Sabtu, 31 Maret 2018

Manajemen Ternak Perah


BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang                                               

Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan gizi bagi masyarakat. Produk utama yang dihasilkan dari ternak sapi perah adalah susu. Susu merupakan cairan bukan kolostrum yang dihasilkan dari proses pemerahan ternak perah, baik sapi, kambing maupun kerbau secara kontinyu dan tidak merubah komponennya sebagai bahan pangan yang sehat. Susu sapi merupakan susu yang sebagian besar dikonsumsi oleh manusia, karena kandungan zat gizinya dapat diserap sempurna oleh tubuh. Oleh karena itu, ada makanan empat sehat lima sempurna, dan untuk mendapatkan sempurna itu harus melalui susu.

Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun - ketahun rata-rata meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak setinggi pada ternak unggas. Saat ini dibutuhkan suatu metode yang tepat dalam membangun subsektor peternakan khususnya mengenai komoditas sapi perah. Karena sebagian besar susu dihasilkan dari pulau jawa, sehingga pengembangan didaerah luar jawa sangat potensial untuk dikembangkan.

Pengembangan sapi perah dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas sapi perah baik dari segi teknis maupun dari segi ekonomis. Produktivitas ternak sapi perah harus dipacu untuk dapat ditingkatkan, diantaranya manajemen reproduksi dan manajemen pakan. Hal tersebut dikarenakan besarnya produksi susu ditentukan oleh keberhasilan program-program reproduksi dan manajemen pakan yang balance (seimbang) baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Manajemen reproduksi yang baik harus mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah masa kering, service period, lama laktasi, calving interval, service per conception maupun umur beranak. Salah satu masalah yang masih menjadi kendala pada peternak Indonesia adalah masih kurang diperhatikannya service period. Umumnya peternak kita service periodnya sekitar 4 bulan, padahal standar untuk mendapatkan produksi susu yang optimal dan terjadi kontinyuitas produksi service period dipatok 2 bulan. Ini akan menjadi tugas bagi kita semua untuk dapat membenahi manajemen reproduksi pada ternak sapi perah.

Kandang harus dibersihkan setiap hari secara teratur terutama lantai kandang, bak pakan dan bak minum. Sapi perah yang sedang laktasi memerlukan tingkat kebersihan yang lebih baik agar air susu yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik pula. Terutama pada waktu akan mengadakan pemerahan, kandang dan peralatan harus dibersihkan terlebih dahulu sebab air susu mudah sekali menyerap bau-bauan. Oleh karena itu diperlukan air yang cukup banyak untuk penyediaan air minum, memandikan sapi, membersihkan kandang, dan peralatan persusuan.

Kebersihan lingkungan adalah faktor utama dalam peternakan sapi perah, bahkan pembibtan (breeding farm) harus bebas dari penyakit hewan menular. Hal tersebut tentunya untuk menjamin kualitas bibit yang dihasilkan dan mencegah bibit menjadi carrier dari penyakit tertentu apabila disebarkan ke pengguna bibit.

Lantai sebagai tempat berpijak dan berbaring sapi sepanjang waktu harus benar-benar memenuhi syarat: keras (dalam arti tahan injak), rata, tidak licin, tidak mudah menjadi lembab. Lantai yang memenuhi syarat akan menjamin kehidupan sehingga proses fisis biologis seperti memamah-biak, bernafas dan lain sebagainya akan berjalan dengan normal. Lantai yang rata dan tidak tajam akan membuat sapi dapat berdiri tegak, berbaring secara bebas, dan nyaman. Lantai yang kasar atau tajam dapat menimbulkan kulit menjadi lecet sehingga mudah dimasuki organisme atau kuman ke dalam tubuh sapi. Sebaliknya, lantai yang licin dapat menyebabkan sapi mudah tergelincir. Lantai yang selalu lembab dan becek dapat mengganggu pernafasan sapi dan menjadi sarang kuman. Supaya air mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus diupayakan miring. Kemiringan lantai kandang 2-3 cm.

Kandang ternak memiliki peranan yang sangat penting didalam usaha pengolahan ternak perah. Dengan adanya kandang pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan bagi peternakan sedikitnya dapat denetralisir melalui konstruksi kandang yang tepat. Konstruksi kandang yang baik tidak akan ada manfaatnya jika kandang tersebut tidak pernah dibersihkan baik kesehatan ternak maupun kesehatan pengelolaannya.

Sudah disebutkan pula bahwa susu sangat mudah menyerap bau-bauan maupun bahan kimia. Untuk hal ini lah kebersihan lingkungan sangat diperhatikan, khususnya kebersiahn kandang. Mengingat pentingnya arti kebersihan kandang terhadap produksi susu yang dihasilkan, maka kebersihan kandang itu perlu diketahui koleh mahasiswa peternakan.

Tujuan

Tujuan dilakasanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh, kebersihann kandang terhadap kebersihan susu yang dihasilkan serta merumuskan masalah-masalah yang mungkin ada. Serta ingin mengetahui rata-rata lama lantaikandang dibersihkan setiap hari. Praktikum pembersihan kandang ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam hal perkandangan sapi perah, khususnya masalah kebersihan kandang dalam usaha  ternak per hari.

Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah untuk menambah pengalaman, wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai penerapan manajemen pemeliharaan ternak sapi perah jenis PFH (Peranakan Friesian Holstein).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap bangsa sapi mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam hal produksi susu dan kadar lemak susu. Berdasarkan produksi susu (volume produksi) secara berurutan dari produksi yang paling tinggi sampai yang paling rendah adalah Fries Hollands, Brown Swiss, Red Polled, Ayrshire, Guernsey, Red Danish, Jersey, dan Milking Shorthorn. Berdasarkan kadar lemak secara berurutan dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah yaitu Jersey, Guernsey, Red Danish, Ayrshire, Brown Swiss, Milking Shorthorn, Red Polled, dan Fries Hollands, sedangkan untuk jumlah produksi lemak yang dihasilkan secara berurutan antara lain Fries Holland, Brown Swiss, Jersey, Guernsey, Ayrshire, Red Danish, Red Polled, dan Milking Shorthorn (Makin, 2011).
Sapi perah asli tropika menurut Murti (2007), terdiri dari sapi Damaskus, sapi Gir, sapi Ongole, dan sapi Sahiwal. Sapi perah asal subtropika terdiri dari sapi Friesian Holstein (FH), sapi Jersey, Guernsey, Ayrshire, dan sapi Brown Swiss. Sapi perah hasil persilangan yaitu sapi Australian Friesian Sahiwal (AFS), sapi Australian Milking Zebu (AMZ), sapi Jamaica Hope (JH), dan Karan Swiss. Sapi Damaskus berukuran sedang dengan tubuh tipis, warna kulit tubuh cerah kemerahan sampai coklat tua, produksi susu antara 1500 sampai 3000 kg per 200 sampai 300 hari laktasi. Sapi Gir berwarna putih dengan bintik merah gelap atau coklat merata ditubuh, menghasilkan susu sebanyak 1200 sampai 1800 kg per laktasi selama 240 sampai 380 hari. Sapi Ongole dikenal sebagai ternak pekerja namun juga dapat menghasilkan susu sampai 1500 kg per laktasi selama 300 sampai 330 hari. Sapi Sahiwal berwarna merah pucat kadang ada garis putih, produksi susu antara 1400 sampai 2500 kg per laktasi.
Sapi Jersey berwarna coklat, susu berwarna kuning karena kandungan karotennya tinggi serta presentase lemak dan bahan padatnya juga tinggi. Sapi Guernsey berwarna coklat muda dengan totol-totol putih yang nampak jelas. Sapi Guernsey produksi susu dengan warna kuning yang mencerminkan kadar karoten yang tinggi (karoten adalah pembentuk atau prekursor vitamin A). Sapi Ayrshire memiliki pola warna yang bervariasi dari merah dan putih sampai warna mahagoni dan putih. Sapi Brown Swiss memiliki warna yang bervariasi mulai dari coklat muda sampai coklat gelap.Sapi ini dikembangkan untuk tujuan produksi keju dan daging, serta produksi susunya dalam jumlah besar dengan kandungan bahan padat dan lemak yang relatif tinggi (Blakely dan Bade, 2008).
Anatomi dan fisiologi saluran pencernaan sapi perah yang diamati pada saat praktikum adalah alat prehension dari sapi perah.Alat prehension dari sapi perah adalah lidah. Lidah pada sapi perah berfungsi untuk mengambil pakan yang akan dimakan sapi tersebut. Lidah dari sapi perah mempunyai tekstur yang kasar dan pakan yang dimakan adalah hijauan dan konsentrat. Lidah sapi mempunyai ciri-ciri panjang, kuat, bertekstur kasar, mudah ditekuk dan mudah digerakkan. Lidah merupakan alat prehension atau alat untuk mengambil pakan pada sapi (Bath et all, 2005).
Ambing sapi terdiri dari empat bagian. Kulit ambing ditutupi rambut halus tetapi puting sama sekali tidak tertutup rambut. Tiap bagian itu dilihat dari segi jaringan kelenjarnya, merupakan kesatuan yang terpisah. Separuh bagian kanan dan separuh bagian kiri, masing-masing satu kuarter (seperempat bagian) cranial ambing (depan) dan satu kuarter caudal ambing (belakang), dan masing-masing bagian tersebut lebih kurang merupakan kesatuan sendiri-sendiri. Separuh bagian ambing yang satu tidak tergantung pada separuh bagian ambing yang lain, khususnya dalam hal suplai darah, saraf dan aparatus suspensoris (Frandson, 2002).
Keluarnya air susu dipengaruhi oleh hormon oxytocin. Hormon Oxitocinmempengaruhi sel-sel epitel otot (myoepithekium) dan menyebabakan kontraksi pada sel-sel tersebut. Ambing kencang dan menurunkan susu (Let Down of Milk) disebabkan oleh kontraksi di atas. Hormon tersebut dikeluarkan ke dalam peredaran darah apabila ada rangsangan-rangsangan yang diterima oleh hewan dari petugas perah  (Blakely dan Bade, 2008).
Ambing terdiri dari bagian-bagian kecil dari jaringan sekretorik yang tersusun dari alveoli. Sejumlah alveoli bergabung menjadi satu oleh satu saluran dan terbungkus oleh jaringan ikat membentuk satu lobulus. Sejumlah lobulus bergabung menjadi satu membentuk lobus, diantaranya jaringan sekretorik terdapat jaringan ikat. Jaringan ikat ambing lebih banyak dibandingkan jaringan sekretorik, ambing tersebut adalah ambing daging, jika sebaliknya disebut ambing (Prihadi, 1997).
Susu terbentuk dalam alveolus dan jaringan sekretorik akan dikeluarkan melalui saluran kapiler menuju kedalam lobulus dan selanjutnya terkumpul dalam lobus. Susu dari lobus melalui saluran-saluran yang akhirnya bergabung menjadi salurn induk dialirkan menuju sistem ambing yang terdapat di atas puting. Ujung puting sapi hanya mempunyai satu lubang  (Soetarno, 2004).
Ukuran dan bentuk kelenjar susu berbeda-beda dan sangat dipengaruhi oleh kemampuan produksi, umur ternak, dan faktor genetik yang diturunkan oleh induknya (Prihadi, 2001). Sapi perah yang produksi susunya tinggi memiliki sistem mamae yang besar, ambing melekat mantap, putingnya terletak pada keempat sudut bujur sangkar uniform atau seragam, pembuluh venanya menonjol karena jumlah darah yang dibutuhkan untuk produksi serta bentuk dan ukuran putting kurang bagus, (Blakely dan Bade, 2008).
Proses pemerahan ada 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian. Tahap persiapan yaitu disiapkan lingkungan pemerahan yang bebas dari kondisi yang dapat, menyebabkan stres, pemerahan dilakukan di tempat yang bersih, beratap, dan berlantai semen lalu ambing dan tangan pemerah harus dicuci sebelum pemerahan, semua peralatan pemerahan harus disiapkan, apabila ada sapi yang terkena mastitis harus diperah paling akhir untuk menghindari penularan pada sapi sehat. Tahap pelaksanaan pemerahan yaitu apabila putingnya silindris pemerahan dengan 5 jari, apabila membutuhkan pelicin menggunakan vaselin putih, selama diperah sapi tidak perlu diberi pakan agar sapi tenang, lama pemerahan diselesaikan dalam waktu 7 menit karena pengaruh sekresi oksitosin sangat singkat. Tahap penyelesaian pemerahan : setelah pemerahan selesai, ambing dan lantai dicuci dengan air sampai bersih, dilakukan deeping, susu ditakar dan dicatat, alat penampung susu harus dibersihkan dengan baik dan dikeringkan dengan meletakkan posisi terbalik (Soetarno, 2004).
Kandang pedet diketahui panjang kandang 12,21 m, lebar 4,65 m, tinggi 3 m, panjang tempat pakan 55 cm, lebar 27 cm, dan tinggi 25 cm. Menurut Soetarno (2004), ukuran kandang individu (pedet ) adalah lebar 100 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 125 cm. Masing-masing diberi rak kecil untuk tempat pakan denan ukuran lebar 20 cm, panjang 25 cm, dan tinggi 15 cm.
Kandang sapi dara mempunyai ukuran panjang 1050 cm, lebar 780 cm dan tinggi 265 cm sedangkan tempat pakannya mempuyai ukuran panjang 85 cm, lebar 6 cm dan tinggi 45 cm. Kandang sapi dara dapat menggunakan dengan kandang laktasi individu. Kandang sapi terdiri dari dua macam yaitu kandang tambat dan bebas. Kandang tambat yaitu sapi-sapi ditambatkan pada suatu tonggak yang berada di dalam kandang dan umumnya dilengkapi dengan tempat makan dan minum serta pembuangan air buangan dan temapt penampungan kotoran. Kandang bebas yaitu sapi dapat gerak bebas ke tempat istirahat, ke tampat makan dan tempat pemerahan. Kandang ini terdiri dari beberapa unit yaitu untuk makan, minum, jalan-jalan, tempat istirahat, tempat penyimpanan bantalan tidur dan tempat pemerahan (Soeparjo, 2004).
Menurut Siregar (2002), ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran kandang sapi perah induk adalah panjang dan lebar untuk satu tempat sapi perah induk masing-masing adalah 160 cm dan 135 cm, panjang tempat ransum 95 cm dan lebarnya 50 cm dengan kedalaman 40 cm, panjang tempat air minum 40 cm, lebar 50 cm dan kedalaman 40 cm dan kemiringan lantai kandang 0,5%. Kandang untuk sapi dewasa pada umumnya adalah kandang konvensional, sehingga setiap induk akan memperoleh ruangan dengan ukuran yang sama, panjang 175 cm dan lebar 120 cm serta dilengkapi tempat makan dan minum, masing-masing ukuran 80×50 cm dan 50×40 cm.
Kandang sapi jantan mempunyai ukuran panjang 1068 cm, lebar 515 cm dan tinggi 293 cm sedangkan tempat pakan mempunyai ukuran panjang 85 cm, lebar 60 cm dan tinggi 45 cm serta kemiringan kandang 1,2%. Sapi-sapi jantan memerlukan yang luas dan kuat, selain itu perlu dilengkapi tempat exercise yang dipagar kuat (Soeparjo, 2004).
Sistem digesti terdiri atas rongga muskular yang dibatasi oleh membran mukosa yang berlanjut atau berhubungan dengan mulut dan anus. Fungsi utamanya adalah untuk prehension, mastikasi, digesti dan absorbsi makanan.Sistem digesti mereduksi komponen makanan menjadi lebih kecil sehingga dapat diserap vili-vili usus halus. Elemen dari sistem digesti adalah mulut, faring, esofagus, forestomach, perut kelenjar, usus halus, usus besar, rektum dan kelenjar aksesoris yaitu kelenjar ludah, hati, pankreas (Frandson, 2002).
Pakan yang masuk ke rumen akan kembali ke mulut yang disebut regurgitasi untuk dikunyah kembali atau remastikasi, setelah dikunyah akan kembali ditelan atau remastikasi setelah bercampur dengan saliva kembali atau yang biasa disebut dengan reinsalivasi. Pakan lalu masuk ke rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Pakan yang tidak tercerna akan dibuang menjadi feses (Kamal, 2004).
Untuk setiap aktivitas fisiologik/faali dalam tubuh mahluk hidup, khususnya manusia dan hewan piara, misalnya aktivitas organ-organ tubuh, proses pertumbuhan, pemeliharaan kondisi tubuh, proses kerja, proses produksi dan reproduksi, memerlukan sejumlah energi dan zat makanan pembangun atau zat pemelihara tubuh. Energi dan zat makanan tersebut hanya diperoleh dari pangan/pakan atau bahan makanan yang dikonsumsi yang dirombak dan diserap dalam saluran pencernaan, kemudian dimetaboilsme dalam sel (Affendi, 2002).
Ternak ruminansia adalah mammalia berkuku genap seperti sapi,kerbau, domba, kambing, rusa, dan kijang yang merupakan subordo dari ordo Artiodactyla. Nama ruminansia berasal dari bahasa Latin “ruminare” yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak (Anwar , 2007).
Ruminansia merupakan ternak masa depan yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia, karena hanya hewan ini yang mampu dengan baik memanfaatkan bahan yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia. Hijauan seperti rumput atau limbah pertanian yang tidak dimakan oleh manusia dapat dikonversikan ke dalam makanan bernilai gizi tinggi yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Ternak non ruminansia selain kuda dan kelinci, pada suatu saat akan merupakan saingan manusia, karena pakan ternak tersebut juga merupakan makanan manusia (Burn, 2004).
Pada hewan berlambung tunggal, kegiatan pencernaan ini sangat bergantung kepada aktivitas enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin yang terdapat dalam tubuh hewan tersebut. Pada beberapa hewan berlambung tunggal tertentu yang termasuk herbivora seperti kuda dan kelinci, dalam batas tertentu dapat memanfaatkan selulosa karena dibantu oleh mikroorganisme yang terdapat dalam sekum ( Fibrianto 2008).

