This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 16 Juni 2016

CONTOH PERENCANAAN BISNIS MK KEWIRAUSAHAAN




Image result for GAMBAR KEWIRAUSAHAAN
Berikut adalah contoh makalah yang berisikan tentang sistematika pendirian dan pengelolaan usaha Mie gober, yang merupakan milik bapak sumarno.

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Identitas Usaha
  2. Jenis Usaha
Wirausaha merupakan suatu proses atau cara untuk melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang diharapkan dengan cara memproduksi, menjual atau menyewakan suatu produk barang atau jasa. Yang harus dimiliki seorang pelaku usaha dalam menjalankan suatu usaha (wirausaha) antara lain seperti skill (kemampuan), tekad (kemauan), modal, target dan tujuan, dan tempat.
Bisnis kuliner (makanan) menjadi ladang bisnis yang menarik minat banyak orang. Hal ini disebabkan peluang bisnis pada sektor makanan lumayan menggiurkan. Selagi manusia membutuhkan masih membutuhkan makanan maka peluang bisnis di sektor makanansangat terbuka. Belum lagi aktivitas manusia yang tidak puas dengan memasak sendiri tetapi ingin membeli makanan yang sudah jadi. Namun sejalan dengan peluang bisnis makanan yang terbuka lebar tersebut, pelaku usaha di sektor makanan juga tidak kalah banyaknya. Sebagian menuai sukses sebagian lagi akhirnya gulung tikar karena dagangan tidak laku.
Dalam penulisan makalah ini, penulis memberikan sebuah contoh tentang seseorang yang bernama Bapak Sumarno yang berani terjun dalam dunia wirausaha (dalam hal ini dagang) yang bergerak dalam bisnis kuliner (makanan) yang menyajikan jenis makanan seperti beberapa jenis mie ayam,bakso, dan aneka jenis es.
  1. Alamat Usaha
Usaha Bapak Sumarno ini diberi nama “Mie Gober” yang beralamat di Jalan Sultan Mahmud Badaruddin II KM 12 No. 503 Kelurahan Sukodadi Kecamatan Sukarami Palembang.
  1. Bentuk Usaha
Bentuk usaha yang ditekuni oleh Bapak Sumarno ini tergolong dalam usaha kecil. Hal itu dikarenakan bisnis kuliner ini termasuk dalam kriteria usaha kecil, antara lain jenis barang (dalam hal ini makanan) umumnya sudah tetap (tidak berubah-ubah), lokasi / tempat usaha sudah menetap (tidak berpindah-pindah), dan jumlah karyawan yang tidak terlalu banyak (kurang dari tiga puluh orang).
Selain itu, usaha Bapak Sumarno ini sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, sudah memenuhi persyaratan legalitas seperti surat izin, surat izin tempat usaha (SITU), dan NPWP demi menjaga kelancaran usaha. Apabila dikemudian hari terjadi hal-hal yang menyangkut legalitas usaha, tidak membuat terganggunya operasional. Sedangkan sumber daya manusia (pengusaha) diperoleh berdasarkan pengalaman dalam berwirausaha, bukan sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih secara khusus.
  1. Sejarah Usaha
Proses bisnis yang baik adalah yang berangkat dari bawah lalu naik setahap demi setahap secara konsisten. Selain itu butuh  pengorbanan dan perjuangan yang besar untuk sukses. Jatuh dan bangun dalam usaha bisnis merupakan hal yang biasa terjadi. Namun sikap pantang menyerah menjadi kunci keberhasilan suatu usaha bisnis. Itulah kira-kira yang menjadi landasan Bapak Sumarno pemilik ” Mie Gober”.
Pria kelahiran Gunung Kidul, 3 Juni 1976 ini hijrah ke Sumatra tahun 1981 dalam rangka program transmigrasi lokal. Selepas SMA ia bekerja sebagai sales buku pelajaran hingga tahun 2001. Tak lama Bapak Sumarno alih profesi ikut membantu kakaknya membuat dan menjual mie ayam di Sungai Lilin, Palembang. Setiap hari ia menjajakan mie ayam dari desa ke desa hingga akhirnya Bapak Sumarno memutuskan untuk membuka usaha sendiri.
Sejak itulah ia melakukan berbagai terobosan, salah satunya ia terusik dengan urusan kuah mie ayam dan bakso yang harus sering diganti karena kotoran dari aci. Sementara kalau tidak sering diganti akan mengurangi citarasa mie dan kurang enak dilihat. Di sisi lain, terlalu sering mengganti kuah akan merepotkan, apalagi jika sedang banyak pembeli.
Setelah beberapa kali uji coba, ia pun menemukan cara yaitu mencuci mie sebelum direbus. Jika mie dicuci, maka tidak mengubah rasa mie dan air rebusan tidak cepat keruh, sehingga tidak harus sering diganti. Paling tidak bisa bertahan sampai pemakaian 150 porsi. Selain itu pembeli juga berkomentar bahwa rasa mie menjadi lebih enak. Walaupun agak sedikit merepotkan, namun yang terpenting pelanggan merasa puas.
BAB II
PERENCANAAN USAHA
Langkah pertama setelah memilki ide untuk memulai usaha, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah membuat perencanaan. Hal ini berguna sebagai persiapan awal yang memiliki dua fungsi, yaitu sebagai pedoman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha dan sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar. Pengertian dari perencanaan usaha adalah suatu misi, usulan, operasional, finansial, strategi, peluang usaha yang mungkin diraih dan kemampuan serta keterampilan pengelolaanya.
  1. Perencanaan Sumber Daya Kewirausahaan
Perencanaan adalah fungsi manajemen yang paling pokok dan sangat luas meliputi perkiraan dan perhitungan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang mengikuti suatu urutan tertentu. Tujuan perencanaan harus tegas, jelas dan mudah dimengerti, disesuaikan dengan kondisi yang ada namun harus tetap pada tujuan yang ditetapkan.
