BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekurangan hijauan segar sebagai pakan ternak
sudah lama dirasakan oleh peternak di Indonesia pada umumnya dan di NTT
khususnya. Seringkali peternak menanggulanginya dengan cara memberikan pakan
seadanya yang diperoleh dengan mudah dari lingkungan di sekitarnya. Pemberian
pakan ternak yang seadanya sangat mempengaruhi produktivitas ternak, terlihat
dari lambatnya pertumbuhan atau minimnya peningkatan berat badan (BB) bahkan
sampai mengalami sakit. Pengawetan hijauan pakan atau limbah pertanian dalam
bentuk silase merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh terutama
untuk mengatasi kesulitan pengadaan pakan di daerah yang mengalami musim
kemarau panjang. Perubahan musim akan mempengaruhi kualitas hijauan pakan yaitu
hilangnya fraksi yang mudah larut atau fraksi non structural akibat respirasi
yang meningkat dan penurunan netto fotosintesis.
Pengawetan hijauan sepeti silase diharapkan
dapat mengatasi permasalahan kekurangan hijauan segar terutama pada musim
kemarau yang selanjutnya dapat memperbaiki produktivitas ternak. Produktivitas
ternak merupakan fungsi dari ketersediaan pakan dan kualitasnya. Ketersediaan
pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya suhu harian, iklim, dan
ketersediaan air tanah. Faktor tersebut sangat mempengaruhi ketersediaan
hijauan pakan ternak yang diharapkan kontinyu sepanjang tahun (Ridwan dan
Widyastuti, 2001).
B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pembuatan
silase
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pengertian Silase
Silase adalah makanan ternak yang dihasilkan
melalui proses fermentasi hijauan pakan dengan kandungan air yang tinggi.
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang
berupa tanaman hijauan , limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami
lainya, dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di
masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara , yang biasa
disebut dengan Silo, selama sekitar tiga minggu.
II. Tujuan Pembuatan Silase
Tujuan pembuatan silase adalah 1).
Memanfaatkan hijauan pada kondisi pertumbuhan yang tertinggi baik dari segi
kualitas maupun kuantitas, 2). Menyediakan hijauan pakan yang berkualitas
tinggi bagi ternak ruminansia dan 3). Mempertahankan atau meningkatkan
produksi.
III. Prinsip Dasar Fermentasi Silase
Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara
silase fermentasi adalah sebagai berikut:
Ø Respirasi
Sebelum sel-sel di dalam tumbuhan mati atau
tidak mendapatkan oksigen, maka mereka melakukan respirasi untuk membentuk
energi yang di butuhkan dalam aktivitas normalnya. Respirasi ini merupakan
konversi karbohidrat menjadi energi.
Respirasi ini di bermanfaat untuk menghabiskan
oksigen yang terkandung, beberapa saat setelah bahan di masukan dalam silo.
Namun respirasi ini mengkonsumsi karbohidrat dan menimbulkan panas, sehingga
waktunya harus sangat di batasi, seperti reaksi dibawah ini :
C2H12O6 +
6O2 →→ 6CO2 + 6H2O + panas
Respirasi yang berkelamaan di dalam bahan baku
silase, dapat mengurangi kadar karbohidrat, yang pada ahirnya bisa menggagalkan
proses fermentasi. Pengurangan kadar oksigen yang berada di dalam bahan baku
silase, saat berada pada ruang yang kedap udara yg disebut dengan Silo, adalah
cara terbaik meminimumkan masa respirasi ini.
Ø Fermentatsi
Setelah kadar oksigen habis , maka proses
fermentasi di mulai. Fermentasi adalah menurunkan kadar pH di dalam bahan baku
silase sampai dengan kadar pH dimana tidak ada lagi organisme yang dapat hidup
dan berfungsi di dalam silo. Penurunan kadar pH ini dilakukan oleh lactic
acid ( asam laktat ) yang di hasilkan oleh bakteri Lactobacillus.
Lactobasillus itu sendiri sudah berada didalam bahan baku silase, dan dia akan
tumbuh dan berkembang dengan cepat sampai bahan baku terfermentasi. Bakteri ini
akan mengkonsumsi karbohidrat untuk kebutuhan energinya dan mengeluarkan asam
laktat. Bakteri ini akan terus memproduksi asam laktat dan
menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase sampai pada tahap kadar pH yang
rendah, dimana tidak lagi memungkinkan bakteri ini beraktivitas, sehingga silo
berada pada keadaan stagnant, atau tidak ada lagi perubahan yang terjadi, dan
bahan baku silase berada pada keadaan yang tetap. Keadaan inilah yang di sebut
keadaan terfermentasi, dimana bahan baku berada dalam keadaan tetap , yang
disebut dengan menjadi awet. Pada keadaan ini maka silase dapat di simpan
bertahun-tahun selama tidak ada oksigen yang menyentuhnya.