Pada ruminansia atau hewan berlambung jamak yang umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan, di samping enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin dan sel-sel khusus, juga terdapat sejumlah enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam rumen, sehingga kelompok hewan ini mampu memanfaatkan selulosa dengan baik. Sebagian besar makanannya terdiri atas serat kasar dan saluran pencernaannya panjang dan lebih kompleks. Pada hewan ini, serat kasar dirombak secara intensif melalui proses fermentasi di dalam rumen oleh mikroorganisme rumen (Iskandar, 2001).
Ternak perah adalah ternak yang secara genetik mampu menghasilkan susu melebihi kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kerbau, kambing dan lain-lain.Ternak perah mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan langsung dengan produksi susu. Industri ternak perah didasarkan pada kemampuan hewan mamalia untuk memproduksi susu melebihi kebutuhan untuk perawatan dan pertumbuhan anaknya. Kelebihan susu ini dipergunakan untuk konsumsi manusia. Sapi adalah produser utama susu dunia, yang memproduksi kira-kira 91% dari produksi susu dunia. Di banyak negara, domba, kambing, dan kerbau merupakan produser susu. Unta dan rusa kutub juga dipergunakan untuk memproduksi susu. Berabad-abad yang lalu, sapi dan ternak mamalia lainnya sudah dibibitkan dan diseleksi supaya mampu memproduksi susu yang banyak (Maher, 2005).
Di Indonesia ternak perah mulai dikenal pada abad ke-19, yaitu pada masa pemerintahan kolonial Belanda dengan mendatangkan sapi FH yang merupakan sapi tipe perah. Sapi perah FH ini kemudian dikeembangkan dengan cara menyilangkan dengan sapi lokal (sapi Jawa). Hasil persilangan ini didapat bangsa sapi perah baru yaitu sapi Grati (Peranakan FH). Sapi PFH inilah yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah Indonesia sebagai penghasil susu (Swenson, 2008).
Susu murni merupakan bahan makanan yang sanagt mudah terkontaminasi oleh bakteri karena komposisi itu sendiri yang mudah rusak apalagi dipanaskan pada suhu yang tinggi. Susu yang sudah terkontaminasi jika dikonsumsi oleh manusia Susu adalah sekresi susu yang praktis bebas dari kolesterum yang diperoleh dari pemerahan sempurna dari seekor sapi atau lebih. Susu tidak saja dihasilkan oleh ternak sapi tetapi juga dihasilkan ternak kambing (Gregorius,2008).