Sumber daya kewirausahaan adalah sumber daya yang mampu mengkombinasikan antarasumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya modal. Jumlah orang yang memiliki jiwa wirausaha, yang mampu menyatukan sumber daya yang ada dapat memengaruhi jumlah hasil produksi.
Menurut Bapak Sumarno, sebelum memulai suatu usaha, seseorang yang berniat untuk melakukan usaha harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dengan matang. Diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Selain itu juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan, apakah di bidang pertanian, industri, kuliner, jasa atau jenis usaha yang lain.
Seorang wirausahawan harus dapat mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek modal, produksi (menyangkut ketersediaan sumber daya alam), sumber daya manusia (tenaga kerja), kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi setiap bulannya.
  1. Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi (Production Planning) adalah salah satu dari berbagai macam bentuk perencanaan yaitu suatu kegiatan pendahuluan atas proses produksi yang akan dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, membutuhkan daging sebanyak 5 kg, tepung kanji sebanyak 3 kg, minyak goreng 3 liter, kecambah, arang, sawi, cabai, bawang, saus, kecap, dan beberapa bumbu lainya. Mie Gober ini mulai buka pukul 09.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Oleh karena itu, belanja bahan-bahan dan pembuatan mie ayam dan bakso dimulai pukul 05.00 WIB sampai 08.00 WIB. Setelah semua selesai dikerjakan, baru kemudian warung dibuka.
Menurut Bapak Sumarno, proses pembuatan bakso, mie dan bahan-bahan lainnya sangat diperhatikan seperti dalam proses penakaran rempah rempah  dan daging sapi, sampai bumbu rahasia yang sangat menentukan cita rasa makanan yang akan dihasilkan. Sehingga membutuhkan kecermatan dan kesabaran yang pada intinya, pembuatannya membutuhkan sentuhan cinta sang peraciknya.
Selain itu, bahan-bahan yang digunakan sangat banyak dijumpai di pasar tradisional maupun pasar modern, sehingga tidak khawatir akan kehabisan stok bahan baku di pasaran. Yang paling penting adalah bahan tersebut masih segar dan layak untuk diolah menjadi makanan yang akan dijual sehingga menghasilkan makanan yang berkualitas
Kebersihan tempat juga sangat diperhatikan. Sehingga konsumen pun senang, nyaman, dan tidak perlu khawatir dengan proses produksinya. Lokasi / tempat usaha yang strategis dan calon konsumen, sangat mempengaruhi maju atau tidaknya suatu usaha.
  1. Perencanaan Pasar
Pemasaran merupakan ujung tombak dari bisnis yang kita miliki. Sebagus apapun produk dari bisnis yang kita miliki, tanpa pemasaran yang baik menjadi tidak ada artinya. Pemasaran bisnis usaha kecil tidak semata-mata menjual hasil produksi, tetapi juga menciptakan image bahwa produk kita baik dan berkualitas.
Di dalam mencapai target pemasaran, menurut Bapak Sumarno ada beberapa hal yang harus dilakukan agar pemasaran dapat dilakukan dengan baik dan sesuai dengan target yang diharapkan bahkan lebih. Beberapa hal tersebut antara lain :
  1. a) Menentukan lokasi / tempat usaha yang tepat (strategis)
  2. b)Selalu menambah pengetahuan,sehingga mampu mempromosikan kepada konsumen tentang keunggulan bakso dan mie ayam kami dengan makanan lain yang sejenis.
  3. c) Memiliki menu andalan yang menarik pelanggan
  4. d)Menetapkan harga makanan yang kami jual, yang mampu bersaing dengan makanan lain yang sejenis
  5. e)Kualitas pelayanan, seperti masalah keramahan, kebersihan, waktu penyajian makanan serta kualitas rasa makanan
  6. f)Tidak bosan belajar dari siapa saja agar bisa maju
  7. g)Menjaga kejujuran, kualitas makanan dan pelayanan yang kami berikan
  8. h)Selalu mencatat dan memantau perkembangan penjualan yang terjadi dari hari ke  hari, minggu ke minggu. Sehingga bila ada hambatan dapat cepat ditanggulangi
  9. i)Selalu menjaga hubungan baik dengan para pelanggan
  10. j)Selalu mencari peluang baru, tidak hanya mengandalkan satu sumber pendapatan saja
  11. k)Jangan lupa untuk selalu beribadah dan berdoa serta beramal
  12. Perencanaan Keuangan
Kondisi berwirausaha membutuhkan perencanaan keuangan yang berbeda dengan seseorang yang berpendapatan tetap. Dalam situasi ini, seorang wirausahawan dituntut untuk lebih bijak dan disiplin mengelola keuangan. Dan yang terpenting, harus mampu memisahkan keuangan usaha dengan keuangan pribadi. Dalam memulai dan mengembangkan usaha ini, Bapak Sumarno mendapatkan modal usaha dengan mengajukan peminjaman uang kepada bank.
Bapak Sumarno juga memiliki catatan keuangan yang digunakan untuk mengetahui dengan pasti jumlah modal, biaya operasional yang dikeluarkan, dan keuntungan yang diperoleh setiap harinya. Selain itu juga, catatan keuangan tersebut berfungsi sebagai kontrol atau untuk mengetahui kepastian keuntungan yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari dan bagian mana saja yang harus disisihkan untuk ditabung dan digunakan untuk pengembangan usaha.
BAB III
PENGELOLAAN USAHA
  1. Gambaran Usaha
Bakso dan mie ayam merupakan salah satu alternatif makanan yang begitu digemari oleh masyarakat. Untuk dapat menikmati bakso atau mie ayam, tidaklah begitu sukar untuk ditemukan. Dari hasil penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (2007), sejumlah produk pangan seperti mie basah, tahu, bakso, dan ikan positif mengandung bahan pengawet formalin.
