas ragi dan jamur
Umur silase 1 hari
2 hari
4 hari
21 hari


                        VI.            Bahan pembuatan Silase
Bahan untuk pembuatan silase adalah segala macam hijauan dan bahan dari tumbuhan lainnya yang di sukai oleh ternak ruminansia, seperti : Rumput, Sorghum, Jagung, Biji-bijian kecil, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi, dll
VII.            Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat Silase
Segala jenis tumbuhan atau hijauan serta bijian yang di sukai oleh ternak, terutama yang mengandung banyak karbohidrat nya. Untuk penjelasan mengapa dan apa sebabnya dapat lihat di bagian Prinsip Fermentasi.
VIII.            Bahan tambahan
Pemberian bahan tambahan secara langsung dengan menggunakan: Natrium bisulfate, Sulfur oxide, Asam chloride, Asam sulfat, Asam propionate, dll. Pemberian bahan tambahan secara tidak langsung ialah dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung karbohidrat yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain molase (melas), onggok (tepung), tepung jagung, dedak halus, ampas sagu.
 IX.            Kriteria Silase yang baik :
Berdasarkan informasi dari (Kartadisastra, 2004) bahwa tempaeratur yang baik untuk silase berkisar 270C hingga 350C. pada temperature tersebut, kualitas silase yang dihasilkan sangat baik. Kualitas tersebut dapat diketahui secara organoleptik, yaitu:
·         Mempunyai tekstur segar
·         Berwarna kehijau-hijauan
·         Tidak berbau busuk
·         Disukai ternak
·         Tidak berjamur
·         Tidak

BAB III
MATERI DAN METODE
1.      Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum
Praktikum pembuatan silase dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal             : Rabu, 17 Oktober 2012
Waktu                         : pukul 10.00 – selesai
Tempat                        : Lab. Lapangan Fakultas Peternakan Undana
2.      Alat dan Bahan Praktikum
      
Alat Praktikum
o   Parang, untuk mencacah rumput
o   Timbangan, untuk menimbang bahan praktikum seperti : rumput, gamal, dan dedak jagung
o   Silo, sebagai media penyimpanan silase
o   Tali raffia / ban dalam bekas, untuk mengikat silo
      Bahan Praktikum
Praktikum ini menggunakan hijauan rumput raja ( Pennisetum purpurophoides ) sebanyak 4,5 Kg, yang dipersiapkan oleh mahasiswa setiap kelompok. Bahan lain yaitu daun gamal ( Gliricidia sepium ) sebanyak 8,5 Kg yang diperoleh dari lab. Lapangan fapet, sedangkan bahan tambahan (additive ) yang digunakan adalah dedak jagung halus.
3.      Langkah – langkah kerja :
v  Potong rumput raja, panjang 5 cm
v  Gamal di ambil daunnya
v  Jemur atau angin-anginkan selama 15 – 20 menit
v  Timbang rumput dan daun gamal dengan perbandingan 60 : 40 % atau rumput raja sebanyak 4,5 Kg dan daun gamal sebanyak 8,5 Kg
v  Timbang dedak jagung halus sebanyak 10 % dari berat hijauan
v  Campulah rumput yang telah dipotong dengan daun gamal secara baik dan rata
v  Setelah dicampur masukkan dalam silo sedikit-demi sedikit bersamaan dengan dedak jagung sambil ditekan sampai    padat betul sehingga tidak ada udara dalam silo
v  Segera tutup silo dan diikat yang kuat dengan ban dalam bekas atau tali raffia sehingga silo tidak terbuka atau masuk udara
v  Simpan ditempat yang aman dan tidak terkena sinar matahari langsung
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Silase
Berdasarkan hasil praktikum pembuatan silase campuran rumpur raja dan daun gamal adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Silase campuran rumput raja dan daun gamal
Kriteria
Minggu 0
Minggu 1
Minggu 2
`Minggu 3