Susu merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi  karena mengandung hampir semua zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh lemak, protein, air, karbohidrat, mineral dan vitamin-vitamin dengan nilai gizi yang tinggi dan seimbang. Susu merupakan hasil utama dari ternak selain daging dan telur yang sangat diminati oleh masyarakat  dan susu sangat bermamfaat bagi kebutuhan manusia tetapi juga sangat dibutuhkan oleh anak dari ternak itu sendiri, karena air susu yang pertama kali keluar dari induk mengandung banyak sekali anty bodi /kolustrum atau pelindung tubuh anak agar tidak mudah terserang oleh berbagai penyakit yang bisa menyebabkan ternak itu cacat atau mati (Wahyu , S, 2006)
Untuk mendapatkan susu sapi yang baik dan  yang  bermutu tinggi maka  perlu dilakukan beberapa langkah pertama pada waktu pemerahan harus mengetahui kapan ternak itu  siap untuk diperah serta berapa lama pemerahan berlansung kemudian yang kedua pada waktu pemerahan kita harus mengetahui kebersihan dari tempat pemerahan serta kebersihan dari ternak yang diperah karena apabila ternak yang diperah tersebut tidak bersih akan mengganggu kualitas dari air susu tersebut.Susu murni merupakan bahan makanan yang sangat mudah terkontaminasi oleh bakteri karena komposisi itu sendiri yang mudah rusak apalagi dipanaskan pada suhu yang tinggi. Susu yang sudah terkontaminasi jika dikonsumsi oleh manusia  Sangat berpengaruh sekali di dalam sistem pencernaan  dan dapat menjadi toksik atau racun bagi tubuh manusia (Muhammad, W, 2007).
Ternak perah adalah ternak yang secara genetik mampu menghasilkan susu melebihi kebutuhan anaknya, misalnya sapi, kerbau, kambing dan lain-lain.Ternak perah mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan langsung dengan produksi susu. Industri ternak perah didasarkan pada kemampuan hewan mamalia untuk memproduksi susu melebihi kebutuhan untuk perawatan dan pertumbuhan anaknya (Steve Bartle, 2006).
Ternak ruminansia adalah mamalia berkuku genap seperti sapi,kerbau, domba, kambing, rusa, dan kijang yang merupakan subordo dari ordo Artiodactyla. Nama ruminansia berasal dari bahasa Latin “ruminare” yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Ruminansia merupakan ternak masa depan yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia, karena hanya hewan ini yang mampu dengan baik memanfaatkan bahan yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia. Hijauan seperti rumput atau limbah pertanian yang tidak dimakan oleh manusia dapat dikonversikan ke dalam makanan bernilai gizi tinggi yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Ternak non ruminansia selain kuda dan kelinci, pada suatu saat akan merupakan saingan manusia, karena pakan ternak tersebut juga merupakan makanan manusia (Muhammad, W, 2007).
Pada hewan berlambung tunggal, kegiatan pencernaan ini sangat bergantung kepada aktivitas enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin yang terdapat dalam tubuh hewan tersebut. Pada beberapa hewan berlambung tunggal tertentu yang termasuk herbivora seperti kuda dan kelinci, dalam batas tertentu dapat memanfaatkan selulosa karena dibantu oleh mikroorganisme yang terdapat dalam sekum (Steve Bartle, 2006).
Pada ruminansia atau hewan berlambung jamak yang umumnya pemakan tumbuh-tumbuhan, di samping enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin dan sel-sel khusus, juga terdapat sejumlah enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam rumen, sehingga kelompok hewan ini mampu memanfaatkan selulosa dengan baik. Sebagian besar makanannya terdiri atas serat kasar dan saluran pencernaannya panjang dan lebih kompleks. Pada hewan ini, serat kasar dirombak secara intensif melalui proses fermentasi di dalam rumen oleh mikroorganisme rumen (Maher, 2005)
Ternak perah mulai dikenal pada abad ke-19 di Indonesia pada masa pemerintahan kolonial belanda dengan mendatangkan sapi FH yang merupakan sapi tipe perah. Ternak perah dapat diartikan sebagai ternak ruminansia yang secara genetic mampu menghasilkan air susu seperti sapi, kambing dan kerbau. Sapi yang disebarkan keseluruh wilayah Indonesia adalah sapi FH yaitu hasil persilangan antar sapi perah FH dengan sapi local atau jawa (Maher, 2005).
Sapi adalah produsen utama air susu dunia yang mampuh memproduksi ±91% dari produksi susu dunia. Air susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai  gizi tinggi karena mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia. Air susu merupakan air susu sapi yang tidak dikurangi ataupun tidak ditambahkan sesuatu apapun yang diperoleh dari hasil pemerahan (Maher, 2005).
Susu berupa cairan yang diproduksi oleh kelenjar ambing hewan mamalia betina yang berwarna putih kekuning-kuningan yang tidak tembus cahaya, mempunyai rasa sedikit manis (berasal dari laktosa) dan bau yang khas (berasal dari lemak susu), bersih, dan kosistensinya homogen tanpa ada bentuk gumpalan. Komposisi utama susu terdiri dari protein, lemak, laktosa, dan mineral. Sebagai bahan pangan, susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya sebagai satu kesatuan maupun dari bagian-bagiannya. Uji susu sangat penting karena dikerjakan untuk menghindari pemalsuan/sebab-sebab lain yang mengakibatkan susu tidak lagi murni diketahui/diperoleh susu yang bermutu seperti yang dikehendaki oleh kodex susu (Maher, 2005).
Secara alamiah susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain. Sebagai bahan makanan/minuman susu mempunyai nilai gizi yang tinggi, karena mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti Kalsium, Phosphor, Vitamin A, Vitamin B dan Riboflavin yang tinggi (Maher, 2005).
Susu merupakan media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri dan dapat menjadi sarana potensial bagi penyebaran bakteri pathogen yang mudah tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penangannya tidak memperhatikan kebersihan. Air susu yg masih didalam kelenjar susu dapat dikatakan steril tetapi setelah keluar dari kelenjar susu dapat terjadi kontaminasi, kontaminasi dpt terjadi dimana-mana misalnya dari payudara lembu, dari tubuh lembu, dari udara, dari alat yang dipakai untuk menyimpan air susu, dari orang yg melakukan pemerahan (Maher, 2005).
Pemberian pakan ternak sapi harus diberikan secara kontinu sepanjang waktu, sebab pemberian pakan yang tidakteratur dapat penimbulkan hambatan pertumbuhan (Aksi Agribisnis Kanisius, 2008).
Abidin (2002), menyatakan bahwa sapi PFH betina dilahirkan dengan warna bulu putih kecokelatan dan abu abu. Setelah dewasa warna cokelat berubah jadi hitam gelap, jantan berubah menjadi hitam putih. Hubungan host dan parasit dapat bersifat simbiosis, mutualisme, parasitis, dan parasitosis (Bowmans 2009).
Gunawan (2001), mengatakan bahwa manfaat peternakan sapi perah yang utama adalah sebagai penghasil susu, serta hasil sampingan dapat berupa pupuk kandang yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan organik bagi lahan pertanian.
Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan sapi yang berasal dari negeri Belanda, yaitu propinsi North Holland dan West Friesland. Sifat karakteristik FH adalah berwarna hitam putih, ada juga yang berwarna merah dan putih, merupakan sapi tipe besar dengan berat dewasa betina 540 sampai 580 kilogram dan sapi jantan mencapai 800 kilogram. Produksi susunya dapat mencapai 12.352 liter perlaktasi selama 300 hari dengan kadar lemak 3,7%, di Indonesia rerata produksi susu berkisar antara 2500 sampai 3000 kilogram perlaktasi (Hardjosubroto, 2004).
Pentingnya kedua sub filum di atas karena dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit at patologis pada hewan dan manusia, memproduksi racun/substan toksik, berperan sebagai inang antara untuk protozoa dan helminth, berperan sebagai vektor bagi bakteri, virus, spirochaeta, ricketsia, chlamydia dan agen penyakit lainnya (Hendrix dan Robinson 2006).
Kusnadi (2006), berpendapat bahwa untuk program sanitasi pada pemeliharaan intensif sapi-sapi harus dikandangkan sehingga memudahkan dalam pengawasannya.
Levine (2000), menyatakan bahwa kutu dapat menyebabkan hewan tidak bisa tidur (gatal-gatal), kehilangan berat badan dan produksi berkurang, anemia (bila jumlah terlalu berlebihan dalam tubuh).
Rasyaf (2004), menyatakan bahwa air merupakan komponen yang sangat penting untuk metabolisme tubuh, apabila ternak kekurangan air maka akan  erjadi dehidrasi dan akan berakibat fatal bagi produktivitas ternak.
Reksohadiprojo (2005), menyatakan bahwa Hijauan adalah bahan pakan utama khusus ternak ruminansia yang berfungsi sebagai pengenyang, sumber protein, dan karbohidrat, sumber energi, mineral, dan vitamin. Berdasarkan kondisi fisiologis dan system pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dan mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentative dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.
Soetarno (2000), menyatakan apabila sapi beranak pertama umur dua sampai tiga tahun dengan jarak beranak 12 bulan, lama laktasi 10 bulan, dewasa produksi atau produksi tertinggi dicapai pada laktasi keempat atau berumur empat sampai lima tahun setelah produksi tinggi dicapai, biasanya produksinya menurun secara berangsur setelah 12 tahun keatas sapi dikeluarkan karena gangguan kesehatan dan reproduksi, kadang sapi dapat menghasilkan susu sampai umur 15 tahun atau lebih.
Sudono dkk (2004), mengemukakan bahwa sapi perah yang sedang menyusui ( laktasi ) meemrlukan makanan tambahan sekitar 25% hijauan dan kosentrat didalam ransum. Hijauan dapat berupa rumput alam, rumpurt Unggul dan leguminosa.
Sugeng (2001), menyatakan bahwa lantai kandang yang terbuat dari semen berfungsi untuk memudahkan peternak dalam membersihkan dan membuang kotoran.
Sugeng (2001), menyatakan bahwa pakan bagi ternak dapat berfungsi untuk hidup pokok, pertumbuhan dan reproduksi. Jenis pakan yang yang diberikan serta cara memberikan kunci keberhasilan usaha sapi perah. Pakan (ransum) yang diberikan merupakan hijauan dan konsentrat.
Syamsudin (2002), mengungkapkan bahwa Pemeliharaan yang utama dalah pemberian pakan yang cukup, berkualitas dan menjaga kebersihan kandang serta memperhatikan kesehatan ternak yang dipelihara. Untuk pemeliharaan, feses dari ternak ditimbun ditempat lain supaya terjadi proses fermentasi dan berubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat bagi lahan pertanian, air minum yang bersih harus tersedia secara Ad libitum dan tempat pakan ternak harus lebih tinggi supaya pakan yang di berikan tidak tumpah.
Whendrato (2004), menyatakan bahwa atap monitor berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara di dalam kandang.
Wiharto (2006), menjelaskan bahwa upaya untuk pencegahan dan pengobatan panyakit pada sapi perah yang paling utama adalah sanitasi dan disinfektan karena sanitasi merupakan ujung tombak yang tidak bisa untuk diabaikan dalam suatu usaha peternakan.
Infestasi caplak menyebabkan sapi menjadi gelisah, selain itu kadang-kadang caplak juga dapat menyerang manusia (Williams et al., 2005).
Lalat dapat menyebabkan miasis, dermatitis, dan infeksi sekunder. Selain sebagai ektoparasit, lalat merupakan vektor penyakit yang disebabkan oleh virus, riketsia, bakteri, dan protozoa (Williams et al., 2005).
Kusnadi (2006), berpendapat bahwa untuk program sanitasi pada pemeliharaan intensif sapi-sapi harus dikandangkan sehingga memudahkan dalam pengawasannya. Rasyaf (2004), menyatakan bahwa air merupakan komponen yang sangat penting untuk metabolisme tubuh, apabila ternak kekurangan air maka akan terjadi dehidrasi dan akan berakibat fatal bagi produktivitas ternak. Sugeng (2001), menyatakan bahwa lantai kandang yang terbuat dari semen berfungsi untuk memudahkan peternak dalam membersihkan dan membuang kotoran.
 Lantai strukturnya harus rata, kasar dan tidak licin supaya sapi tidak uda terpeleset jatuh. Tidak tembus air, cepat kering dan dapat tahan lama (tiap panjang 1 m turun 1 cm) (Syarief, 2000). Panjang ruangan sapi berdiri diukur sedemikian rupa sehingga kotoran sapi bisa jatuh tepat ke dalam selokan, bukan di tempat sapi itu berdiri, sehingga waktu berbaring ambing dan badan sapi itu tetap bersih. Lantai ruangan yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh pemisah yang dibuat dari beton, pipa besi atau dinding tembok yang panjangnya dua pertiga dari panjang ruangannya untuk mencegah saling ganggu mengganggu antar sapi satu dengan yang lain (Prihadi,2006). Lantai kandang terbuat dari semen yang dibuat agak kasar, hal ini sesuai dengan pendapat Sumoprastowo dan Syarif (2005), yang menyatakan bahwa  struktur lantai kandang harus rata, kasar dan tidak licin, sehingga sapi tidak mudah terpeleset. Sementara itu, menurut Onny (2005) bahwa tempat pembuangan kotoran (parit) terletak dibagian belakang kedua deret kandang. Kedalaman parit 20-25 cm dan lebarnya 30-40 cm.
            Kemiringan kandang 20 sesuai dengan pendapat Siregar (2005) yang menyatakan bahwa kemiringan lantai kandang adalah 2 cm tiap satu meter.Penerangan kandang dengan menggunakan lampu neon yang dinyalakan pada jam 17.00 - 05.00 WIB. Penerangan kandang ini selain untuk menunjang penerangan sapi perah, juga dapat menghindarkan ternak dari pencurian. Kandang pedet pada peternakan sapi perah milik Bapak Tampi berupa kandang kelompok yang terbuat dari kayu dan bambu. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Pakan ternak perah adalah bahan-bahan yang dapat diberikan kepada ternak perah sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa menggangu kesehatan, dengan tujuan selain untuk kelangsungan hidupnya secara normal juga diharapkan dapat mengoptimalkan produksi (Soetarno, 2004).
Pakan merupakan salah satu faktor penting di alam usaha peternakan, lebih-lebih terhadap tinggi rendahnya produksi. Hal ini baru dapat dibuktikan pada sebagian kelompok sapi perah. Sapi perah akan menjadi penghasil susu yang tinggi apabila cara pemberian pakan yang baik dilaksanakan. Hal ini bukan berarti jumlah dan kualitas pakan iniakan mengakibatkan ternak yang berproduksi tinggi tidak bisa memproduksi susu sesuai dengan kemampuannya bahkan mengganggu kesehatan. Pemberian zat makanan yang tidak cukup dan membatasi sekresi susu sapi karena laju sintesisi dan difusi dari berbagai komposisi susu yang berasal dari makanan yang sifatnya sementara (Murti, 2007).
Menurut Prihadi (2001), bahwa sejumlah sapi yang dipelihara dalam usaha peternakan masing-masing mempunyai kebutuhan nutrien yang berbeda-beda, karena perbedaan berat, produksi susu dan kadar lemaknya. Menurut Tillman (2003), bahwa sapi perah selain diberi pakan hijauan, perlu diberi pakan berupa konsentrat sebagai pelengkap zat gizi yang tidak diperoleh dari hijauan. Konsentrat (tidak terminus tambahan protein) merupakan bahan pakan yang berenergi tinggi dan berserat rendah (< 18%) serta mengandung protein £ 20%, konsentrat semacam itu disebut konsentrat sumber energy, apabila mengandung protein ³ 20% konsentrat seperti itu disebut konsentrat sumber protein.
Menurut Blakely dan Bade (2008), untuk memberikan energi sebanyak mungkin, konsentrat digunakan pada tingkat maksimum sebesar 60% dari ransum dan 40% hijauan, apabila konsentrat > 60% akan terjadi penurunan yang tajam pada kadar lemak susu. Ransum secara keseluruhan biasanya terdiri dari 60% konsentrat dan 40% hijauan untuk periode awal laktasi. Fungsi utama konsentrat seperti jagung adalah untuk mensuplai energi tambahan yang diperlukan untuk produksi susu maksimum yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan saja. Fungsi kedua konsentrat protein seperti tepung kedelai yaitu untuk mengatur atau menyesuaikan tingkat protein suatu ransum tersebut.
Pakan untuk ternak sapi perah yang berasal dari hijauan dapat berupa rumput seperti rumput gajah, kolonjono, dan dapat berupa legum yaitu sejenis dengan rendeng, lamtoro, daun turi yang merupakan sumber proteinyang penting, selain itu hijauan dapat berupa daun-daun seperti daun pisang, nangka, cemara, waru, yang kandungan patinya cukup, sedangkan dari konsentrat dapat berupa tepung tulang, NaCl, mineral Cu, P. Hewan minum memerlukan air. Hewan ternak memperoleh air minum dari air yang disediakan dan air yang terkandung dalam pakan serta air metabolik (Soetarno, 2004).