Mie Gober mencoba menyajikan suatu alternatif dari hasil olahan bakso dan mie ayam yang bergizi tinggi, tanpa penyedap dan pengawet. Melihat peluang pasar pada saat ini, usaha ini menarik untuk ditekuni. Selain itu, konsumen juga dapat secara bebas mengkonsumsi bakso dan mie ayam yang lezat dan juga sehat dalam jangka panjang.
Mie Gober telah berdiri selama enam tahun dan sekarang telah memiliki tujuh orang karyawan. Ketika memasuki warung ini terlihat sebuah warung yang bersih dan rapi. Hampir setiap lima belas menit pembeli datang silih berganti memesan mie ayam ataupun bakso. Wajar bila dalam sehari rata-rata terjual 150 mangkok, dan hari Sabtu Minggu bisa mencapai 200 mangkok. Tidak hanya itu, tidak sedikit pelanggan yang sengaja datang meski harus menempuh jarak sejauh 2-3 kilometer. Padahal banyak warung mie ayam dan bakso yang lebih dekat.
Enak, bersih, dan pelayanan memuaskan, mulai dari proses produksi hingga makanan siap saji. Itulah kiat Bapak Sumarno pemilik ”Mie Gober”. Para karyawan yang melayani pembeli juga memakai seragam yang unik untuk menunjukkan identitas dan ciri khas ”Mie Gober” agar tampak bersih dan rapi.
Berikut daftar menu sekaligus harga yang ditawakan oleh Mie Gober :
  • Makanan
Jenis makanan Harga
Bakso Super Soker Rp 12.000,-
Bakso Daging Rp 8.000,-
Bakso Telur Rp 8.000,-
Mie Ayam Pangsit Rp 7.000,-
Mie Ayam Pangsit + Bakso Rp 10.000,-
  • Minuman
Jenis Minuman Harga
Es Teler Rp 7.000,-
Es Campur Rp 5.000,-
Es Kacang Merah Rp 5.000,-
Es Jeruk Rp 3.000,-
Es Teh Manis Rp 3.000,-
Jus Pokat Rp 7.000,-
Jus Melon Rp 7.000,-
Jus Mangga Rp 7.000,-
Jus Jeruk Rp 7.000,-
Sop Buah Segar Rp 7.000,-
  1. Keunikan Usaha
              Mie Gober menghasilkan bakso, mie ayam dan aneka jenis es yang memiliki beberapa keunggulan, antara lain :
  • Harga yang kompetitif
  • Memiliki rasa yang lezat, bergizi tinggi, tanpa penyedap dan tanpa bahan pengawet
  • Tempat makan yang nyaman, bersih, pelayanan yang mengutamakan dan memuaskan pelanggan
  1. Strategi Usaha
Dalam dunia bisnis, kita tidak dapat memungkiri bahwa pasti akan ada persainganusaha. Baik usaha kecil maupun usaha besar yang sudah menghasilkan keuntungan yang berlimpah. Apalagi jika berbicara mengenai bisnis kuliner, sudah pasti persaingan yang ada semakin banyak dan ketat. Konsumen disuguhkan berbagai jenis makanan dengan bermacam-macam keunikan dan keistimewaannya. Maka dari itu, agar bisnis yang kita bangun atau usaha yang sudah berjalan tidak tenggelam di tengah persaingan, maka ada beberapa strategi bisnis kuliner dalam menghadapi persaingan.
Menurut Bapak Sumarno, strategi yang selama ini diterapkan dalam usaha Mie Gober ini antara lain :
  • Mempertahankan cita rasa dan meningkakan kualitas mie, bakso dan pelayanankepada pelanggan
  • Biaya gaji dioptimalkan sesuai hasil produksi
  • Pengembangan mesin pembuat mie maupun peralatan pendukung
  • Tetap melakukan promosi walaupun bisnis telah berjalan
  • Memanfaatkan kelemahan pesaing sebagai kelebihan bisnis kita
  • Belajar dari pengalaman dalam dunia bisnis kuliner
  • Menciptakan inovasi baru
BAB IV
PENGEMBANGAN USAHA
Pengembangan usaha yang dilakukan dalam usaha Mie Gober ini untuk sementara terfokus dalam proses produksi dan sumber daya manusia / tenaga kerja. Pengembangan usaha dalam proses produksi dilakukan dengan cara menambah sarana dan prasarana serta tenaga produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi, seperti penambahan aset berupa peralatan dapur misalnya mesin untuk membuat mie. Sehingga kapasitas dan kualitas produksi dapat ditingkatkan.
Langkah-langkah ini dilanjutkan dengan meningkatkan sumber daya manusia / tenaga kerja yang merupakan pengelola. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki harus sesuai dengan kebutuhan usaha, jangan terlalu banyak sehingga menjadi tidak efisien. Hal ini dijadikan strategi pengembangan produksi ke depannya bagi usaha Mie Gober ini untuk dapat membuka cabang yang baru di lokasi lain yang tak kalah strategis dengan pertimbangan dan perencanaan yang matang.
BAB V
ANALISIS
Bisnis kuliner (makanan) menjadi ladang bisnis yang lumayan menggiurkan. Selain menambah variasi makanan, keberadaan Mie Gober ini juga berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Dampak positif tersebut antara lain dengan adanya Mie Gober ini, membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar. Selain itu, juga dapat menumbuhkan semangat wirausaha kepada masyarakat sekitar setelah melihat perkembangan penjualan di warung Mie Gober ini.
Dengan melihat dari segi sumber daya kewirausahaan, produksi, minat pasar dan keuangan, apabila Mie Gober ini mampu mempertahankan cita rasa dan meningkakan kualitas mie, bakso dan pelayanan kepada pelanggan maka peluang untuk terus mengembangkan usaha  semakin terbuka lebar.
Pengembangan usaha dapat dilakukan dalam proses produksi dengan cara menambah sarana dan prasarana serta tenaga produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Atau dengan cara meningkatkan sumber daya manusia / tenaga kerja yang merupakan pengelola. Sehingga diharapkan dapat membuka cabang yang baru di lokasi lain yang tak kalah strategis.

