PADANG PENGGEMBALAAN
(Penentuan Komposisi Botani Rumput Lapangan Dengan
Point Kuadrat Dan Penentuan Produksi Hijauan Dan Penentuan Kapasitas Tampung
Ternak)
OLEH:
NAMA :
OJI MULYONO
NIM :
B1D 013 201
KELAS :
6C1
KELOMPOK : 1
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
1.1
LATAR BELAKANG
Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan yang ditumbuhi tanaman pakan ternak sehingga ternak dapat merenggut sesuai kebutuhannya dalam waktu yang singkat. Tanaman pakan yang
biasa tumbuh di
padang penggembalaan meliputi jenis rumput dan legum.
Hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan yang
berasal dari tanaman dan dapat mempengaruhi produktivitas dari ternak itu sendiri, sehingga hijauan pakan ternak harus diperhatikan ketersediaannya,
untuk itu dalam praktikum ini dilakukan cara-cara untuk mengetahu ikualitas dari hijauan pakan ternak untuk rumput yang
digembalakan. Hijauan pakan yang baik dapat dilihat dari kualitas atau kandungan dari hijauan pakan tersebut. Selain itu hijauan pakan yang baik harus mempunyai jumlah yang
cukup atau ketersediannya secara kontinyu.
Salah satu hal yang dilakukan untuk peningkatan
produksi ternak harusseiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan
hijauan. Karena pakanhijauan dapat juga berfungsi sebagai Bulk dan juga sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Pertambahan populasi yang begitu pesat akanmenyebabkan peningkatan kebutuhan suplai
pakan hijauan, hal ini akanmengakibatkan lebih banyak sumber daya lahan yang
diperlukan untuk dijadikansebagai tempat penggembalaan ternak.
Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan
ternak jangan sampaikekurangan maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan
adalah denganmemanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami sebagai padang
pengembalaan dan integrasi ternak terhadap Tanaman makanan ternak kedalam pola
perkebunandan pertanian setempat, selain itu perlu adanya pembuatan kebun
rumput atau padang penggembalaan yang dapat menyediakan berbagai jenis
hijauan unggulserta disesuaikan dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak .
Padang penggembalaan merupakan suatu areal yang
ditumbuhi vegetasi dominantfamili Gramineae dan mungkin juga terdapat jenis
tumbuhan lainya seperti legume,dan herba lainya yang digunakan untuk makanan
ternak. Padang penggembalaandaerah tropik biasanya menghasilkan hijauan yang
melimpah pada musim hujan, pada saat sesudah itu tunas tanaman biji tumbuh
dan berkembang dengan baik dancepat.
1.2 TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM
1.2.1
Tujuan Praktikum
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui
produksi hijauan
b. Mahasiswa dapat menghitung daya
tampung ternak
c. Untuk mengetahui komposisi botani
tanaman.
d.
Agar
mahasiswa dapat
mengetahui pengertian
kapasitas daya tampung padang
pengembalaan.
1.2.2
Kegunaan Praktikum
a. Untuk mengetahui spesies-spesies
tanaman hijaun makanan ternak dalam areal padang penggembalaan.
b.
Dapat mengetahui jumlah ternak yang dapat dipelihara dalam
suatu padangan setelah melakukan pengukuran kapasitas/daya tampung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Padang
penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman pakan ternak
yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam
waktu singkat (Reksohadiprodjo, 1994). Padang penggembalaan dapat terdiri
atas rumput-rumputan, kacang-kacangan (legume) atau campuran keduanya (McIlroy,
1976), dimana fungsi kacang-kacangan (legume) dalam padang penggembalaan adalah
memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama berupa protein, phosphor dan
kalium (Reksohadiprodjo, 1994).
Padang
penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan utama, yaitu:
Padang Penggembalaan Alam, Padang Penggembalaan Permanen yang sudah diperbaiki,
Padang Penggembalaan Buatan (Temporer), dan Padang Penggembalaan dengan
Irigasi.