Menurut penjelasan dari Soetarno (2004) untuk memproduksi 1 Kg susu dibutuhkan 4 sampai 5 Kg air, selanjutnya sapi perah akan mengkonsumsi air lebih banyak bila diberikan secara bebas. Pakan sapi harus memenuhi hidup pokok, pertumbuhan fetus dan produksi susu (bagi yang sedang laktasi). Pakan yang baik harus cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak vitamin, mineral dan air susu. Defisiensi Ca pada ternak sapi perah menyebabkan milk fever (demam susu). Komposisi nutrien dan hijauan terdiri dari protein kasar 8,94%, energi 1,29 Mcal/Kg, mineral yaitu Ca 0,70% dan P 0, 38%. Komposisi konsentrat terdiri dari 16,15% PK, 1,96% Mcal/Kg energi dan mineral yaitu 0,34% dan P 0,36%.
Pemberian rumput dipotong tidak lebih dari 5 cm, akan tetap merangsang proses ruminansia, tetapi jika dipotong terlalu pendek akan mengurangi proses ruminansia dan akan berakibat kembung. Rumput diberikan sedikit demi sedikit, semakin besar semakin banyak tetapi sebelum 6 bulan tidak diperkenankan makan rumput lebih dari 5 Kg per hari. Hal ini untuk menghindari jangan samapai anak sapi perutnya besar tetapi badannya kurus, keadaan in disebut perut rumput atau patbelly (Tillman, 2003).
Perawatan ini meliputi sanitasi kandang dan sapi itu sendiri, yaitu dengan membersihkan kandang dari kotoran dan memandikan sapi. Hal ini bertujuan supaya pedet selalu bersih dan terhindar dari penyakit. Perawatan lain adalah pemberian pakan, tujuannya supaya pedet dapat tumbuh dengan baik. Pedet sejak lepas kolostrum sampai disapih, makanan yang dibutuhkan selain susu atau pengganti susu, pedet yang harus diberikan calf starter (makanan konsentrat formula untuk pedet), hijauan dan air minum apabila pedet sudah lahap makan calf starter (Tillman et al.,2003).
Susu diberikan kepada pedet dengan menggunakan ember karena pedet tidak minum susu secara langsung dari induknya. Menurut Blakely dan Bade (2008) pedet yang baru lahir hanya diberi kesempatan satu kali saja untuk menyusu induknya. Konsentrat yang diberikan pada sapi pedet sekitar 2 kg. Menurut Soetarno (2004), bahwa konsentrat yang diberikan tidak lebih dari 2 kg/ekor /hari agar pedet mau makan rumput sebanyak-banyaknya dan  pedet tidak menjadi gemuk. Konsentrat ini diberikan sebagai bahan makanan tambahan yang berguna untuk pertumbuhan. Jika pedet hanya diberi hijauan, perumbuhan pedet akan lambat.
Pedet-pedet yang diberi pakan susu terbatas dan disapih pada umur 3 sampai 7 tahun harus menerima calf strater yang disukai dan kualitasnya baik sampai umur 4 bulan. Campuran pakan konsentrat yang biasa untuk memenuhi kebutuhan pedet muda. Kadar protein kasar calf stater lebih dari 16% dan mengandung 75% dan diperkuat dengan antibiotik (Prihadi, 2001).
Pemberian pakan untuk pedet dengan menempatkan pedet di tempat yang kering dan tidak dingin. Harus dapat dipastikan  bahwa pedet menerima kolostrum setidaknya satu hari dan bahkan sebaiknya dua atau tiga hari. Umumnya lama penyapihan tergantung pada waktu yang diperlukan oleh pedet-pedet itu untuk perkembangan fungsi  rumen dan  pemberian makanan  ransum startersebanyak 0,75 sampai 1 kg per hari (biasanya 6 sampai 8 minggu). Pemberian pakan starter harus disertai dengan menggunakan jerami berkualitas tinggi mulai dari berumur 7 hari (Blakely dan Bade, 2008).
Sapi dara yang berumur 1 sampai 2 tahun diberi makan 0,25 kg/hari/ekor dari konsentrat tersebut dan dipelihara pada raughage yang hanya berkualitas menengah, secara nyata akan meningkat pertumbuhan berat tubuhnya dan lebih pendek waktu yang diperlukan untuk mencapai dewasa kelamin (Williamson and Payne, 2003). Konsentrat untuak sapi dara sekitar 3 sampai 4 kg (Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan, 2003). Umur 4 bulan pakan dapat diubah dengan konsentrat yang mengandung protein 16%. Umumnya pemberian konsentrat 4 lbs per ekor per hari dapat menghasilkan pertumbuhan dan kondisi tubuh yang baik. Umur 10 bulan pakan konsentrat dapat dihentikan apabila pakan hijauannya mempunyai kualitas yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan nutrien (Prihadi, 2001).
Sapi yang berumur 1 sampai 2 tahun, rumennya telah berkembang sehingga ternak tersebut dapat memenuhi kebutuhan energi dan protei dari hay, silage atau rumput yang berkualitas tinggi. Sapi dara membutuhkan TDN dan protein, apabila diberi pakan hay, rumput atau silage jagung, harus diberi tambahan protein dalam ransumnya. Tambahan mineral juga dibutuhkan. Garam-garam mineral dapat diberikan secara free choice. Ternak yang makan hay telah tercukupi kebutuhan kalsium, tetapi pospor harus ditambah. Pakan konsentrat harus diberikan pada sapi dara 2 sampai 3 bulan sebelum beranak supaya saat beranak dalam kondisi tubuh yang baik. Air harus selalu tersedia setiap saat (Prihadi, 2001).
Perawatan ini meliputi sanitasi kandang dan sapi itu sendiri, yaitu dengan membersihkan kandang dari kotoran dan memandikan sapi. Hal ini bertujuan agar saat pemerahan lemak susu tidak menyerap bau dari kotoran dan susu yang dihasilkan tidak tercemari oleh kotoran yang melekat pada sapi baik debu maupun rambut yang rontok. Perawatan lain adalah pemberian pakan, tujuannya agar produksi tidak turun dengan tajam. Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan (rumput gajah) dan konsentrat. Pemberian hijauan adalah 3% dari berat badan. Menurut Tillman (20033), pemberian pakan untuk sapi laktasi pada pagi dan sore dengan berat badan 350 sampai 400 Kg adalah 7,8 sampai 10 Kg berat kering dan pemberian pakannya harus dalam waktu yang sama.
Perawatan sapi jantan meliputi sanitasi kandang tersebut, dan dalam segi pakan. Kandang sapi perah jantan harus selalu bersih, supaya sapi tidak mudah terserang penyakit. Pakan yang diberikan juga harus sesuai dengan kebutuhan sapi. Manajemen perawatan sapi pejantan yang baik ini dapat menghasilkan pejantan unggul sehingga dapat dikawinkan dengan betinanya dan menghasilkan bibit atau anakan yang baik (Kamal, 2004).
Pemeliharaan ternak sapi, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit, bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Secara umum penyakit hewan adalah segala sesuatu yang menyebabkan hewan menjadi tidak sehat. Hewan sehat adalah hewan yang tidak sakit dengan ciri-ciri bebas dari penyakit yang bersifat menular atau tidak menular; tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia sebagai konsumen; dan mampu berproduksi secara optimum.  Berdasarkan praktikum ini ditemukan sapi yang terkena penyakit diantaranya mastitis dan diare. Berikut beberapa jenis penyakit pada sapi perah dan sapi potong serta penanganannya. ( Kamal, 2004).
Mastitis atau radang ambing merupakan penyakit terpenting pada sapi perah, tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia. Mastitis merupakan peradangan kelenjar susu yang disertai dengan perubahan fisik, kimiawi dan mikrobiologi. Secara fisis pada air susu sapi penderita mastitis klinis terjadi perubahan warna, bau, rasa dan konsistensi. Mastitis dipengaruhi oleh interaksi 3 faktor yaitu ternak itu sendiri, mikroorganisme penyebab mastitis dan faktor lingkungan (Murti, 2007).
Menurut para ahli penyebab utama mastitis adalah kuman Streptococcus agalactiaeStreptococcus dysagalactaeStreptococcus uberisStafilococcus aureusdan Koliform. Faktor lingkungan, terutama sanitasi dan higienis lingkungan kandang tempat pemeliharaan, posisi dan keadaan lantai, sistem pembuangan kotoran, sistem pemerahan, iklim, serta peternak itu sendiri dan alat yang ada. Gejala klinis mastitis nampak adanya perubahan pada ambing maupun air susu. Misalnya bentuk yang asimetri, bengkak, ada luka, rasa sakit apabila ambing dipegang, sampai nantinya mengeras tidak lagi menghasilkan air susu jika sudah terjadi pembentukan jaringan ikat. Air susu sendiri terjadi perubahan bentuk fisik maupun kimiawi (Frandson, 2002).
Usaha untuk mengatasi mastitis sebaiknya ditekankan pada usaha pencegahan. Memperhatikan faktor-faktor predisposisi dan melakukan sanitasi secara teratur dan benar baik  terutama terhadap kandang dan peralatan serta memperhatikan kesehatan pekerja khususnya pemerah. Kebersihan kandang, kebersihan sapi, jumlah sapi dalam kandang, cara pemberian air susu pada pedet, metode pemerahan, pemberian desinfektan pada puting setelah pemerahan merupakan sebagaian masalah yang belum dapat diatasi oleh peternak kita. Pengobatan dilakukan dengan memperhatikan jenis antibiotika, jumlah yang digunakan, aplikasinya. Antibiotika ada yang bersifat long acting maupun jangka pendek, begitu juga cara  pemberiannya. Beberapa antibiotika yang biasa digunakan antara lain Penisilin, Streptomisin, Ampisilin, kloksasilin, neomisin, oksitetrasiklin, tetrasiklin (Siregar, 2002).
Penyakit diare atau mencret sering terjadi terutama pada musim penghujan. Penyebab diare antara lain mikroorganisme yang mencemari kandang, karena kandang kurang bersih, becek, ventilasi kurang baik dan lain-lainnya. Kadang-kadang pemberian pakan yang tidak teratur dan cacingan juga menjadi penyebab diare. Cara mengatasinya adalah memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Pengobatan dapat dilakukan secara sementara dengan obat tradisional misalnya daun jambu biji. Jika mencret terus menerus upayakan setidaknya ternak mendapatkan minum (tambahkan gula dan garam) sebagai pengganti cairan tubuh (Siregar, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan gizi bagi masyarakat. Produk utama yang dihasilkan dari ternak sapi perah adalah susu. Selain itu kualitas susu tergantung dari lingkungan pemerahan. Pemerahan susu pada sapi perah memiliki prospek yang pelu diperhatiakan sebagai contoh adalah kebersihan alat, sapi dan lantai kandang. Kandang yang baik didalam pemeliharaan sapi perah memiliki kemiringan 20 C. memberihkan  kandang sapi perah harus sesui dangan pedoman peternak.
4.1. Kondisi Umum
Sapi perah yang ada di Fapet Farm diantaranya memiliki ciri-ciri yaitu warana bulu hitam dengan putih disekitar badan, badan langsing, dan mempunyai tanduk yang melingkar kedepan Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2002), menyatakan sapi PFH betina dilahirkan dengan warna bulu putih kecokelatan dan abu-abu. Setelah dewasa warna cokelat berubah jadi hitam gelap, jantan berubah menjadi hitam putih.
Pemeliharaan ternak sapi di Fapet Farm Universitas Jambi bersifat intensif. Ternak sapi tersebut dipelihara dengan cara ditempatkan pada kandang. Jenis rumput yang diberikan pada ternak sapi di Fapet Darm adalah rumput Gajah, rumput Raja, dan rumput Alam, pemberian dengan cara di potong-potong terlebih dahulu sebelum diberikan keternak, guna pemotongan pakan ini adalah supaya ternak mudah mengkonsumsinya. Pakan yang diberikan pada ternak sapi yang ada di Fapet Farm ini sebenarnya kurang tepat untuk menghasilkan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang singkat (penggemukan), karena hanya terdiri dari satu bahan makanan saja yaitu hijauan, tanpa adanya pakan penguat seperti konsentrat yang dapat mempercepat proses penggemukan sapi. Pemberian pakan ternak sapi harus diberikan secara kontinu sepanjang waktu, sebab pemberian pakan yang tidakteratur dapat menimbulkan hambatan pertumbuhan. (Aksi Agribisnis Kanisius, 2008).
Sapi perah ini merupakan sapi yang sangat jinak dikarenakan oleh sapi ini sering diperah sehingga sapi ini tidak merasa ketakutan apabila berhadapan langsung dengan manusia akan tetapi sapi perah ini mudah mengalami stres apabila pemelihraannya tidak sesuai. Apabila ternak mengalami stres maka produksinya turun secara drastis dan mudah sekali terserang penyakit (Djarijah, 2006).
Setiap bangsa sapi mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam hal produksi susu dan kadar lemak susu. Berdasarkan produksi susu (volume produksi) secara berurutan dari produksi yang paling tinggi sampai yang paling rendah adalah Fries Hollands, Brown Swiss, Red Polled, Ayrshire, Guernsey, Red Danish, Jersey, dan Milking Shorthorn. Berdasarkan kadar lemak secara berurutan dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah yaitu Jersey, Guernsey, Red Danish, Ayrshire, Brown Swiss, Milking Shorthorn, Red Polled, dan Fries Hollands, sedangkan untuk jumlah produksi lemak yang dihasilkan secara berurutan antara lain Fries Holland, Brown Swiss, Jersey, Guernsey, Ayrshire, Red Danish, Red Polled, dan Milking Shorthorn (Makin, 2011).
Sapi perah asli tropika menurut Murti (2007), terdiri dari sapi Damaskus, sapi Gir, sapi Ongole, dan sapi Sahiwal. Sapi perah asal subtropika terdiri dari sapi Friesian Holstein (FH), sapi Jersey, Guernsey, Ayrshire, dan sapi Brown Swiss. Sapi perah hasil persilangan yaitu sapi Australian Friesian Sahiwal (AFS), sapi Australian Milking Zebu (AMZ), sapi Jamaica Hope (JH), dan Karan Swiss. Sapi Damaskus berukuran sedang dengan tubuh tipis, warna kulit tubuh cerah kemerahan sampai coklat tua, produksi susu antara 1500 sampai 3000 kg per 200 sampai 300 hari laktasi. Sapi Gir berwarna putih dengan bintik merah gelap atau coklat merata ditubuh, menghasilkan susu sebanyak 1200 sampai 1800 kg per laktasi selama 240 sampai 380 hari. Sapi Ongole dikenal sebagai ternak pekerja namun juga dapat menghasilkan susu sampai 1500 kg per laktasi selama 300 sampai 330 hari. Sapi Sahiwal berwarna merah pucat kadang ada garis putih, produksi susu antara 1400 sampai 2500 kg per laktasi.
Sapi Jersey berwarna coklat, susu berwarna kuning karena kandungan karotennya tinggi serta presentase lemak dan bahan padatnya juga tinggi. Sapi Guernsey berwarna coklat muda dengan totol-totol putih yang nampak jelas. Sapi Guernsey produksi susu dengan warna kuning yang mencerminkan kadar karoten yang tinggi (karoten adalah pembentuk atau prekursor vitamin A). Sapi Ayrshire memiliki pola warna yang bervariasi dari merah dan putih sampai warna mahagoni dan putih. Sapi Brown Swiss memiliki warna yang bervariasi mulai dari coklat muda sampai coklat gelap.Sapi ini dikembangkan untuk tujuan produksi keju dan daging, serta produksi susunya dalam jumlah besar dengan kandungan bahan padat dan lemak yang relatif tinggi (Blakely dan Bade, 2008).
4.2. Management Pemeliharaan Kandang
Kandang pedet diketahui panjang kandang 12,21 m, lebar 4,65 m, tinggi 3 m, panjang tempat pakan 55 cm, lebar 27 cm, dan tinggi 25 cm. Menurut Soetarno (2004), ukuran kandang individu (pedet ) adalah lebar 100 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 125 cm. Masing-masing diberi rak kecil untuk tempat pakan denan ukuran lebar 20 cm, panjang 25 cm, dan tinggi 15 cm.
Kandang sapi dara mempunyai ukuran panjang 1050 cm, lebar 780 cm dan tinggi 265 cm sedangkan tempat pakannya mempuyai ukuran panjang 85 cm, lebar 6 cm dan tinggi 45 cm. Kandang sapi dara dapat menggunakan dengan kandang laktasi individu. Kandang sapi terdiri dari dua macam yaitu kandang tambat dan bebas. Kandang tambat yaitu sapi-sapi ditambatkan pada suatu tonggak yang berada di dalam kandang dan umumnya dilengkapi dengan tempat makan dan minum serta pembuangan air buangan dan temapt penampungan kotoran. Kandang bebas yaitu sapi dapat gerak bebas ke tempat istirahat, ke tampat makan dan tempat pemerahan. Kandang ini terdiri dari beberapa unit yaitu untuk makan, minum, jalan-jalan, tempat istirahat, tempat penyimpanan bantalan tidur dan tempat pemerahan (Soeparjo, 2004).
Menurut Siregar (2002), ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran kandang sapi perah induk adalah panjang dan lebar untuk satu tempat sapi perah induk masing-masing adalah 160 cm dan 135 cm, panjang tempat ransum 95 cm dan lebarnya 50 cm dengan kedalaman 40 cm, panjang tempat air minum 40 cm, lebar 50 cm dan kedalaman 40 cm dan kemiringan lantai kandang 0,5%. Kandang untuk sapi dewasa pada umumnya adalah kandang konvensional, sehingga setiap induk akan memperoleh ruangan dengan ukuran yang sama, panjang 175 cm dan lebar 120 cm serta dilengkapi tempat makan dan minum, masing-masing ukuran 80×50 cm dan 50×40 cm.
Kandang sapi jantan mempunyai ukuran panjang 1068 cm, lebar 515 cm dan tinggi 293 cm sedangkan tempat pakan mempunyai ukuran panjang 85 cm, lebar 60 cm dan tinggi 45 cm serta kemiringan kandang 1,2%. Sapi-sapi jantan memerlukan yang luas dan kuat, selain itu perlu dilengkapi tempat exercise yang dipagar kuat (Soeparjo, 2004).
Pada pemeliharaan secara internsif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaanya secara pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tingi (19 %) dan produksi susunya 11 % banyak daripada tanpa naungan . bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dekeringkandangkan selama 1-2 bulan.
Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu seklai sementara sapai dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan teksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada,panjang badan dan tinggi pundak.