Kamis, 24 Maret 2016

KOLIBASILOSIS

 
Etiologi
Kolibasilosis pada ayam adalah penyakit lokal atau sistemik yang sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh Escherichia coli, termasuk koliseptisemia, koligranuloma, air sac diseases, avian cellulites, swollen head syndrome, peritonitis, salfingitis, osteomyelitis/synovitis, panophtalmitis dan omphalitis atau infeksi kantong kuning telur (Barness dan Gross, 1997).
Escherichia coli diisolasi pertama kali pada tahun 1885 oleh Buchner dan secara lengkap diuraikan oleh Theobald Escherich pada tahun 1882 (Gyles, 1983). Meskipun kebanyakan diantaranya nonpatogen, beberapa diantaranya menyebabkan infeksi ekstra intestinal (Aiello, 1998). Escherichia coli merupakan penghuni normal saluran pencernaan unggas. Adanya Escherichia coli dalam air minum merupakan indikasi adanya pencemaran oleh feses. Dalam saluran pencernaan ayam normal terdapat 10-15% bakteri Escherichia coli patogen dari keseluruhan Escherichia coli (Barness dan Gross, 1997). Dalam individu yang sama, Escherichia coli dalam usus tidak selalu sama dengan yang diisolasi dari jaringan lain (Tabbu, 2000).
Bakteri Escherichia coli dapat ditemukan dalam liter, kotoran ayam, debu atau kotoran dalam kandang. Debu dalam kandang ayam dapat mengandung 105 sampai 106 Escherichia coli per gram (Tabbu, 2000). Menurut Barness dan Gross (1997), bakteri ini dapat bertahan lama dalam kandang, terutama dalam keadaan kering.
Escherichia coli adalah bakteri gram negatif, tidak tahan asam, tidak membentuk spora dan umumnya berukuran 2-3 x 0,6 μm (Barner dan Gros, 1997). Escherichia coli dan sebagian besar bakteri enterik lainnya membentuk koloni bulat dan cembung. Beberapa strain Escherichia coli menyebabkan hemolisis dalam agar darah (Jawetz et al., 2001). Menurut Raji (2003), kemampuan Escherichia coli dalam menghemolisis dapat menjadi salah satu metode penentuan patogenitas Escherichia coli.
Pada media Eosin Methylene Blue (EMB) koloni Escherichia coli tumbuh khas yaitu terlihat berwarna hijau metalik. Escherichia coli memproduksi asam dan gas dalam glukosa, maltosa, manitol, gliserol, xylose, rhamnose, sorbitol dan arabinosa, tetapi tidak dalam dekstrin dan inositol. Beberapa strain memfermentasikan laktosa dengan lambat atau tidak sama sekali, fermentasi adonitol, sukrosa, salisin, rafinosa dan dulsitol bervariasi. Escherichia coli positif pada tes methyl red dan negatif pada tes Voges-proskauer. Pada Kligler’s iron medium, Escherichia coli tidak memproduksi H2S (Barness dan Gross, 1997).
Janben et al. (2001), mengelompokkan Escherichia coli patogenik sesuai dengan gejala klinis yang ditimbulkan antara lain: Escherichia coli penyebab diare, Escherichia coli penyebab septisemia dan Avian Pathogenic Escherichia coli (APEC). Beberapa faktor virulensi yang terdapat pada Escherichia coli galur APEC diantaranya: FimC (fimbrae tipe1), iucD, protein tsh, hlyE dan stx2f. Galur APEC merupakan galur yang berhubungan dengan lesi-lesi karakteristik penyakit kolibasilosis pada ayam. Stehling et al. (2003), menambahkan bahwa sebagian besar galur APEC termasuk dalam serotipe O78 dan mempunyai kemampuan untuk mengekspresi beberapa faktor virulensi diantaranya adalah adhesin yang berperan dalam perlekatan pada saluran pernafasan ayam.
Distribusi dan penularan
Kebanyakan Escherichia coli hidup di lingkungan kandang unggas melalui kontaminasi feses. Permulaan kejadian patogen dari Escherichia coli mungkin terjadi di hatchery dari infeksi atau telur yang terkontaminasi, tetapi infeksi sistemik biasanya membutuhkan lingkungan predisposisi atau sebab-sebab infeksi (Aiello, 1998). Akoso (1998) menambahkan infeksi kolibasilosis terjadi melalui kontak langsung dengan lingkungan tempat tinggal ayam yang basah dan kotor, dan bukan dari ayam ke ayam. Mc Mullin (2004), menyebutkan bahwa infeksi kolibasilosis biasanya terjadi baik melalui peroral atau inhalasi, lewat membran sel/yolk/tali pusat, air, muntahan, dengan masa inkubasi 3-5 hari.
Mycoplasmosis, infectious bronchitis, newcastle disease, hemoragi enteritis, dan turkey bordetellosis seringkali menyertai kolibasilosis. Kualitas udara yang buruk dan stres yang berasal dari lingkungan juga kemungkinan untuk predisposisi infeksi Escherichia coli (Aiello, 1998). Tabbu (2000), berpendapat bahwa faktor pendukung timbulnya kolibasilosis meliputi sanitasi yang kurang optimal, sumber air minum yang tercemar bakteri, sistem perkandangan dan peralatan kandang yang kurang memadai dan adanya berbagai penyakit yang bersifat imunosupresi.
Faktor-faktor virulensi
Kemampuan Escherichia coli dalam menimbulkan tingkat keparahan yang tinggi tergantung dari faktor-faktor virulensi yang dimiliki Escherichia coli patogenik. Faktor virulensi inilah yang membedakan antara Escherichia coli patogenik dengan non patogenik. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui macam-macam faktor virulensi yang dimiliki oleh Escherichia coli patogenik. Beberapa faktor virulensi yang dimiliki Escherichia coli galur APEC telah teridentifikasi dan diduga berhubungan dengan banyak kasus kolibasilosis antara lain: sistem aerobaktin dalam uptake Fe, polisakarida K1, protein Tsh dan produk ”cytopathic effect”.
Pada saat jaringan berada dalam kondisi Fe yang rendah, siderophore diekskresikan ke jaringan dan mengikat Fe dari transferring (Dho-Moulin, 2000). Menurut Carter dan Wise (2004), siderophore (protein penghasil Fe) yang berhubungan dengan sistem uptake Fe pada Escherichia coli dibagi menjadi 3 tipe: enterobaktin yang mampu memindahkan Fe dari protein binding-Fe ke dalam sel bakteri, aerobaktin yang dapat dibedakan dari enterobaktin melalui kemampuannya menghindar dari ikatan serum albumin dan non-native siderophore yang terdapat pada fungi yaitu siderophore ferrichrome dan coprogen rhodororulic acid. Escherichia coli juga dapat menggunakan sitrat untuk menghasilkan Fe.
Polisakarida K-1 merupakan kapsul polisakarida yang tidak bersifat imunogenik, mencegah opsonisasi dan fagositosis. Protein Tsh sebagian besar berhubungan dengan Escherichia coli galur APEC, tetapi tidak berhubungan dengan Escherichia coli yang diisolasi dari feses ayam sehat. Diantara isolat Escherichia coli dengan protein Tsh positif memperlihatkan kejadian sakit oleh galur patogenik lebih besar daripada isolat Escherichia coli non patogenik (Dho-Moulin, 2000).