IV. Bakteri Clostridia
Bakteri ini juga sudah berada pada hijauan
atau bahan baku silase lainnya, saat mereka di masukan kedalam silo. Bakteri
ini mengkonsumsi karbohidrat, protein dan asam laktat sebagai sumber energy,
bakteri ini kemudian mengeluarkan Butyric acid ( asam butirat
), dimana asam butirat bisa diasosiasikan dengan pembusukan silase. Keadaan
yang menyuburkan tumbuhnya bakteri clostridia adalah kurangnya kadar
karbohidrat untuk proses fermentasi , yang biasanya di sebabkan oleh :
kehujanan pada saat pencacahan bahan baku silase, proses respirasi yang terlalu
lama, terlalu banyaknya kadar air di dalam bahan baku. Dan juga kekurangan
jumlah bakteri Lactobasillus . Itulah sebabnya kadang di perlukan penggunaan
bahan tambahan atau aditive.
V. Tahapan atau fase fermentasi silase
Fase I
|
Fase II
|
Fase III
|
Fase IV
|
Fase V
|
Fase VI
|
Respirasi sel, produksi CO2, panas
dan air
|
Produksi asam asetat, asam laktat
dan etanol
|
Pembentukan asam laktat
|
Pembentukan asam laktat
|
Penyimpanan material
|
Dekomposisi aerob saat silo dibuka
|
Perubahan suhu 20,60C
|
32,20C
|
28,90C
|
28,90C
|
||
Perubahan pH 6,0 – 6,5
|
5,0
|
4,0
|
7,0
|
||
Bakteri asam asetat asam laktat
|
Bakteri asam laktat
|
Bakteri asam laktat
|
Aktivitas ragi dan jamur
|
||
Umur
silase 1 hari
|
2 hari
|
4 hari
|
21 hari
|
VI. Bahan pembuatan Silase
Bahan untuk pembuatan silase adalah segala
macam hijauan dan bahan dari tumbuhan lainnya yang di sukai oleh ternak
ruminansia, seperti : Rumput, Sorghum, Jagung, Biji-bijian kecil, tanaman tebu,
tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi, dll
VII. Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat Silase
Segala jenis tumbuhan atau hijauan serta
bijian yang di sukai oleh ternak, terutama yang mengandung banyak karbohidrat
nya. Untuk penjelasan mengapa dan apa sebabnya dapat lihat di bagian Prinsip
Fermentasi.
VIII. Bahan tambahan
Pemberian bahan tambahan secara langsung
dengan menggunakan: Natrium bisulfate, Sulfur oxide, Asam chloride, Asam
sulfat, Asam propionate, dll. Pemberian bahan tambahan secara tidak langsung
ialah dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung karbohidrat yang
siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain molase (melas), onggok (tepung),
tepung jagung, dedak halus, ampas sagu.
IX. Kriteria Silase yang baik :
Berdasarkan informasi dari (Kartadisastra,
2004) bahwa tempaeratur yang baik untuk silase berkisar 270C hingga
350C. pada temperature tersebut, kualitas silase yang dihasilkan
sangat baik. Kualitas tersebut dapat diketahui secara organoleptik, yaitu:
· Mempunyai tekstur segar
· Berwarna kehijau-hijauan
· Tidak berbau busuk
· Disukai ternak
· Tidak berjamur
· Tidak
BAB III
MATERI DAN METODE
1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum
Praktikum pembuatan silase dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal :
Rabu, 17 Oktober 2012
Waktu :
pukul 10.00 – selesai
Tempat :
Lab. Lapangan Fakultas Peternakan Undana
2. Alat dan Bahan Praktikum
Alat Praktikum
o Parang, untuk mencacah rumput
o Timbangan, untuk menimbang bahan praktikum
seperti : rumput, gamal, dan dedak jagung
o Silo, sebagai media penyimpanan silase
o Tali raffia / ban dalam bekas, untuk mengikat
silo
Bahan Praktikum
Praktikum ini menggunakan hijauan rumput raja
( Pennisetum purpurophoides ) sebanyak 4,5 Kg, yang
dipersiapkan oleh mahasiswa setiap kelompok. Bahan lain yaitu daun gamal ( Gliricidia
sepium ) sebanyak 8,5 Kg yang diperoleh dari lab. Lapangan fapet,
sedangkan bahan tambahan (additive ) yang digunakan adalah dedak
jagung halus.