Karak-teristik
Karak-teristik
Karak-teristik
Karak-teristik
Bau
Khas daun gamal
-
-
Harum / khas silase
Tekstur
Kasar
-
-
remah, lembut
Warna
Hijau
Hijau
Seperti daun di rebus
Hijau kekuning – kuningan / kocoklatan
Jamur
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Penggumpalan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
1.1.1        warna
Berdasarkan hasil praktikum warna dari silase campuran rumput raja dan daun gamal, diperoleh hasil minggu ke-0 pada sampel masih seperti warna bahan asal yaitu warna hijau , minggu ke-1 warna masih tetap hijau, minggu ke-2 berwarna hijau seperti daun direbus sedangkan minggu ke-3 pada sampel berwarna hijau kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa silase memiliki kualitas yang kurang baik pada minggu ke-3 karena warna yang dihasilkan sudah menjadi hijau kecoklatan, namun pada minggu ke-2 masih tergolong bagus kualitasnya. Sesuai dengan pendapat Febrisiantosa (2007) yang menyatakan bahwa silase yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri teksturnya tidak berubah, tidak menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus, berbau dan   berasa asam. Ditambahkan oleh pernyataan   Susetyo et al., (1980) menyatakan  bahwa silase yang baik memiliki warna yang tidak jauh berbeda dengan warna bahan dasar itu sendiri, memiliki pH rendah dan baunya asam.
1.1.2.      Bau
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bau dari silase campuran rumput raja dan daun gamal, diperoleh hasil minggu ke-0 pada sampel masih seperti bau bahan asal yaitu bau khas rumput dan gamal , minggu ke-1 hingga minggu ke-2 tidak dilakukan pengamatan bau sebab silo tidak dibuka, sedangkan minggu ke-3 pada sampel berbau harum / bau khas silase. Hal ini menunjukkan bahwa silase minggu ke-3 memiliki kualitas yang baik karena berbau harum. Sesuai dengan pendapat Febrisiantosa (2007) yang menyatakan bahwa silase yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri teksturnya tidak berubah, tidak menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus, berbau dan berasa asam. Ditambahkan oleh Foley et al.(1973) yang menyatakan bahwa tahapan ensilase ada 5 yaitu 1) Hijauan akan menghasilkan panas dan CO2sampai proses respirasi terhenti. Respirasi aerob oleh hijauan akan mengurangi udara dalam silo dan menyebabkan kondisi anaerob. Proses ini berlangsung selama 3-5 hari pertama; 2) Fase produksi asam asetat yang dihasilkan oleh bakteri; 3) Tahap ini dimulai saat konsentrasi asam meningkat dengan pertambahan bakteri penghasil asam laktat; 4) Terjadi penurunan bakteri pembentuk asam laktat karena bakteri asam asetat tidak dapat hidup di lingkungan dengan asam laktat dan asetat tersedia cukup, tidak akan terjadi perubahan lebih lanjut kamudian akan berreaksi dengan bahan yang diawetkan sehingga terjadi pembusukan, asam amino dan protein akan berubah menjadi ammonia dan amina yang akan menurunkan kualitas silase.
1.1.3.      Jamur
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamantan jamur dari silase campuran rumput raja dan daun gamal, diperoleh hasil minggu ke-0 tidak ada jamur , minggu ke-1 belum ada jamur, minggu ke-2 tidak ada jamur yang tumbuh pada silase tersebut hingga minggu ke-3 pada saat silase dibongkar tidak terdapat jamur. Kualitas silase pada minggu ke-3 itu bagus karena silase tersebut tidak terkontaminasi jamur. Hal   ini   sesuai   dengan pendapat Regan (1997) yang menyatakan bahwa silase dikatakan berkualitas baik, jika tidak terdapat jamur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas silase seperti asal atau jenis hijauan, temperatur penyimpanan, tingkat pelayuan sebelum pembuatan silase, tingkat kematangan atau fase pertumbuhan tanaman, bahan pengawet, panjang pemotongan, dan kepadatan hijauan dalam silo. Ditambahkan oleh pendapat Zailzar et al. (2011) bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu berbau harum agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan dan memiliki pH antara 4 sampai 4,5.
1.1.4.      Tekstur
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamantan tekstur dari silase campuran rumput raja dan daun gamal, diperoleh hasil minggu ke-0 kasar , minggu ke-1 hingga minggu ke-2 tidak dilakukan pengamatan tekstur sebab silo tidak dibuka. Sedangkan pada minggu ke-3 saat di buka tekstur silase tersebut masih utuh, remah dan lembut. kualitas silase pada minggu ke-3 ini baik. Hal ini sependapat dengan Zailzaret al. (2011) bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu berbau harum dan bertekstur remah.
1.1.5.      pH
Berdasarkan hasil praktikum tidak dilakuan pengukuran pH dari silase, baik dari minggu ke – 1 hingga minggu ke-3. Silase yang baik itu harus dalam suasana asam karena terjadi proses fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1996) yang menyatakan bahwa pada pembuatan silase perlu ditambahkan bahan pengawet agar terbentuk suasana asam dengan derajat keasaman optimal. Rasa asam dapat dijadikan sebagai indikator untuk melihat keberhasilan proses ensilase, sebab untuk keberhasilan proses ensilase harus dalam suasana asam. Diperkuat oleh pernyataan Hal ini sependapat dengan Zailzar et al. (2011) bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu memiliki pH antara 4 sampai 4,5.
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa prinsip utama pengawetan melalui teknologi silase adalah mempercepat kondisi anaerob dan suasana asam didalam silo. Hal ini dapat terjadi apabila jumlah udara di dalam silo minimal yaitu dengan pemadatan yang maksimal, disamping menekan aktivitas mikroba yang menyebabkan kerusakan silase dengan mendorong percepatan terbentuknya asam laktat.
Kualitas silase campuran rumput raja dan daun gamal menunjukkan hasil baik. Hal ini dikarenakan memilki sifat berbau dan rasa asam, berwarna hijau seperti daun direbus, tekstur hijau seperti bahan asal, tidak berjamur dan tidak menggumpal sesuai dengan persyaratan silase yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hartati, Erna. 2010. Bahan Ajar Mandiri Teknologi Pengolahan Pakan Fakultas Peternakan           Universitas Nusa Cendana Kupang
Siregar, S.B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Widyastuti, Y. 2008. Fermentasi Silase dan Manfaat Probiotik Silase bagi Rouminansia. Media    Peternakan. 31 (3) : 225-232.

Zailzar, L., Sujono, Suyatno dan A. Yani. 2011. Peningkatan Kualitas Dan  Ketersediaan Pakan Untuk Mengatasi Kesulitan di Musim Kemarau Pada Kelompok Peternak Sapi Perah.            Jurnal Dedikasi Vol. 8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat datang, terimakasih sudah berkunjung.
Mohon gunakan bahasa yang sopan dalam berkomentar.
Jika ingin minta data postingan ini, silahkan chat pada kolom yang disediakan.

Terimakasih

Popular Posts

Definition List

Unordered List

Support