Barness dan Gross (1997) melengkapi faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan virulensi Escherichia coli yang berhasil diidentifikasi dari ayam yang sakit antara lain: serotipe O tertentu (O1, O2, O35 dan O78), fermentasi adonitol, resistensi antibiotik, kemampuan mengikat warna congo red, plasmid berukuran besar (large plasmid), colicin V, motilitas, endotoksin, resistensi komplemen, kemampuan menginvasi sel dan jaringan dan kemampuan untuk berada dalam sirkulasi atau jaringan. Tidak satupun faktor virulensi yang sama muncul dalam semua galur patogenik, yang dapat membedakan antara galur patogenik dan non patogenik.
Manifestasi klinis
Gejala klinis biasanya non spesifik dan bervariasi menurut umur, organ yang terkena, dan penyakit lain yang menyertai (Aiello, 1998). Infeksi oleh Escherichia coli dapat berbentuk kematian embrio pada telur tetas, infeksi yolk sac, omphalitis, koliseptisemia, air sakulitis (radang kantong udara), enteritis, infeksi alat reproduksi (ooforitis, salfingitis), koligranuloma (Hjjarre’s disease), arthritis, panopthalmitis (radang mata) dan bursitis sternalis (radang bursa sternalis) (Tabbu, 2000).
Menurut Barness dan Gross (1997), penyebab kematian embrio dan anak ayam adalah kontaminasi feses pada telur yang diperkirakan menjadi sumber infeksi yang utama. Telur tetas yang berasal dari lingkungan yang kotor/berdebu dengan kualitas kerabang yang tipis akan mudah kemasukan Escherichia coli dan dapat mencapai yolk sac. Rute lain dapat melalui infeksi ovarium dan salfingitis sedikitnya 10 serotipe O1a : K1 : H7 menyebabkan 100% kematian pada DOC ketika diinfeksi melalui yolk sac. Ayam dengan infeksi yolk sac juga sering mengalami radang pada pusar (omfalitis). Anak ayam yang mampu bertahan hidup lebih dari 4 hari terdapat lesi perikarditis yang menandakan penyebaran sistemik Escherichia coli dari yolk sac (Barness dan Gross, 1997).
Infeksi saluran pernafasan pada umumnya merupakan infeksi sekunder pada berbagai penyakit pernafasan, terutama chronic respiratory disease (CRD), infectious coryza (snot), newcastle disease dan infectious bronchitis (IB). Mukosa saluran pernapasan yang rusak akan sangat peka terhadap invasi Escherichia coli melalui rute pernapasan (Tabbu, 2000). Pada gejala klinis berupa infeksi saluran pernafasan lesi yang timbul berupa air sakulitis yang menyebar ke jaringan-jaringan lain, pneumonia, pleuropneumonia, perikarditis dan perihepatitis. Lesi dapat diperoleh dengan menginokulasikan Escherichia coli patogen ke kantung udara. Air sakulitis akan muncul dalam waktu 1,5 hari. Bakterimia dan perikarditis akan muncul dalam waktu 6 hari (Barness dan Gross, 1997).
Koliseptisemia banyak ditemukan pada ayam muda, terutama umur 4-12 minggu dan banyak dilaporkan pada ayam pedaging. Koliseptisemia terjadi jika Escherichia coli masuk ke dalam sirkulasi darah dan menginfeksi berbagai jaringan melalui lesi pada usus atau saluran pernafasan yang ditimbulkan oleh berbagai sebab. Gejala klinik yang timbul dapat berbentuk gangguan pencernaan dan kadang-kadang gangguan pernafasan. Gejala awal biasanya ditandai oleh penurunan nafsu makan, lalu diikuti oleh kelesuan dan bulu berdiri. Ayam yang sakit akan menunjukkan peningkatan frekuensi nafas dan kadang-kadang bernafas dengan mulut disertai ngorok (Tabbu, 2000).
Menurut Jordan (1990), lesi posmortem berupa air sakulitis, peritonitis, perihepatitis dan perikarditis. Masa fibrinous menutupi perikardium dengan penebalan perikardium, berwarna putih dan menyebar pada permukaan hepar, merupakan lesi karakteristik. Serotipe yang paling banyak ditemukan sehubungan dengan koliseptisemia adalah O1, O2, O8 dan O78. Lesi lain yaitu ooforitis dan salfingitis, banyak ditemukan pada ayam petelur menjelang periode bertelur atau selama masa produksi. Ooforitis dan salfingitis sering menyebabkan statis ovarium, sumbatan atau ruptur pada oviduk, yang selanjutnya dapat mengakibatkan ”egg peritonitis” (Tabbu, 2000) dan lesi posmortem menurut Jordan (1990), berupa hancuran yolk, material kaseus pada kavum abdominal, radang, dan distorsi ovarium dan salfingitis.
Bentuk koligranuloma (Hjarre’s Disease) jarang ditemukan pada ayam. Koligranuloma tersifat oleh adanya granuloma yang keras dan berwarna kekuningan pada hati, duodenum, sekum dan mesenterium.
Bentuk arthritis (radang sendi) biasanya merupakan lanjutan dari koliseptisemia dan dapat bersifat akut maupun kronis. Persendian yang terkena akan membengkak dan jika dibuka dapat ditemukan adanya cairan bening ataupun masa mengkeju di dalam persendian tersebut (Tabbu, 2000).
Bentuk panopthalmitis mungkin berhubungan dengan koliseptisemia, menciri dengan adanya hypopion (pernanahan pada mata), yang biasanya menyerang salah satu mata dan mengakibatkan kebutaan. Kebanyakan ayam mati setelah mengalami gejala tersebut, namun beberapa diantaranya sembuh tetapi mengalami kebutaan secara permanen (Barness dan Gross, 1997).
Kasus selulitis merupakan penyebab utama peningkatan angka afkir daging ayam (Peighambari et al., 1995). Selulitis adalah radang pada jaringan sub kutan, biasanya ditemukan di daerah paha dan abdomen bagian bawah. Proses peradangan kronis pada kulit mempengaruhi bagian abdomen dari ayam pedaging. Lesi karakteristik berupa masa kaseus, eksudat heterofilik pada jaringan sub kutan. Lesi berlokasi pada kulit di daerah selangkangan. Serotipe yang dilaporkan antara lain O2, O78 atau tidak bertipe dan memproduksi aerobactin dan colicin (Barness dan Gross 1997).
Diagnosis
Pertimbangan diagnosis dengan memperhatikan predisposisi infeksi dan faktor lingkungan. Patogenitas dari isolat diperlihatkan saat inokulasi parenteral dari ayam muda atau dewasa dengan timbulnya fatal septisemia atau lesi tipikal dalam 3 hari (Aiello, 1998). Kolibasilosis memiliki angka morbiditas yang bervariasi dan mortalitas 5-20% (Mc Mullin, 2004).
Isolasi dari kultur Escherichia coli yang diambil dari darah di jantung, hati, atau lesi khas visceral pada karkas segar yang diindikasi primer atau sekunder kolibasilosis (Aiello, 1998). Mc Mullin (2004), menambahkan dari kultur aerob akan didapat koloni 2-5 mm pada plat agar darah (PAD) dan McConkey agar setelah 18 jam, pada kebanyakan strain Escherichia coli akan memfermentasi laktosa dan menghasilkan koloni merah terang pada McConkey agar.