Padang Penggembalaan Alam
Spesies tumbuh-tumbuhan pakan ternak
yang terdapat dalam golongan ini belum disebar atau ditanam dan floranya
relatif belum diganggu oleh campur tangan manusia (McIlroy, 1976). Reksohadiprodjo (1994) menambahkan bahwa manusia hanya mengawasi ternak
yang digembalakan. Ternak berpindah-pindah secara normal. Menurut Mc
Illroy (1976), pengikutsertaan leguminosa yang sesuai untuk membentuk
pertanaman campuran rumput atau leguminosa dan pengaturan penggembalaan
merupakan langkah pertama yang penting untuk perbaikan padang rumput ini.
Padang Penggembalaan Permanen yang sudah diperbaiki
Spesies hijauan pakan ternak dalam golongan ini belum
disebar atau ditanam tetapi komposisi botaninya telah diubah dengan jalan
mengatur penggembalaaan dengan seksama atau dengan pemotongan, drainase,
penggunaan pupuk, pengolahan tanah, penanaman ulang dan pemberantasan tumbuh –
tumbuhan pengganggu (McIlroy, 1976).
Padang Penggembalaan Buatan (Temporer)
Tanaman - tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan
dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanen atau
seling dengan tanaman pertanian (Reksohadiprodjo, 1994).Menurut Susetyo (1980),
padang penggembalaan temporer dibedakan menjadi jangka pendek dan jangka
panjang. Jangka pendek dilakukan antara 3-4 tahun yang dilakukan dengan
jalan memberikan tanaman selingan berupa tanaman pertanian untuk perbaikan
kesuburan tanah.Jangka panjang dilakukan antara 6 - 10 tahun, dimana setelah
mencapai kurang lebih 10 tahun padang penggembalaan dibongkar langsung untuk
direnovasi, jadi tanpa adanya tanaman selang.
Padang Penggembalaan dengan Irigasi
Padangan biasanya terdapat di
daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan ternak
dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 sampai 4
hari. Cara penggembalaan dengan irigasi dibedakan menjadi: cara ekstensif;
cara semi ekstensif; cara stripgrazing; seiling (zero grazing) yaitu hijauan
dipotong manusia dan diberikan di kandang (Reksohadiprodjo, 1994). Supaya
dapat mempertahankan hasil yang tinggi, maka padang penggembalaan irigasi
diperlukan pemupukan berat (McIlroy, 1976).
Komposisi
botani padang penggembalaan tidak selalu konstan. Perubahan susunan komponen
selalu terjadi oleh pengaruh musim, kondisi tanah dan sistem penggembalaan.
Komposisi suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh curah hujan, ketinggian
tempat dan pengelolaan penggembalaan. Komposisi botani suatu padang rumput
sebagian besar ditentukan oleh tata laksananya (McIlroy, 1976). Dijelaskan
lebih lanjut bahwa penggembalaan berat pada awal musim penggembalaan yang
diikuti dengan periode istirahat cenderung akan menekan jenis tumbuhan yang
masak dini dan menguntungkan jenis-jenis yang tumbuh lambat, sedangkan jika
menunda penggembalaan sampai musim penggembalaan lebih lanjut akan berpengaruh
sebaliknya.
Evaluasi
Pastura
Evaluasi pastura merupakan suatu
kegiatan observasi/pengamatan dan penilaian terhadap pastura untuk mendapatkan
hijauan pakan yang rasional dan reasonable bagi ternak, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Evaluasi suatu pastura dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung
dilakukan dengan cara mengkur langsung komposisi botani, komposisi biomasa dan
komposisi kimia suatu pastura. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung
dilakukan dengan melihat respon ternak terhadap pastura yang ada, dapat
dilakukan dengan melakukan penggembalaan pada pastura dan kemudian melihat
kondisi ternak setelah beberapa waktu kemudian.
Untuk pengukuran secara langsung
terdapat beberapa metoda yang dapat dilakukan, diantaranya dengan metoda
pengukuran berdasarkan frekuensi (keseringan), berdasarkan density (kepadatan),
berdasarkan area cover (penutupan tanah) dan berdasarkan berat dengan Dry
Weight Rank (DWR). Dalam metoda pengukuran berdasarkan berat (DWR) ada beberapa
tahapan yang mesti dilalui, diantaranya :
-
Bulkyng,
ranking, persentase, faktor pengali, Dry Weight (DW), dan interpretasi (untuk
total ranking yang memiliki nilai sama).
-
Bulkyng,
ranking, faktor pengali, skor, Dry Weight (DW), dan interpretasi (untuk total ranking yang
memiliki nilai yang berbeda).
