Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) merilis kabar bahwa korban
bencana akibat gempa bumi mencapai 436 orang, mayoritas dari mereka
menghembuskan nafas terakhir setelah tertimpa oleh bangunan yang dirobohkan
oleh gempa berkekuatan 7 SR pada 5 Agustus 2018 lalu.
352 ribu pengungsi,
67 ribu rumah rusak serta 600-an sekolah mendapat imbas dari gempa tersebut,
namun sampai saat ini sangat disayangkan mengapa bencana ini sangat lambat
direspon oleh pemerintah, yang harusnya menjadi pukulan keras bagi pemerintah mengapa
tidak ! kenapa bencana yang hampir meluluh lantakan seluruh pulau lombok hanya
donatur dan relawan saja yang bergerak hatinya untuk menjadi patriot penolong. Pertanyaannya
“kemana andil pemerintah dalam mensejahterakan rakyat” bahkan kata tersebut
sudah tertuang dalam sila ke empat. Nampaknya pemerintah sudah lupa akan dasar
negara dan pancasila di dalam jati dirinya.
Bencana nasional itu
jika korban banyak, daerah luas, dan aparat pemerintah daerah juga lumpuh
total, mengutip pemaparan “Sutopo Purwo Nugroho”. Dan masih banyak pemaparan
para elit politik lainya.
Bencana ini saya
samakan dengan permainan catur, jika salah langkah maka musuh akan menyerang
dari berbagai arah tanpa bisa diatasi. Maksudnya begini, penentuan status
keadaan darurat bencana baru bisa dilaksanakan oleh pemerintah harus didasari oleh tingkatan bencana. “untuk tingkat
nasional ditetapkan oleh presiden, tingkat provinsi oleh gubernur, dan tingkat
kabupaten/ kota oleh bupati/ wali kota” sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No.21 Tahun 2008. Sudahkan anda paham maksudnya ? jadi ketika zona nyaman
masyarakat sudah tidak indah dari waktu ke waktu serta bantuan yang disalurkan
sudah mencapai puncak serta kejenuhan donatur berada diambang batas, lalu siapa
lagi yang akan bergerak dan terketuk hatinya untuk membantu para korban gempa
bumi tersebut.
Saat ini pemerintah
terlalu asyik dalam memainkan kuda sehingga lupa akan arah kiri dan kanan yang
sudah siap untuk menjadi penghancur gerakan al hasil akan game over ...!
Meninjau akan lokasi
bencana yang dianggap parah dan tidak memiliki akses jalan yang bagus membuat
tim kami harus elus dada, mengapa tidak! Karena kembali saya ulang argumen saya
diatas bahwa lambatnya respon pemerintah sehingga harapan masyarakat yang
begitu besar terhadap pemerintah sebagai orang tua dalam tatanan suatu negara
telah mengacuhkan ribuan warga Indonesia terutama warga Lombok NTB.
Saya ucapkan banyak
terimakasi kepada para donatur serta tim relawan yang rela meninggalkan
keluarganya demi rasa kemanusiaan yang tinggi terhadap korban gempa Lombok NTB,
dan kepada pemerintah semoga dapat diberikan hidayah bahwa sesunggunya dunia
mungkin saja sudah muak akan kemunafikan yang selalu saja diulang tiap
skenario.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat datang, terimakasih sudah berkunjung.
Mohon gunakan bahasa yang sopan dalam berkomentar.
Jika ingin minta data postingan ini, silahkan chat pada kolom yang disediakan.
Terimakasih