Pengobatan
Terapi antimikrobial merupakan hal yang penting untuk menurunkan angka kejadian maupun mortalitas akibat kolibasilosis (Freed et al., 1993; Goren, 1990; Watts et al., 1993). Mc Mullin (2004), merekomendasikan penggunaan amoksisilin, tetrasiklin, neomisin (aktifitas lokal di usus), gentamisin atau ceftiour (pada hatchery), sulfonamid, fluorokuinolon untuk terapi kolibasilosis.
Keyes et al. (2000), menemukan Escherichia coli yang diisolasi dari ayam di peternakan Amerika Serikat resisten pada florfenicol dan antibiotik turunan chloramphenicol. Salehi dan Bonab (2006), menemukan bahwa antibiotik yang sering digunakan untuk mengatasi kolibasilosis memiliki resistensi yang tinggi. Pengujian pada berbagai strain Escherichia coli yang diisolasi dari ayam yang terkena koliseptisemia menunjukkan persentase resistensi yang tinggi terhadap berbagai antibiotik, diantaranya adalah: Nalidixic acid (100%), Lincomycin (100%), Erythromycin (97%), Oxytetracycline (95%), Chlortetracycline (95%), Tetrasiklin (94%), Flumequine (94%), Tiamulin (91%), Doxycycline (88%), Difloxacin (83%), Neomisin (81%), Streptomycin (81%), Trimethoprim-Sulphamethoxazole (80%), Kanamycin (77%), Enrofloxacin (76%), Norfloxacin (68%), Ciprofloxacin (67%), Chloramphenicol (67%), Furazolidone (66%), Nitrofurantoin (56%), Amoksisilin (53%) dan Ampisilin (47%). Resistensi Escherichia coli terhadap Gentamisin belum ditemukan dan resistensi terhadap Amikacin, Cefazolin, Kolistin, Tobramycin, Ceftizoxime, Cefixime, Lincospectin, Ceftazidime dan juga Florfenicol ditemukan pada prosentase yang rendah.
Pencegahan dan pengendalian
Infeksi Escherichia coli pada saluran pernapasan dapat diturunkan dengan memperbaiki ventilasi. Metode untuk mencegah infeksi pada saluran pencernaan belum diketahui dengan jelas, meskipun sudah mempertimbangkan bahwa ransum yang berbentuk pelet memiliki kontaminasi Escherichia coli lebih sedikit dari pada bentuk kotoran serbuk, kotoran tikus merupakan sumber patogenik Escherichia coli dan air yang sudah terkontaminasi. Pemberian klorin pada air minum tertutup (nipple) akan menurunkan terjadinya kolibasilosis dan pengafkiran karena air sakulitis.
Sumber penyebaran Escherichia coli patogen yang paling penting diantara ternak adalah kontaminasi fekal pada telur yang sedang menetas. Pengumpulan telur yang lebih sering, menjaga kebersihan kandang, membuang telur yang pecah atau yang jelas-jelas telah terkontaminasi oleh kotoran serta disinfeksi telur 2 jam setelah di sirami dapat membantu menurunkan penyebaran bakteri Escherichia coli. Makanan juga mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi Escherichia coli. Ayam yang diberi diet protein tinggi serta pemberian yang diselingi satu hari lebih tahan terhadap infeksi Escherichia coli (Saif, 2003).
Amoksisilin
Penisilin ditemukan sebagai antibiotika pada tahun 1929 oleh Alexander Fleming dan berasal dari jamur Penisilin notatum (Brander et al. 1991), kemudian digunakan P. chrysogenum yang menghasilkan penisilin lebih banyak (Ganiswara, 1994). Semua penisilin adalah derivat dari 6-aminopenicillanic acid dan terdapat di dalamnya cincin betalactam sebagai pembawa sifat aktifitas antimikrobial (Gambar 1) (Trevor et al., 2003). Rantai samping penisilin merupakan gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal. Dengan mengikat berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut akan diperoleh berbagai penisilin (Ganiswara, 1994).
Gambar 1. Rumus dasar struktur penisilin
Keterangan: A= cincin thiazolidin; B= cincin β-laktam; R= rantai substitusi
(Brooks et al., 2005)
Amoksisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin dan mempunyai spektrum luas, tetapi aktivitas terhadap kokus gram positif kurang dari penisilin G. Semua penisilin golongan ini dirusak oleh betalactamase baik yang diproduksi kuman gram positif maupun gram negatif (Ganiswara, 1994; Carter dan Wise, 2004). Nama kimianya adalah (2S,5R,6R)-6-[(R)-(-)-2-amino-2-(p-hydroxyphenyl)acetamido]-3,3-dimethyl-7-oxo-4-thia-1-azabicyclo [3.2.0] heptane-2-carboxylic acid trihydrate. Amoksisilin memiliki formula molekul C16H19N3O5S•3H2O, dan berat molekul 419.45 (Anonim, 2006).
Amoksisilin dan aminopenisilin lain memiliki efek bakterisidal baik pada bakteri gram positif ataupun gram negatif. Meningococci dan L. monocytogenes sensitif terhadap obat ini. Pada kebanyakan isolat Pneumococcal memiliki variasi level resistensi terhadap amoksisilin. Galur yang resisten terhadap penisilin menjadi pertimbangan resistensi terhadap amoksisilin. H. influenzae dan grup Streptococcus menunjukkan variabel derajad resistensi. Enterococci memiliki sensitifitas terhadap amoksisilin hampir dua kali, berdasarkan pada berat, sebagaimana penisilin G. Meskipun kebanyakan galur N. gonorrhoeae, Escherichia coli, P. mirabilis, Salmonella dan Shigella sangat rentan terhadap amoksisilin saat pertama kali digunakan pada tahun 1960an, pada saat ini terjadi peningkatan persentase resistensi dari spesies tadi. Sekitar 30%-50% Escherichia coli, P. Mirabilis dengan jumlah signifikan, dan pada kenyataannya semua spesies enterobakter saat ini menjadi kurang sensitif terhadap amoksisilin. Galur Salmonella yang resisten (dimediasi plasmid) telah ditemukan dengan frekuensi yang terus bertambah di berbagai wilayah di dunia (Gilman et al., 2000). Perbedaan amoksisilin dari ampisilin, ialah bahan ini kurang efektif terhadap Shigellosis (Ganiswara, 2004), kebanyakan galur Shigella saat ini resisten (Gilman et al., 2000). Umumnya Pseudomonas, Klebsiella, Serratia, Acinobacter dan Proteus indol positif resisten terhadap ampisilin dan aminopenisilin lainnya (Ganiswara, 1994), antibiotik ini kurang aktif melawan B. fragilis dibanding penisilin G (Gilman et al., 2000).
Amoksisilin lebih cepat dan sempurna terserap dari saluran gastrointestinal daripada ampisilin, dimana hal ini merupakan perbedaan besar diantara keduanya. Spektrum antimikrobial dari amoksisilin pada dasarnya identik dengan ampisilin (Gilman et al., 2000). Dosis yang direkomendasikan untuk unggas adalah 15-22 mg/kg melalui per oral (Plumb, 2002).