Kapasitas tampung adalah kemampuan suatu pastura
menampung ternak tanpa menyebabkan kerusakan pada padang rumput dan
ternak. Kapasitas tampung pastura berbeda-beda karena adanya perbedaan
dalam produksi tanah, curah hujandan penyebarannya, topografi dan lain-lain.
Oleh karena itu setiap pastura sebaiknyadiisi dengan ternak sesuai dengan
kemampuannya.(Manu 2013).
Taksiran kapasitas tampung pastura dapat didasarkan
pada jumlah hijauanyang tersedia. Analisis ini memerlukan pengambilan sejumlah
cuplikan (sampel)karena melakukan pengamatan secara langsung pada setiap bagian
pastura akanmenyebabkan inefisiensi. Penentuan letak petak-petak cuplikan dapat
dilakukandengan metode : Pengacakan, Stratifikasi dan Sistematik. cahaya termasuk faktor lingkungan yang
penting, karena peranan yang mendasar dari fotosintesis didalammetabolisme
tanaman. Secara fisilogis cahaya mempunyai pengaruh baik lansungmaupun tidak
langsung pengaruh pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis dan
secara tidak lansung melalui pertumbuhan dan perkembangantanaman.(Andriani
2009).
Soltief
(2009) yang menyatakan bahwa kapasitas tampung ternak ruminansia dalam suatu
wilayah menunjukkan populasi maksimum ternak sapi potong yang dapat ada di
wilayah tersebut berdasarkan ketersediaan pakan hijauan. Suatu padang
penggembalaan dinyatakan produktif apabila mempunyai daya tampung lebih dari
0,83 UT/ha/tahun. Hal ini juga didukung oleh pendapat Rusdin et al.
(2009) yang menyatakan bahwa daya tampung (carrying capacity) penggembalaan
mencerminkan keseimbangan antara hijauan yang tersedia dengan jumlah satuan
ternak yang digembalakan di dalamnya per satuan waktu.
Damry
(2009) menyatakan bahwa komposisi botani suatu padang pengembalaan tidak
selalu konstan karean dipengaruhi musim, kondisi lahan dan pemanfaatan
oleh ternak maupun melalui pemotongan oleh manusia. Gambaran umum produksi riil
optimum padang penggembalaan dapat dicapai apabila komponen kacang-kacangan
berkisar antara 30-40% bahan kering.
Menurut Reksohadiprodjo (1994), tata laksana padang
penggembalaan untuk produksi ternak harus tersedia jumlah hijauan pakan yang
dimanfaatkan secara maksimal sehingga pertumbuhan ternak yang optimal dapat
tercapai. Yunizar, et al., (2013) menyatakan bahwa sumber bahan pakan
ternak ruminansia yang utama adalah berbagai jenis rumput rumputan, Masih
banyak peternak yang mengembalakan ternaknya di areal yang ditumbuhi rumput
secara alam, yang kualitas dan kuatitas rendah sehingga hanya dapat menaikkan
berat badan yang relatif kecil. Sawen dan Junaidi (2010) menyatakan bahwa
Tinggi rendahnya kualitas suatu padang penggembalaan berkaitan erat dengan
komposisi botanis (tumbuhan) yang terdapat pada padang penggembalaan tersebut,
sedangkan padatnya ternak yang dipelihara menyebabkan ketersediaan pakan
hijauan yang terdapat pada padang penggembalaan alami tersebut tidak mencukupi
kebutuhan seluruh ternak yang digembalakan.
Damry
(2009) yang menyatakan bahwa kualitas nutrisi hijauan yang tumbuh pada suatu
padang penggembalaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya komposisi
rumput dan legum. Tanaman legum mengandung nitrogen yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rumput dan rendahnya poporsi legum yang ada di padang
penggembalaan menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas nutrisi hijauan
yang ada. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Junaedi dan Sawen (2010) yang
menyatakan bahwa padang penggembalaan tergolong baik apabila proporsi antara
rumput dibanding legume adalah sebanyak 3 : 2. Jika proporsi berada
dibawah standar, maka dapat dikatakan bahwa kualitas padang penggembalaan masih
tergolong rendah.