3. Langkah – langkah kerja :
v Potong rumput raja, panjang 5 cm
v Gamal di ambil daunnya
v Jemur atau angin-anginkan selama 15 – 20 menit
v Timbang rumput dan daun gamal dengan
perbandingan 60 : 40 % atau rumput raja sebanyak 4,5 Kg dan daun gamal sebanyak
8,5 Kg
v Timbang dedak jagung halus sebanyak 10 % dari
berat hijauan
v Campulah rumput yang telah dipotong dengan
daun gamal secara baik dan rata
v Setelah dicampur masukkan dalam silo
sedikit-demi sedikit bersamaan dengan dedak jagung sambil ditekan
sampai padat betul sehingga tidak ada udara dalam silo
v Segera tutup silo dan diikat yang kuat dengan
ban dalam bekas atau tali raffia sehingga silo tidak terbuka atau masuk udara
v Simpan ditempat yang aman dan tidak terkena
sinar matahari langsung
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Silase
Berdasarkan hasil praktikum pembuatan silase
campuran rumpur raja dan daun gamal adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Silase campuran
rumput raja dan daun gamal
Kriteria
|
Minggu 0
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
`Minggu 3
|
Karak-teristik
|
Karak-teristik
|
Karak-teristik
|
Karak-teristik
|
|
Bau
|
Khas daun gamal
|
-
|
-
|
Harum / khas silase
|
Tekstur
|
Kasar
|
-
|
-
|
remah, lembut
|
Warna
|
Hijau
|
Hijau
|
Seperti daun di
rebus
|
Hijau kekuning –
kuningan / kocoklatan
|
Jamur
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Penggumpalan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
1.1.1 warna
Berdasarkan hasil praktikum warna dari silase
campuran rumput raja dan daun gamal, diperoleh hasil minggu ke-0 pada sampel
masih seperti warna bahan asal yaitu warna hijau , minggu ke-1 warna masih
tetap hijau, minggu ke-2 berwarna hijau seperti daun direbus sedangkan minggu
ke-3 pada sampel berwarna hijau kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa silase
memiliki kualitas yang kurang baik pada minggu ke-3 karena warna yang
dihasilkan sudah menjadi hijau kecoklatan, namun pada minggu ke-2 masih
tergolong bagus kualitasnya. Sesuai dengan pendapat Febrisiantosa (2007) yang
menyatakan bahwa silase yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri teksturnya
tidak berubah, tidak menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus, berbau
dan berasa asam. Ditambahkan oleh pernyataan Susetyo et al., (1980) menyatakan
bahwa silase yang baik memiliki warna yang tidak jauh berbeda dengan
warna bahan dasar itu sendiri, memiliki pH rendah dan baunya asam.
1.1.2. Bau
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bau dari
silase campuran rumput raja dan daun gamal, diperoleh hasil minggu ke-0 pada
sampel masih seperti bau bahan asal yaitu bau khas rumput dan gamal , minggu
ke-1 hingga minggu ke-2 tidak dilakukan pengamatan bau sebab silo tidak
dibuka, sedangkan minggu ke-3 pada sampel berbau harum / bau khas silase.
Hal ini menunjukkan bahwa silase minggu ke-3 memiliki kualitas yang baik karena
berbau harum. Sesuai dengan pendapat Febrisiantosa (2007) yang menyatakan bahwa
silase yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri teksturnya tidak berubah,
tidak menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus, berbau dan berasa asam.
Ditambahkan oleh Foley et al.(1973) yang menyatakan bahwa tahapan
ensilase ada 5 yaitu 1) Hijauan akan menghasilkan panas dan CO2sampai
proses respirasi terhenti. Respirasi aerob oleh hijauan akan mengurangi udara
dalam silo dan menyebabkan kondisi anaerob. Proses ini berlangsung selama 3-5
hari pertama; 2) Fase produksi asam asetat yang dihasilkan oleh bakteri; 3)
Tahap ini dimulai saat konsentrasi asam meningkat dengan pertambahan bakteri
penghasil asam laktat; 4) Terjadi penurunan bakteri pembentuk asam laktat
karena bakteri asam asetat tidak dapat hidup di lingkungan dengan asam laktat
dan asetat tersedia cukup, tidak akan terjadi perubahan lebih lanjut kamudian
akan berreaksi dengan bahan yang diawetkan sehingga terjadi pembusukan, asam
amino dan protein akan berubah menjadi ammonia dan amina yang akan menurunkan
kualitas silase.