Jumlah amoksisilin dan senyawa sejenisnya yang diabsorpsi pada pemberian oral dipengaruhi oleh besarnya dosis serta ada tidaknya makanan di dalam saluran cerna. Pada dosis lebih kecil persentase yang diabsorpsi relatif lebih besar (Ganiswara, 2004). Amoksisilin segera didifusikan dalam jaringan dan cairan tubuh, dengan pengecualian otak dan cairan spinal, kecuali saat keradangan meninges (Anonim, 2006). Plump (2002), menambahkan bahwasanya amoksisilin didistribusikan ke seluruh jaringan termasuk hati, paru-paru, otot, empedu, cairan fleral dan sinovial.
Konsentrasi puncak dari amoksisilin di dalam plasma adalah 1,5-2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ampisilin setelah penggunaan peroral dengan dosis yang sama, terdistribusi sampai ke plasma dalam 2 jam dengan kadar rata-rata 4 µg/ml saat digunakan per oral 250 mg. Makanan tidak mempengaruhi adsorpsi amoksisilin. Kemungkinan karena adsorpsi lebih komplit, kejadian diare karena amoksisilin lebih rendah dibanding penggunaan ampisilin (Gilman et al., 2000).
Amoksisilin biasa diberikan secara oral dengan dosis 0,5 g, biovailabilitas oral 65-78% dosis, kadar puncak plasma 6,75 mcg/ml, ikatan protein plasma 20% dan waktu paruh 60-90 menit (Ganiswara, 1994).
Ekskresi amoksisilin umumnya terjadi melalui proses sekresi di tubuli ginjal. Kegagalan fungsi ginjal sangat mempengaruhi ekskresi amoksisilin, yang antara lain tergambar pada perpanjangan masa paruh eliminasi amoksisilin dalam darah; contohnya masa paruh amoksisilin yang pada ginjal sehat sekitar 60 menit, memanjang menjadi 15 jam. Kumulasi amoksisilin umumnya tidak terjadi karena peningkatan biotransformasi di hepar (Ganiswara, 1994). Kira-kira 60% dari dosis peroral amoksisilin di ekskresikan dalam urine dalam 6-8 jam (Anonim, 2006). Chloramphenicol, macrolides, sulfonamides, and tetracyclines kemungkinan mengganggu efek bakterisidal dari amoksisilin. Hal ini telah diuji secara in vitro, namun kejadian klinis atas interaksi ini belum pernah dilaporkan (Anonim, 2006).
Kolistin
Polimiksin adalah antibiotik yang merusak fungsi membran sel bakteri (Carter dan Wise, 2004). Golongan polimiksin yaitu polimiksin B dan kolistin, saat ini hanya digunakan per oral atau topikal, jarang secara parenteral karena sangat nefrotoksit (Ganiswara, 1994). Golongan ini merupakan golongan kation basa (Brooks et al., 2005).
Kolistin (polimiksin E) diproduksi oleh Bacillus (Aerobacillus) colistinus, sebuah mikroorganisme yang diisolasi diperoleh dari sampel tanah dari Fukushima Prefecture, Jepang. Obat ini, merupakan kation detergen, relatif simpel, basik peptida dengan berat molekul 1000 dalton. Polimiksin memiliki struktur kimia seperti pada Gambar 2.
L-DAB-D-Phe-L-Leu
R-L-DAB-L-Thr-L-DAB-L-DAB L-Thr-L-DAB-L-DAB
Gambar 2. Struktur kimia Polimiksin
Keterangan: Polimiksin B1: R = (+)-6-methyloctanoyl, Polimiksin B2: R = 6-methylheptanoyl, DAB = α,γ-diaminobutyric acid
(Gilman et al., 2000)
Kolistin dalam penggunaan klinik dengan nama kolistin sulfat sebagai preparat peroral, dan colistimethate sodium sebagai preparat parenteral. Polimiksin B dan kolistin memiliki aktifitas antimikrobial yang hampir sama dan terbatas pada bakteri gram negatif, termasuk di dalamnya Enterobacter, Escherichia coli, Klebsiella, Salmonella, Pasteurella, Bordetella, dan Shigella, dimana biasanya bakteri-bakteri tersebut sensitif pada konsentrasi 0,05-2,0 μg/ml. Kebanyakan galur dari P. Aeruginosa dihambat dengan konsentrasi dibawah 8 μg/ml pada kondisi invitro (Gilman et al., 2000).
Kolistin adalah zat aktif permukaan, agen amphipathic (terkandung di dalamnya lipophilic dan lipophobic grup dalam molekulnya). Kolistin berinteraksi kuat dengan phospholipid dan penetrasi ke dalam dan merusak struktur membran sel. Permeabilitas membran sel dari bakteri berubah dengan cepat saat berinteraksi dengan kolistin (Gilman et al., 2000). Brooks et al. (1996), menambahkan bahwa kolistin mengikatkan diri pada selaput sel yang kaya akan fosfatidiletanolamin dan merusak fungsi transpor aktif selaput dan fungsi rintangan permeabilitas selaput.
Kolistin menghancurkan membran spesies bakteri gram negatif pada khususnya, mengakibatkan kehilangan kontrol osmotik, dimana menjadi penyebab kebocoran ion potasium dan komponen vital bakteri lainnya dan diakhiri kematian (Carter dan Wise, 2004). Kolistin mengikat bagian lipid A dari endotoksin (lipopolysaccharide dari membran terluar bakteri gram negatif) dan menonaktifkan molekul ini. Kolistin melemah akibat pathophysiologic dari pelepasan endotoksin pada beberapa percobaan (Gilman et al., 2000).
Kolistin praktis tidak diserap melalui mukosa atau kulit dengan luka bakar. Pada pemberian parenteral, obat ini dapat menembus membran saraf, tetapi tidak dapat mencapai cairan serebro spinal (CSS), cairan sendi dan jaringan-jaringan intra-okuler kecuali bila disuntikkan lokal (Ganiswara, 1994). Gilman et al. (2000), bependapat kolistin juga sedikit diabsorpsi dari membran mukosa dan permukaan dari luka bakar yang luas.
Kolistin kurang diabsorpsi dalam saluran usus dan menimbulkan nefrotoksik dan neurotoksik. Obat ini digunakan pada infusi intrauterin pada sapi dan untuk mengobati mastitis pada sapi dan infeksi serius lainnya yang disebabkan P. aeruginosa dan bakteri enteritis yang resisten terhadap obat lain. Dewasa ini, kolistin seringkali digunakan bersama antibiotik lain dalam preparat topikal (Gilman et al., 2000).
Kolistin adalah molekul yang lebar dimana sedikit berdifusi dalam media agar, karena itu menghasilkan zona hambatan kecil dalam tes sensitifitas dis. Pada Test tube dilusi kolistin menunjukkan sensitifitas tertinggi (Carter dan Wise, 2004). Kolistin diekskresikan melalui urin dan pada gagal ginjal, kumulasi terjadi dengan cepat (Ganiswara, 1994).
Karena toksisitasnya, penggunaan klinis kolistin dibatasi pada penggunaan topikal untuk infeksi bakteri gram negatif yang resisten, termasuk di dalamnya yang disebabkan oleh enterobacter dan Pseudomonas. Obat ini kadang-kadang digunakan untuk infeksi kapitas, contohnya kapitas sendi, pleural dan peritoneal (Trevor et al., 2003). Kadang-kadang kolistin diberikan per oral untuk menekan flora usus bakteri gram-negatif (Brooks et al., 1996).
Kolistin sulfat apabila diabsorpsi ke dalam sistem sirkulasi, mempunyai efek samping yaitu toksisitas neurologi (paresthesias, dizziness, ataksia) dan nekrosis tubulus renalis akut (hematuria, proteinuria, nitrogen retention) (Trevor et al., 2003).