Menurut Frich ( 1978 ) dalam (Anonim 2014), kebanyakan
rumput – rumput alam mempunyai masa pertumbuhan yang pendek sebelum kualitasnya
menurun, di samping kapasitas pertumbuhannya yang rendah dibandingkan dengan
species – species unggul yang dikembangkan.
Kapasitas tampung mempunyai hubungan yang erat dengan
produksi ternak yang dihasilkan. Nitis (1979) dalam (Anonim 2014)
menyatakan bahwa produksi rumput yang tumbuh ditanah sawah, kebun, hutan
dan pinggir jalan berkisar antara 14-15 ton BK/tahun sedangkan pengunaan
sekitar 1,5 ton BK/tahun.Kapasitas tampung ternak ruminansia disuatu wilayah
menunjukkan populasimaksimum suatu jenis ternak ruminansia yang ada diwilayah
tersebut selanjutnyakapasitas tampung ternak dihitung atas dasar ketersediaan
dan produktivitas lahan.Kapasitas tampung disuatu wilayah sangat dipengaruhi
oleh iklim, produktivitastanah, dan pola pertanian yang dilakukan didaerah tersebut.
Menurut Syarief, (1980) dalam (Anonim 2014)
menyatakan bahwa komponen iklim yang terpenting untuk daerah tropik adalahcurah
hujan, tinggi rendahnya curah hujan disuatu daerah berpengaruh langsungterhadap
tingkat kesuburan dan pertumbuhan tanaman, bila pertumbuhan tanaman terganggu
maka produksinya terganggu pula.
Jenis – jenis rumput yang disukai ternak dan tinggi
produksinya, pada umumnya memerlukan derajat kesuburan tanah yang tinggi. Pada
tanah – tanah yang subur, pertumbuhan jenis-jenis rumput ini akan mendominasi
pertumbuhan rumput lain di padang rumput, species rumput yang kualitasnya
rendah akan mendominasi pertumbuhan, dan drainase pada tanah yang basah atau
pada tanah yang digenangi air dan irigasi pada tanah yang kering dapat
merupakan sarana untuk mengganti species yang produksinya lebih tinggi. (
Mcllroy, 1977 ).
Penelitian yang dilakukan di philipina ( Lopez, 1978 ) dalam
(Anonim 2014) terhadap ilmu species rumput tropis seperti Panicum maximum,
Pennisitum purpurium, Brachiaria mutica dan Setaria spacelata, memperlihatkan
produksi bahan kering yang cukup tinggi. Rumput tersebut mempunyai respon yang
cukup baik terhadap tata laksana dan pemupukan.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Waktu
Dan Tempat Praktikum
Praktikum
Padang Pengggembalaan dilaksanakan pada :
Waktu pelaksanaan : Sabtu,21 Mei 2016
Tempat :Sesaot kecematan Narmada
Jam : 11:00 – 12 : 00
3.2.
Materi Praktikum
3.2.1. Alat Praktikum.
Ø Acara
I: Penentuan Komposisi Botani Rumput
Lapangan Dengan Point Kuadrat.
Adapun alat- alat yang digunakan
dalam praktikum adalah sebagai berikut:
a. Point kuadrat dengan kelengkapannya
b. Tali rafia
c. Alat ukur meter
d. Buku identitas spesies tanaman
e. Alat tulis menulis
Ø Acara
II: Penentuan Produksi Hijauan Dan
Penentuan Kapasitas Tampung Ternak
Adapun alat- alat yang digunakan
dalam praktikum adalah sebagai berikut:
a. Frame ukuran 1 x 1 meter
b. Sabit
c. Timbangan
d. Kantong plastic
3.2.2. Bahan Praktikum
Ø Acara
I: Penentuan Komposisi Botani Rumput
Lapangan Dengan Point Kuadrat.
Adapun bahan – bahan yang digunakan
dalam praktikum adalah:
a. Rumput lapangan
b. Leguminosa
Ø Acara
II: Penentuan Produksi Hijauan Dan
Penentuan Kapasitas Tampung Ternak
Adapun alat- alat yang digunakan
dalam praktikum adalah sebagai berikut:
a. Rumput lapangan
b. Leguminosa
3.3.
Metode Praktikum
Ø Acara
I: Penentuan Komposisi Botani Rumput
Lapangan Dengan Point Kuadrat.
