Sabtu, 18 Agustus 2018

Kaum tsamud vs kaum milenial kaitan gempa Lombok



Kemajuan jaman yang kita rasakan saat ini membawa kita pada era dimana setiap kebutuhan dapat terpenuhi dengan menggerakan jari saja maka keinginan terebut akan terpenuhi dalam beberapa waktu. Namun disamping itu terdapat masalah yang serius  disaat dunia serba instan dan disinilah muncul rasa bangga akan kemewahan dunia sehingga kita lupa bahwa nikmat itu tidak datang dengan sendirinya.

Baru-baru ini saya dan bahkan kita semua merasakan guncangan demi guncangan dari detik demi detik gerakan bumi yang sudah tidak bersahabat lagi dengan rasa nyaman sehingga kita merasakan bagaimana rasanya 7 SR menghancurkan titipan-Nya (Allah SWT). Disini sesungguhnya kita harus merenungi bahwa siksa dunia ini tidak akan diturunkan oleh-Nya (Allah SWT) tanpa ada sebab yang mengundang/ menyertainya. Dia tidak akan menurunkan siksa-Nya secara mendadak, kecuali mayoritas penghuninya telah berbuat kerusakan. Jadi sebenarnya kerusakan apa yang telah kita perbuat ? langkah hidup ini sebenarnya sudah membawa kita kejurang penyakit sosial yang amat dalam sehingga yang ma’ruf menjadi munkar dan yang munkar menjadi ma’ruf, efeknya pihak yang berada pada level etilis adalah preman yang didukung pemodal dan orang shalih lemah dan terisolir dari akses ekonomi dan kekuasaan.

Secara umum mungkin kita berfikir bahwa mengapa ujian ini begitu berat untuk kami “sembari mengeluh akan ujian yang telah menimpa”. Sejujurnya mengeluh itu tidak akan dapat menyelesaikan masalah, karena kunci dari masalah itu sudah kita ketahui “ bima kasabat aidinnas” disebabkan banyaknya dosa-dosa mereka.

“kerusakan di darat dan di laut adalah akibat prilaku buruk manusia sendiri. Allah menimpakan azab kepada manusia akibat dari sebagian keburukan yang mereka lakukan. Dengan adanya azab itu semoga mereka mau bertaubat kepada allah.” (QS: Ar Rum [30]: 41)

Jadi itulah bentuk keadilan allah SWT di dunia. Kuncinya berbuat baik membuat kita merasa senang namun sebaliknya berbuat dosa akan dirasakan gugatan batin yang menghampiri terus-menerus. Jika tidak diselesaikan akan menjadi penyakit jiwa bahkan dosa tersebut menyakiti makhluk hidup lainnya (pepohonan dan hewan) hanya saja kita tak bisa mendengar bahwa sesungguhnya mereka menegur dan mengingatkan kita yang sudah semestinya kita harus bersahabat dengan mereka karena kelak merekalah yang akan berbicara untuk menunjukan kepada kita tempat persembunyian yahudi (pohon ghorqod).

“demi matahari dan sinarnya pada pagi hari. Demi bulan apabila mengiringinya. Demi siang apabila menampakkannya. Demi malam apabila menutupinya (gelap gulita). Demi langit serta pembinaanya (yang menakjubkan). Demi bumi serta penghamparannya. Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) nya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. Kaum samud telah mendustakan (rasul-Nya) karena mereka melampaui batas (Zalim). Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka. Lalu Rasul Allah (Salih) berkata kepada mereka, (Biarkanlah) unta betina dari Allah ini dengan minumannya. Namun mereka mendustakannya dan menyembelihnya, karena itu Tuhan membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya (dengan tanah). Dan dia takut terhadap akibatnya. (Qs: Asy-Syams [91]: 1-15).

Sungguh dalam pelajaran yang dapat kita ambil dari arti  Qs Asy-Syams, maka dari itu semoga kita dapat bertobat dari segala kerusakan yang telah kita bina dari tahun ketahun dan kita mulai berbenah diri dari perbuatan orang-orang yang merugi dan semoga kita bukan termaksud golongan manusia yang mengulang kembali sejarah kaum tsamud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat datang, terimakasih sudah berkunjung.
Mohon gunakan bahasa yang sopan dalam berkomentar.
Jika ingin minta data postingan ini, silahkan chat pada kolom yang disediakan.

Terimakasih

Popular Posts

Definition List

Unordered List

Support