Kemajuan jaman yang kita rasakan saat ini membawa kita pada
era dimana setiap kebutuhan dapat terpenuhi dengan menggerakan jari saja maka
keinginan terebut akan terpenuhi dalam beberapa waktu. Namun disamping itu
terdapat masalah yang serius disaat
dunia serba instan dan disinilah muncul rasa bangga akan kemewahan dunia
sehingga kita lupa bahwa nikmat itu tidak datang dengan sendirinya.
Baru-baru ini saya dan bahkan kita semua merasakan guncangan
demi guncangan dari detik demi detik gerakan bumi yang sudah tidak bersahabat
lagi dengan rasa nyaman sehingga kita merasakan bagaimana rasanya 7 SR
menghancurkan titipan-Nya (Allah SWT). Disini sesungguhnya kita harus merenungi
bahwa siksa dunia ini tidak akan diturunkan oleh-Nya (Allah SWT) tanpa ada
sebab yang mengundang/ menyertainya. Dia tidak akan menurunkan siksa-Nya secara
mendadak, kecuali mayoritas penghuninya telah berbuat kerusakan. Jadi sebenarnya
kerusakan apa yang telah kita perbuat ? langkah hidup ini sebenarnya sudah
membawa kita kejurang penyakit sosial yang amat dalam sehingga yang ma’ruf
menjadi munkar dan yang munkar menjadi ma’ruf, efeknya pihak yang berada pada
level etilis adalah preman yang didukung pemodal dan orang shalih lemah dan
terisolir dari akses ekonomi dan kekuasaan.
Secara umum mungkin kita berfikir bahwa mengapa ujian ini
begitu berat untuk kami “sembari mengeluh akan ujian yang telah menimpa”. Sejujurnya
mengeluh itu tidak akan dapat menyelesaikan masalah, karena kunci dari masalah
itu sudah kita ketahui “ bima kasabat aidinnas” disebabkan banyaknya dosa-dosa
mereka.
“kerusakan di darat dan di laut adalah akibat prilaku buruk
manusia sendiri. Allah menimpakan azab kepada manusia akibat dari sebagian
keburukan yang mereka lakukan. Dengan adanya azab itu semoga mereka mau
bertaubat kepada allah.” (QS: Ar Rum [30]: 41)
Jadi itulah bentuk keadilan allah SWT di dunia. Kuncinya berbuat
baik membuat kita merasa senang namun sebaliknya berbuat dosa akan dirasakan gugatan
batin yang menghampiri terus-menerus. Jika tidak diselesaikan akan menjadi
penyakit jiwa bahkan dosa tersebut menyakiti makhluk hidup lainnya (pepohonan
dan hewan) hanya saja kita tak bisa mendengar bahwa sesungguhnya mereka menegur
dan mengingatkan kita yang sudah semestinya kita harus bersahabat dengan mereka
karena kelak merekalah yang akan berbicara untuk menunjukan kepada kita tempat
persembunyian yahudi (pohon ghorqod).
“demi matahari dan sinarnya pada pagi hari. Demi bulan
apabila mengiringinya. Demi siang apabila menampakkannya. Demi malam apabila
menutupinya (gelap gulita). Demi langit serta pembinaanya (yang menakjubkan). Demi
bumi serta penghamparannya. Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) nya. Maka Dia
mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntung
orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. Kaum
samud telah mendustakan (rasul-Nya) karena mereka melampaui batas (Zalim). Ketika
bangkit orang yang paling celaka di antara mereka. Lalu Rasul Allah (Salih)
berkata kepada mereka, (Biarkanlah) unta betina dari Allah ini dengan
minumannya. Namun mereka mendustakannya dan menyembelihnya, karena itu Tuhan
membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya (dengan tanah). Dan dia
takut terhadap akibatnya. (Qs: Asy-Syams [91]: 1-15).
Sungguh dalam pelajaran yang dapat kita ambil dari arti Qs Asy-Syams, maka dari itu semoga kita dapat
bertobat dari segala kerusakan yang telah kita bina dari tahun ketahun dan kita
mulai berbenah diri dari perbuatan orang-orang yang merugi dan semoga kita
bukan termaksud golongan manusia yang mengulang kembali sejarah kaum tsamud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat datang, terimakasih sudah berkunjung.
Mohon gunakan bahasa yang sopan dalam berkomentar.
Jika ingin minta data postingan ini, silahkan chat pada kolom yang disediakan.
Terimakasih