Penentuan Tempat Pancang Point
Kuadrat
1. Ditentukan tempat pertama(A) secara
acak pada lahan.
2. Dari A ditarik garis lurus menuju
tempat B dan C ,dimana garis AB tegak lurus AC dan panjang yaitu 100 meter
kemudian AB dan AC dibagi masing – masing menjadi 6 dengan jarak antara yang
sama yaitu 20 meter.
3. Ditarik garis pemisah yang sama
sudut CAB membentuk diagonal menuju tempat D dan garis yang terbentuk dibagi
menjadi 10 bagian dengan jarak antara yang sama yaitu lebih kurang 14.14 meter.
4. Ditarik garis BD dan DC , masing –
masing garis dibagi menjadi 5 bagian dengan jarak antara yang sama yaitu 20
meter.
5. Melalui tempat- tempat yang
terbentuk, ditarik garis – garis penolong penghubung yang pada akhirnya akan
terbentuk keseluruhan tempat panjang sebanyak 60 tempat.
Pendataan
Komposisi Botani
1.
Pada
masing – masing tempat pancang alat dilakukan pemancangan alat secara tegak
lurus dan horizontal terhadap permukaan tanah.
2.
Satu
alat ini mempunyai 5 lubang pin dan yang dipakai di tentukan sebanyak 2 buah,
sehingga dari luasan 1 Ha petak contohnya yang ada di setiap desa terdapat 120
kali point sampling (2 x 60). Setelah pemancangan alat maka pin yang pertama
mulai dimasukkan kedalam lubangnya.
3.
Setiap
tanaman atau lahan yang tersentuh pin diambil sebagai data,untuk tanaman
ditentukan nama latinnya melalui cara identifikasi spesies.
Ø Acara
II: Penentuan Produksi Hijauan Dan
Penentuan Kapasitas Tampung Ternak.
1. Tentukan lahan yang akan ditentukan
kapasitas tampungnya.
2. Tentukan cuplikan pertama secara
acak,kemudian cuplikan kedua diambil pada jarak lurus 10 langkah ke kanan dari
cuplikan pertama, demikian seterusnya sehingga didapatkan satu kumpulan
cuplikan(cluster).
3. Cluster selanjutnya diambil pada
jarak 125 meter dari cluster sebelumnya.
4. Lakukan pemotongan semua hijauan
yang terdapat dalam frame setinggi 5 sampai 10 cm dari permukaan tanah.
5. Bila cuplikan jatuh pada tanaman
pohon – pohonan ,yang mungkin dimakan oleh ternak ,dipotong sampai setingggi
1.5 meter.
6. Timbang berat segar hijauan tiap
cuplikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
Tabel 1. Komposisi botani pada padang
penggembalaan
Jenissampel
|
SAMPEL
|
Berat rata-rata (gr)
|
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
Q1
|
-
|
8
|
17
|
-
|
8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
40
|
-
|
-
|
-
|
38
|
22,2
|
Q2
|
-
|
-
|
-
|
28
|
22
|
13
|
125
|
-
|
-
|
-
|
114
|
-
|
-
|
-
|
-
|
60,4
|
Q3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
135
|
40
|
36
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
94
|
76,25
|
Q4
|
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
91
|
|
18
|
28
|
160
|
74,25
|
Q5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
44
|
14
|
-
|
-
|
78
|
146
|
-
|
-
|
-
|
-
|
70,5
|
Q6
|
-
|
-
|
-
|
141
|
-
|
-
|
110
|
-
|
22
|
-
|
11
|
15
|
69
|
-
|
-
|
61,3
|
Total
|
60,81
|
Keteragan
jenis spesies :
A. =
Rumput Teki
B. =
Centrocema Pubescens
C. =
Rumput Karpet
D. =
Paspalum Conjugatum
E. =
Fululia Aura
F. =
Desmodium Triflonum
G. =
Eleucine Indica
H. =
Desmanthus Visgatus
I. =
Digiti Ciliaris
J. =
Dishatilum Anratum
K. =
Selaguri
L. =
Eragrotis
M. =
Tenufolia
N. =
Masaki
O. =
Saki
Perhitungan
komposisi botani:
·
Q1=
x100% =
13.28%
·
Q2=
x 100% =
36,13%
·
Q3=
x100% =
15,70%
·
Q4=
x 100% = 44,41%
·
Q5=
x
100% = 42,17%
·
Q6=
x 100% = 36,67%
Tabel
2. Frekuensi tanaman
Jenistanaman
|
Nomorpelemparan
|
total
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
A
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
B
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
C
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
D
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
2
|
E
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
F
|
_
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
2
|
G
|
_
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
4
|
H
|
_
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
1
|
I
|
_
|
_
|
+
|
-
|
-
|
+
|
2
|
J
|
_
|
_
|
_
|
_
|
+
|
-
|
1
|
K
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
+
|
5
|
L
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
1
|
M
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
2
|
N
|
-
|
-
|
|
+
|
-
|
-
|
1
|
O
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
3
|
Keteragan
jenis spesies :
A= Rumput Teki
B= Centrocema Pubescens
C= Rumput Karpet
D= Paspalum Conjugatum
E= Fululia Aura
F= Desmodium Triflonum
G= Eleucine Indica
H= Desmanthus Visgatus
I= Digiti Ciliaris
J= Dishatilum Anratum
K= Selaguri
L= Eragrotis
·
Perhitungan Frekuensi Tanaman
A.