Berdasarkan praktikum, panjang tempat pakan 85 cm, lebar tempat pakan 60 cm, tinggi tempat pakan 45 cm, panjang kandang 22,56 m, lebar kandang 5,05 m, tinggi kandang 292 cm. Menurut Soetarno (2003), tinggi kandang sekurang- kurangnya 225 cm, tinggi wuwungan 100 cm, tinggi tritis minimal 200 cm dari permukaan lantai. Tempat pakan dan minum penjangnya sekitar 1,5 m (tempat pakan 1 m dan tempat minum 0,5 m) dan lebarnya masing-masing 0,5 m, tinggi bagian belakang 1 m. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diaktakan kondisi kandang berada dalam keadaan baik.
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan , sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tila, tersebut harus dibongkar.
Pembersihan kandang sendiri dilakukan disesuaikan dengan keadaan musim. Musim penghujan tentu saja air melimpah namun di sisi lain penyakit juga banyak. Jauh bedanya dengan pembersihan kandang pada musim kemarau selain factor air sebagai permasalah factor lain juga tak kalah penting yaitu factor kotoran ternak yang banyak. Kandang harus dibersihkan setiap hari secara teratur terutama lantai kandang, bak pakan dan bak minum. Sapi perah yang sedang laktasi memerlukan tingkat kebersihan yang lebih baik agar air susu yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik pula. Terutama pada waktu akan mengadakan pemerahan, kandang dan peralatan harus dibersihkan terlebih dahulu sebab air susu mudah sekali menyerap bau-bauan. Oleh karena itu diperlukan air yang cukup banyak untuk penyediaan air minum, memandikan sapi, membersihkan kandang, dan peralatan persusuan (Ginting, 2008).
Kebersihan lingkungan adalah faktor utama dalam peternakan sapi perah, bahkan pembibtan (breeding farm) harus bebas dari penyakit hewan menular. Hal tersebut tentunya untuk menjamin kualitas bibit yang dihasilkan dan mencegah bibit menjadi carrier dari penyakit tertentu apabila disebarkan ke pengguna bibit(Gunawan, 2001).
Lantai sebagai tempat berpijak dan berbaring sapi sepanjang waktu harus benar-benar memenuhi syarat: keras (dalam arti tahan injak), rata, tidak licin, tidak mudah menjadi lembab. Lantai yang memenuhi syarat akan menjamin kehidupan sehingga proses fisis biologis seperti memamah-biak, bernafas dan lain sebagainya akan berjalan dengan normal. Lantai yang rata dan tidak tajam akan membuat sapi dapat berdiri tegak, berbaring secara bebas, dan nyaman. Lantai yang kasar atau tajam dapat menimbulkan kulit menjadi lecet sehingga mudah dimasuki organisme atau kuman ke dalam tubuh sapi (Kusnadi, 2006).
Sebaliknya, lantai yang licin dapat menyebabkan sapi mudah tergelincir. Lantai yang selalu lembab dan becek dapat mengganggu pernafasan sapi dan menjadi sarang kuman. Supaya air mudah mengalir atau kering, lantai kandang harus diupayakan miring. Kemiringan lantai kandang 2-3 cm. Kandang ternak memiliki peranan yang sangat penting didalam usaha pengolahan ternak perah. Dengan adanya kandang pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan bagi peternakan sedikitnya dapat denetralisir melalui konstruksi kandang yang tepat. Konstruksi kandang yang baik tidak akan ada manfaatnya jika kandang tersebut tidak pernah dibersihkan baik kesehatan ternak maupun kesehatan pengelolaannya (Levine, 2000).
Sudah disebutkan pula bahwa susu sangat mudah menyerap bau-bauan maupun bahan kimia. Untuk hal ini lah kebersihan lingkungan sangat diperhatikan, khususnya kebersiahn kandang. Mengingat pentingnya arti kebersihan kandang terhadap produksi susu yang dihasilkan, maka kebersihan kandang itu perlu diketahui koleh mahasiswa peternakan(Rasyaf, 2004).
Pembersihan kandang tentunya memiliki peran yang sangat mendasar sebelum pelaksanakan aktifitas ternak tidak tutup kemungkinan adalah proses pemerahan susu sapi. Kualitas dan kuantitas hasil dari pemerahan tergantung dari lingkungan kandang tersebut. Semakin bersih kandang maka hasil dan kualitas tetap terjaga, namun jika sebaliknya akan menghasilkan susu yang berkulitas jelek dan cepat tercemar (Soetarno, 2000).
     Didalam pembersihan kandang tentunya harus memiliki prospek didalam membersihkan lantai kandang dalam hal ini hasil dari pembersihan. Didalam praktikum ini factor utama yang paling utama adalah pembersihan parit kandang (selokan), dinding kandang, lantai kandang, tempat pakan, tempat minum, dan tempat konsetrat. Licinnya kandang dan bau adalah factor dari urin dan feses sapi yang dihinggapi lalat. Kunci utama yang sulit terpisah dari praktikum ini adalah factor pendukung lainnya seperti sumber air, cangkul, sekop, sapu lidi, sikat, dan sebagainya (Sugeng, 2001).
Model kandang sapi perah di fapet farm adalah model kandang terbuka dibangun dengan tujuan agar sirkulasi udara dalam kandang dapat berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Abidin (2002) bahwa fungsi ventilasi adalah sebagai tempat aliran udara yang berguna memberikan suplai oksigen untuk kebutuhan pernapasan ternak sekaligus mengusir karbon dioksida dan ammonia keluar kandang. Atap kandang sapi perah di Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi terbuat dari asbes yang berfungsi melindungi sapi dari air hujan dan terik matahari serta menyerap panas, sedangkan sistem atapnya adalah sistem atap monitor yang berfungsi menjaga agar keadaan udara di dalam kandang tetap stabil.
4.3 Manajemen Pemeliharaan
Perawatan ini meliputi sanitasi kandang dan sapi itu sendiri, yaitu dengan membersihkan kandang dari kotoran dan memandikan sapi. Hal ini bertujuan agar saat pemerahan lemak susu tidak menyerap bau dari kotoran dan susu yang dihasilkan tidak tercemari oleh kotoran yang melekat pada sapi baik debu maupun rambut yang rontok. Perawatan lain adalah pemberian pakan, tujuannya agar produksi tidak turun dengan tajam. Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan (rumput gajah) dan konsentrat. Pemberian hijauan adalah 3% dari berat badan. Menurut Tillman (20033), pemberian pakan untuk sapi laktasi pada pagi dan sore dengan berat badan 350 sampai 400 Kg adalah 7,8 sampai 10 Kg berat kering dan pemberian pakannya harus dalam waktu yang sama.
Perawatan sapi jantan meliputi sanitasi kandang tersebut, dan dalam segi pakan. Kandang sapi perah jantan harus selalu bersih, supaya sapi tidak mudah terserang penyakit. Pakan yang diberikan juga harus sesuai dengan kebutuhan sapi. Manajemen perawatan sapi pejantan yang baik ini dapat menghasilkan pejantan unggul sehingga dapat dikawinkan dengan betinanya dan menghasilkan bibit atau anakan yang baik (Kamal, 2004).
Pemeliharaan ternak sapi, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit, bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Secara umum penyakit hewan adalah segala sesuatu yang menyebabkan hewan menjadi tidak sehat. Hewan sehat adalah hewan yang tidak sakit dengan ciri-ciri bebas dari penyakit yang bersifat menular atau tidak menular; tidak mengandung bahan-bahan yang merugikan manusia sebagai konsumen; dan mampu berproduksi secara optimum.  Berdasarkan praktikum ini ditemukan sapi yang terkena penyakit diantaranya mastitis dan diare. Berikut beberapa jenis penyakit pada sapi perah dan sapi potong serta penanganannya. ( Kamal, 2004).
Mastitis atau radang ambing merupakan penyakit terpenting pada sapi perah, tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia. Mastitis merupakan peradangan kelenjar susu yang disertai dengan perubahan fisik, kimiawi dan mikrobiologi. Secara fisis pada air susu sapi penderita mastitis klinis terjadi perubahan warna, bau, rasa dan konsistensi. Mastitis dipengaruhi oleh interaksi 3 faktor yaitu ternak itu sendiri, mikroorganisme penyebab mastitis dan faktor lingkungan (Murti, 2007).
Menurut para ahli penyebab utama mastitis adalah kuman Streptococcus agalactiaeStreptococcus dysagalactaeStreptococcus uberisStafilococcus aureusdan Koliform. Faktor lingkungan, terutama sanitasi dan higienis lingkungan kandang tempat pemeliharaan, posisi dan keadaan lantai, sistem pembuangan kotoran, sistem pemerahan, iklim, serta peternak itu sendiri dan alat yang ada. Gejala klinis mastitis nampak adanya perubahan pada ambing maupun air susu. Misalnya bentuk yang asimetri, bengkak, ada luka, rasa sakit apabila ambing dipegang, sampai nantinya mengeras tidak lagi menghasilkan air susu jika sudah terjadi pembentukan jaringan ikat. Air susu sendiri terjadi perubahan bentuk fisik maupun kimiawi (Frandson, 2002).
Usaha untuk mengatasi mastitis sebaiknya ditekankan pada usaha pencegahan. Memperhatikan faktor-faktor predisposisi dan melakukan sanitasi secara teratur dan benar baik  terutama terhadap kandang dan peralatan serta memperhatikan kesehatan pekerja khususnya pemerah. Kebersihan kandang, kebersihan sapi, jumlah sapi dalam kandang, cara pemberian air susu pada pedet, metode pemerahan, pemberian desinfektan pada puting setelah pemerahan merupakan sebagaian masalah yang belum dapat diatasi oleh peternak kita. Pengobatan dilakukan dengan memperhatikan jenis antibiotika, jumlah yang digunakan, aplikasinya. Antibiotika ada yang bersifat long acting maupun jangka pendek, begitu juga cara  pemberiannya. Beberapa antibiotika yang biasa digunakan antara lain Penisilin, Streptomisin, Ampisilin, kloksasilin, neomisin, oksitetrasiklin, tetrasiklin (Siregar, 2002).
Penyakit diare atau mencret sering terjadi terutama pada musim penghujan. Penyebab diare antara lain mikroorganisme yang mencemari kandang, karena kandang kurang bersih, becek, ventilasi kurang baik dan lain-lainnya. Kadang-kadang pemberian pakan yang tidak teratur dan cacingan juga menjadi penyebab diare. Cara mengatasinya adalah memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Pengobatan dapat dilakukan secara sementara dengan obat tradisional misalnya daun jambu biji. Jika mencret terus menerus upayakan setidaknya ternak mendapatkan minum (tambahkan gula dan garam) sebagai pengganti cairan tubuh (Siregar, 2002).
4.4. Manajemen Pemberian Pakan
Pemberian pakan ternak sapi harus diberikan secara kontinu sepanjang waktu, sebab pemberian pakan yang tidakteratur dapat penimbulkan hambatan pertumbuhan. Pakan sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali perhari pada pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan sebelum pemerahan sedangkan rumput diberikan setelah pemerahan. . Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari.
Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya. Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi sampai sapi dara, periode bunting, periode kering kandang dan laktasi. Pada anak sapi pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB (Sugeng, 2001).
Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah (Suwarsono, 2002). 
Pakan untuk ternak sapi perah yang berasal dari hijauan dapat berupa rumput seperti rumput gajah, kolonjono, dan dapat berupa legum yaitu sejenis dengan rendeng, lamtoro, daun turi yang merupakan sumber proteinyang penting, selain itu hijauan dapat berupa daun-daun seperti daun pisang, nangka, cemara, waru, yang kandungan patinya cukup, sedangkan dari konsentrat dapat berupa tepung tulang, NaCl, mineral Cu, P. Hewan minum memerlukan air. Hewan ternak memperoleh air minum dari air yang disediakan dan air yang terkandung dalam pakan serta air metabolik (Soetarno, 2004).
Menurut penjelasan dari Soetarno (2004) untuk memproduksi 1 Kg susu dibutuhkan 4 sampai 5 Kg air, selanjutnya sapi perah akan mengkonsumsi air lebih banyak bila diberikan secara bebas. Pakan sapi harus memenuhi hidup pokok, pertumbuhan fetus dan produksi susu (bagi yang sedang laktasi). Pakan yang baik harus cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak vitamin, mineral dan air susu. Defisiensi Ca pada ternak sapi perah menyebabkan milk fever (demam susu). Komposisi nutrien dan hijauan terdiri dari protein kasar 8,94%, energi 1,29 Mcal/Kg, mineral yaitu Ca 0,70% dan P 0, 38%. Komposisi konsentrat terdiri dari 16,15% PK, 1,96% Mcal/Kg energi dan mineral yaitu 0,34% dan P 0,36%.
Pemberian rumput dipotong tidak lebih dari 5 cm, akan tetap merangsang proses ruminansia, tetapi jika dipotong terlalu pendek akan mengurangi proses ruminansia dan akan berakibat kembung. Rumput diberikan sedikit demi sedikit, semakin besar semakin banyak tetapi sebelum 6 bulan tidak diperkenankan makan rumput lebih dari 5 Kg per hari. Hal ini untuk menghindari jangan samapai anak sapi perutnya besar tetapi badannya kurus, keadaan in disebut perut rumput atau patbelly (Tillman, 2003).