1.1.3. Jamur
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil
pengamantan jamur dari silase campuran rumput raja dan daun gamal, diperoleh
hasil minggu ke-0 tidak ada jamur , minggu ke-1 belum ada jamur, minggu ke-2
tidak ada jamur yang tumbuh pada silase tersebut hingga minggu ke-3 pada saat
silase dibongkar tidak terdapat jamur. Kualitas silase pada minggu ke-3 itu
bagus karena silase tersebut tidak terkontaminasi jamur. Hal
ini sesuai dengan pendapat Regan (1997) yang
menyatakan bahwa silase dikatakan berkualitas baik, jika tidak terdapat jamur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas silase seperti asal atau jenis
hijauan, temperatur penyimpanan, tingkat pelayuan sebelum pembuatan silase,
tingkat kematangan atau fase pertumbuhan tanaman, bahan pengawet, panjang
pemotongan, dan kepadatan hijauan dalam silo. Ditambahkan oleh pendapat Zailzar et
al. (2011) bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu berbau harum agak
kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan dan
memiliki pH antara 4 sampai 4,5.
1.1.4. Tekstur
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil
pengamantan tekstur dari silase campuran rumput raja dan daun gamal, diperoleh
hasil minggu ke-0 kasar , minggu ke-1 hingga minggu ke-2 tidak dilakukan
pengamatan tekstur sebab silo tidak dibuka. Sedangkan pada minggu ke-3 saat di
buka tekstur silase tersebut masih utuh, remah dan lembut. kualitas silase pada
minggu ke-3 ini baik. Hal ini sependapat dengan Zailzaret al. (2011)
bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu berbau harum dan bertekstur remah.
1.1.5. pH
Berdasarkan hasil praktikum tidak dilakuan
pengukuran pH dari silase, baik dari minggu ke – 1 hingga minggu ke-3. Silase
yang baik itu harus dalam suasana asam karena terjadi proses fermentasi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Siregar (1996) yang menyatakan bahwa pada pembuatan
silase perlu ditambahkan bahan pengawet agar terbentuk suasana asam dengan
derajat keasaman optimal. Rasa asam dapat dijadikan sebagai indikator untuk
melihat keberhasilan proses ensilase, sebab untuk keberhasilan proses ensilase harus
dalam suasana asam. Diperkuat oleh pernyataan Hal ini sependapat dengan Zailzar et
al. (2011) bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu memiliki pH antara 4
sampai 4,5.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan
bahwa prinsip utama pengawetan melalui teknologi silase adalah mempercepat
kondisi anaerob dan suasana asam didalam silo. Hal ini dapat terjadi apabila
jumlah udara di dalam silo minimal yaitu dengan pemadatan yang maksimal,
disamping menekan aktivitas mikroba yang menyebabkan kerusakan silase dengan
mendorong percepatan terbentuknya asam laktat.
Kualitas silase campuran rumput raja dan daun
gamal menunjukkan hasil baik. Hal ini dikarenakan memilki sifat berbau dan rasa
asam, berwarna hijau seperti daun direbus, tekstur hijau seperti bahan asal,
tidak berjamur dan tidak menggumpal sesuai dengan persyaratan silase yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hartati, Erna. 2010. Bahan Ajar Mandiri Teknologi Pengolahan
Pakan Fakultas Peternakan Universitas
Nusa Cendana Kupang
Siregar, S.B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Widyastuti, Y. 2008. Fermentasi Silase dan
Manfaat Probiotik Silase bagi Rouminansia. Media Peternakan. 31 (3)
: 225-232.
Zailzar, L., Sujono, Suyatno dan A. Yani. 2011. Peningkatan Kualitas Dan Ketersediaan Pakan Untuk Mengatasi Kesulitan di Musim Kemarau Pada Kelompok Peternak Sapi Perah. Jurnal Dedikasi Vol. 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat datang, terimakasih sudah berkunjung.
Mohon gunakan bahasa yang sopan dalam berkomentar.
Jika ingin minta data postingan ini, silahkan chat pada kolom yang disediakan.
Terimakasih