100% = 0%
B.
x 100 % = 33,3 %
C.
x
100% = 16,6%
D.
x
100% = 33,3%
E.
x100% = 33,3%
F.
100% = 33,3%
G.
x
100 % = 16,6%
H.
x
100 % = 16,6%
I.
x
100% = 33, 3%
J.
x
100 % = 16,6%
Acara II: Penentuan Produksi Hijauan Dan
Penentuan Kapasitas Tampung Ternak
·
Produksi
SampelKuadran
|
Berat (gr)
|
A
|
22,2
|
B
|
60,4
|
C
|
76,25
|
D
|
74,25
|
E
|
70,5
|
F
|
61,3
|
total
|
364,9/6 = 60,8
|
·
perhitungan daya tampung
luas lahan : 30 are =
3000 m2
produksi/m2=
60,8 gr/m2
PUF = 40% (sedang)
Area cover = 80%
Luas lahan = 3000 x
60,8
=
182400gr/m2
=
182,4 kg/m2
Konsumsi/hari dengan
bobot badan kambing 30 kg
10/100x30=3
kg/ekor/hari
Konsumsi/bulan: 90
kg/ekor/bulan
Konsumsi/tahun= 1080
kg/ekor/tahun
Daya tampung =
=
0,6
=
1 ekor kambing/m2/bulan
4.2. Pembahasan
4.2.1
Penentuan
Komposisi Botani Rumput Lapangan Dengan Point Kuadrat
Berdasarkan
hasil praktikum yang dilaksanakan penentuan komposisi botani dengan point
kuadrat yang dilakukan dengan 6 kali pelemparan kuadrat,pelemparan kuadrat
pertama(Q1) dengan berat rata – rata spesies tanaman 31 gram yang terdiri dari Eleucine
Indica, Chrysopogan Aciculatus, Eragrotis Browni, Sporobolus Indicus dan
Delilan,pelemparan kuadrat kedua (Q2) dengan berat rata – rata spesies tanaman
20.63 gram yang terdiri dari Eleucine
Indica, Chrysopogan,
Aciculatus, Delilan,
Digitaria
Cliaris, Brachyachne Convergens, Tephrosia,
Saki
dan Selaguri.pelemparan
ketiga (Q3) dengan berat rata – rata spesies tanaman 49 gram yang terdiri dari
Eleucine Indica, Delilan, Digitaria Cliaris, Dichantium Annulatum dan Saki.
Pelemparan keempat (Q4) dengan berat rata – rata spesies 14.2 gram yang terdiri
dari Eleucine Indica, Delilan, Digitaria Cliaris, Schizachrium
Snginium dan Saki.Pelemparan kelima (Q5) dengan berat rata – rata
spesies tanaman 21.5 gram yang terdiri dari
Eleucine Indica, Delilan, Schizachrium Snginium, Tephrosia, Saki dan
Selaguri dan Pelemparan kuadrat keenam (Q6) dengan berat rata – rata 30.83 gram
yang terdiri dari Eleucine Indica,
Chrysopogan Aciculatus, Paspalum Conjugatum, Tephrosia, Saki dan Selaguri.