4.5 Pemerahan
Proses pemerahan ada 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian. Tahap persiapan yaitu disiapkan lingkungan pemerahan yang bebas dari kondisi yang dapat, menyebabkan stres, pemerahan dilakukan di tempat yang bersih, beratap, dan berlantai semen lalu ambing dan tangan pemerah harus dicuci sebelum pemerahan, semua peralatan pemerahan harus disiapkan, apabila ada sapi yang terkena mastitis harus diperah paling akhir untuk menghindari penularan pada sapi sehat. Tahap pelaksanaan pemerahan yaitu apabila putingnya silindris pemerahan dengan 5 jari, apabila membutuhkan pelicin menggunakan vaselin putih, selama diperah sapi tidak perlu diberi pakan agar sapi tenang, lama pemerahan diselesaikan dalam waktu 7 menit karena pengaruh sekresi oksitosin sangat singkat. Tahap penyelesaian pemerahan : setelah pemerahan selesai, ambing dan lantai dicuci dengan air sampai bersih, dilakukan deeping, susu ditakar dan dicatat, alat penampung susu harus dibersihkan dengan baik dan dikeringkan dengan meletakkan posisi terbalik.
Ambing sapi terdiri dari empat bagian. Kulit ambing ditutupi rambut halus tetapi puting sama sekali tidak tertutup rambut. Tiap bagian itu dilihat dari segi jaringan kelenjarnya, merupakan kesatuan yang terpisah. Separuh bagian kanan dan separuh bagian kiri, masing-masing satu kuarter (seperempat bagian) cranial ambing (depan) dan satu kuarter caudal ambing (belakang), dan masing-masing bagian tersebut lebih kurang merupakan kesatuan sendiri-sendiri. Separuh bagian ambing yang satu tidak tergantung pada separuh bagian ambing yang lain, khususnya dalam hal suplai darah, saraf dan aparatus suspensoris (Frandson, 2002).
Keluarnya air susu dipengaruhi oleh hormon oxytocin. Hormon Oxitocinmempengaruhi sel-sel epitel otot (myoepithekium) dan menyebabakan kontraksi pada sel-sel tersebut. Ambing kencang dan menurunkan susu (Let Down of Milk) disebabkan oleh kontraksi di atas. Hormon tersebut dikeluarkan ke dalam peredaran darah apabila ada rangsangan-rangsangan yang diterima oleh hewan dari petugas perah  (Blakely dan Bade, 2008).
Ambing terdiri dari bagian-bagian kecil dari jaringan sekretorik yang tersusun dari alveoli. Sejumlah alveoli bergabung menjadi satu oleh satu saluran dan terbungkus oleh jaringan ikat membentuk satu lobulus. Sejumlah lobulus bergabung menjadi satu membentuk lobus, diantaranya jaringan sekretorik terdapat jaringan ikat. Jaringan ikat ambing lebih banyak dibandingkan jaringan sekretorik, ambing tersebut adalah ambing daging, jika sebaliknya disebut ambing (Prihadi, 2007).
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa Salah satu cara untuk menjaga kesehatan ternak adalah dengan mengontrol dan mengatur tata laksana kesehatan ternak, antara lain dengan pemeriksan kesehatan ternak melalui pengamatan tingkah laku ternak, pemeriksaan fisik tubuh ternak dan pemeriksaan kondisi fisiologis ternak. Ternak sehat adalah ternak yang tidak terjadi penyimpangan dari kondisi normalnya. Ciri-ciri hewan sehat antara lain gerakan aktif, sikapnya sigap, selalu sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi sekitar yang mencurigakan.
5.2. Saran
Setelah melaksanakan praktikum ini penulis menyarankan agar praktikum selanjutnya lebih baik lagi dari pada praktikum sebelumnya, selain itu mahasiswa dapat menjaga kedisiplinan dan menciptakan kerja sama yang baik terhadap sesama  praktikan, sehingga proses pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan lancar dan bai

DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2002. Pemerahan, Satu Faktor Penentu Jumlah Air Susu. Swadaya Peternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24.
Aksi Agribisnis Kanisius. 2008. PetunujukBeternak-Beternak Sapi Potong, Perah
dan Kerja. Kanisius. Yogyakarta
Affendi. 2002. Beternak Sapi Perah. Penerbit. Kanisus. Yogyakarta.
Anwar. 2007. Ternak Kambing dan Domba. Gramedia. Jakarta.
Burn. 2004. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Bath et al. 2005Ilmu Produksi Ternak. Fapet.I.P.B. Bogor.
Blakely dan bade. 2008. Cara Beternak Perah. ITB. Bandung.
Djarijah, Abbas S. 2006. Usaha Ternak Sapi. Yogyakarta, Kanisius. 43 hal.
Fibrianto. 2008. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Madha University Press. Yogyakarta.
Frandson,D.R. 2002. Anatomi Dan Fisiologi Ternak. UGM Press. Yogyakarta
Gregorius. 2008. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset. Yogyakarta.
Ginting, Eliezer. 2008. Bimbingan dan Penyuluhan Usaha Sapi Perah. UGM Press. Yogyakarta
Gunawan. 2001. Produksi Ternak Perah. Bumi Aksara. Jakarta.
Iskandar. 2001. Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kusnadi. 2006. Beternak Sapi Perah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Levine ND. 2000. Parasitologi Veteriner. Yogjakarta UGM Press.
Makin. 2011. Pembudidayaan Ternak Perah . Cv. Yasaguna. Jakarta.
Murti. 2007. Mikrobiologi Pangan . PT. Gramedia  Pangan Utama. Jakarta.
Mazer. 2005. Cara Beternak Kambing. ITB. Bandung.
Soetarno. 2000. Petunjuk Cara-Cara Penggunaan Obat-Obatan Ternak.
Samarinda, Dinas Peternakan Kalimantan Timur. 12 hal.
Sugeng. 2001. Sapi Perah Daerah Tropis. Erlangga.Jakarta
Suwarsono. 2002. Kondisi Peternakan Sapi Perah Dan Kualitas Susu Di Pulau      Jawa. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 39-40. 
Swenson. 2008. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. UGM Press. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat datang, terimakasih sudah berkunjung.
Mohon gunakan bahasa yang sopan dalam berkomentar.
Jika ingin minta data postingan ini, silahkan chat pada kolom yang disediakan.

Terimakasih

Popular Posts

Definition List

Unordered List

Support