Dengan berat keselurahan pelemparan kuadat hijauan tanaman adalah 167,16 gram
sedang berat awal hijauan tanaman di lapangan sesaot adalah 186 gram hal ini
terjadi karena penurunan kadar air hijauan tanaman yang di karena oleh
penentuan spesies – spesies tanaman dilakukan keesokan harinya. Setelah
penentuan spesies – spesies hijauan tanaman akan di lakukan perhitungan
komposisi botani berdasarkan berat rata – rata sampel pelemparan kuadrat. Pada
kuadrat (Q1) komposisi botani sebesar 18.55 %, Kuadrat (Q2) 12.35 %, Kuadrat
(Q3) 29.31%, kuadrat (Q4) 8.50 %, Kuadrat (Q5) 12.86 % dan kuadrat (Q6) 18.44%.
Berdasarkan hasil praktikum penentuan frekuensi tanaman hijauan makanan ternak di peroleh frekuensi
tanaman Eleucine Indica adalah 100%, Chrysopogan Aciculatus 50 %, Eragrotis
Browni 16.7 %, Sporobolus Indicus 16.7%, Delilan 83.33%, Digitaria Cliaris 50%,
Brachyachne Convergens 16.7%, Dichantium Annulatum 16.7%, 33.33%, dan Paspalum
Conjugatum 16.7%. sehingga spesies tanaman hijauan tanaman makanan ternak yang
memiliki frekuensi tertinggi adalah eleucine indica.
4.2.2. Penentuan Produksi Hijauan Dan Penentuan Kapasitas Tampung
Ternak.
Berdasarkan
hasil praktikum produksi hijauan di tentukan dengan melakukan pelemparan
kuadrat, alat yang di gunakan untuk pelemparan kuadrat berukuran 1m2 dan
akan dilakukan enam kali pelemparan kuadrat kemudian menyabit rumput yang
berada di dalam alat kuadrat untuk menentukan produksi hijauan,lahan yang
digunakan seluas 30 are dan PUF yang di gunakan adalah PUF sedang yaitu 40 – 50
%.Sampel A(Q1) produksi hijauannya adalah 190 gram, Sampel B (Q2) 175 gram,
Sampel C(Q3) 310 gram, Sampel D (Q4) 85 gram, Sampel E(Q5) 145 gram dan Sampel
F (Q6) 120 gram. Jadi berat rata – rata produksi hijauan 1m2 adalah
186 gram. Sehingga produksi hijauan dengan luas lahan 30 are adalah 558000gr/m2
atau 558 kg/m2 dan hanya mampu menampung 3 ekor kambing/m2/bulan yang berat badannya 30 kg.
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat di simpulkan bahwa
dapat di simpulkan sebagai berikut:
a) Spesies
– spesies tanaman yang terdapat di lapangan sesaot kecematan narmada dengan
luas lahan 30 are yang dilakukan dengan enam kali pelemparan kuadrat terdiri
dari Eleucine Indica, Chrysopogan Aciculatus, Eragrotis Browni, Sporobolus Indicus, Delilan, Digitaria
Cliaris, Brachyachne Convergens, Dichantium Annulatum, Schizachrium Snginium,
Paspalum Conjugatum, Uraria,Tephrosia, Saki dan Selaguri.dan tanaman yang
paling dominan kemunculannya dari enam kali pelemparan kuadrat adalah Eleucine
Indica.
b) Lahan
yang luasnya 30 are hanya mampu memproduksi hijauan 558000gr/m2 atau
558 kg/m2 yang hanya mampu
menampung 3 ekor kambing/m2/bulan
yang berat badannya 30 kg.
DAFTAR
PUSTAKA
Mc Ilroy,
R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang
Rumput Tropis. Pradnya Paramita. Jakarta.
Reksohadiprodjo,
S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan
Makanan Ternak tropik. Edisi Ketiga. BPFE. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Soltief, M.S. 2009. Kajian kawasan sapi potong di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat.
Tesis Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anonim.2014.
laporan praktikum tata laksana padang.
Damry.
2009. Produksi dan kandungan nutrien
hijauan padang penggembalaan alam di
Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso. Jurnal Agroland 16 (4)
: 296-300