Kamis, 18 Februari 2016

asuransi gudang uang

 

Perusahaan asuransi TKI juga menjadi salah satu entitas bisnis penikmat. Untung berlipat dari para TKI. Di NTB saja, dalam setahun, Rp 3 miliar uang TKI mengalir pada perusahaan asuransi. Sementara klaim pertanggungan yang dibayarkan tentu tak sebesar itu.

TIGA konsorsium asuransi ada saat ini yakni Konsorsium Jasindo dengan koordinator PT Jasindo, Konsorsium Astindo dengan koordinator PT Asuransi Adira Dinamika, dan Konsorsium Mitra TKI dengan koordinator PT Asuransi Sinar Mas.

Keputusan menteri untuk tiga konsorsium asuransi TKI mulai berlaku semenjak 30 Juli 2013. Tiga konsorsium inilah yang bergerak dan melayani asuransi TKI NTB.

Ambil contoh Konsorsium Jasindo yang melayani 12 ribu pemegang polis asuransi selama setahun. Jasindo mengumpulkan premi antara Rp 300 juta hingga Rp400 juta sebulan.

Setiap pemegang polis asuransi TKI membayar asuransi dengan rincian Rp 50 ribu untuk pra penempatan. “Selanjutnya pembayaran premi sebesar Rp 350 ribu masa penempatan dan harga yang sama pada purna kerja,” ujar Staf Klaim PT Jasindo Riki Irawa.

Jika dalam setahun Jasindo menerima 12 ribu pemegang polis, maka dana yang masuk untuk asuransi TKI ini sedikitnya Rp 3 miliar setahun. Adapun klaim yang dibayarkan pun sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tapi jumlahnya tak sebesar itu.

Jasindo sendiri membayarkan klaim asuransi kepada TKI bermasalah seperti ditolak oleh Imigrasi di negara penempatan. Termasuk kecelakaan kerja, dan kematian.
Ahli waris TKI meninggal pemegang polis akan memperoleh Rp 80 juta dengan Rp 5 juta di dalamnya untuk biaya pemakaman. “Tapi tentu untuk pembayaran klaim ini harus memenuhi syarat sesuai peraturan yang ditetapkan. Dokumennya harus lengkap,” papar Riki.
Pekerjaan perusahaan asuransi TKI ini pun mudah. Mereka tak harus capek ke lapangan. Dikatakan, perusahaan asuransi ini tidak terlibat dalam mencari TKI. Hanya saja, konsorsium menerima TKI dari PPTKIS.
Jasindo sendiri membayar klaim TKI hingga Rp 1 miliar dalam setahun. Yang berarti di atas kertas mereka bisa untung hingga Rp 2 miliar setahun.

Meski jumlah pemegang polis asuransi itu mencapai 12 ribu pertahun, Riki menjelaskan tentu tidak seluruhnya yang dibayarkan klaimnya.

Sementara itu, Manager Tekhik Jasindo Chandra mengatakan proses permohonan asuransi bisa dilakukan di kantor LTSP. Menurut dia, pembayaran klaim asuransi TKI tersebut juga sesuai dengan batas limitnya. Juga berdasarkan invoice dari rumah sakit. “Itu berlaku bagi kecelakaan kerja. Sudah ada batas limitnya,” tandas dia.
Tapi, menurut Chandra hitung-hitungan keuntungan pun tidak bisa dipukul rata sedemikian rupa. Pasalnya, terdapat pengeluaran lainnya yang harus ditutupi seperti gaji karyawan, serta berbagai hal terkait perusahaan. Bahkan 20 sampai dengan 30 persen dari keuntungan tersebut dialokasikan untuk kebutuhan perusahaan.
Kepala Cabang PT Astindo H M Muazzim Akbar mengatakan tetap konsisten untuk membayar klaim asuransi untuk para TKI. Bahkan dalam setahun PT Astindo mengeluarkan Rp 1 miliar untuk mebayar klaim asuransi TKI.

Klaim asuransi juga tetap akan dibayarkan meskipun TKI pindah majikan. Kecuali TKI yang memang nyata-nyata habis masa kontrak sehingga tergolong TKI gelap. “Sudah lebih kurang 10 Tahun Astindo melayani asuransi TKI NTB. Kami komitmen untuk membayarkan klaim asuransi para TKI NTB,” papar dia.

Besarnya perputaran uang dalam bisnis asuransi ini menjadikan munculnya berbagai tudingan. Antara lain soal penyelenggaraan asuransi Tenaga Kerja Indonesia yang disinyalir belum dikelola baik dan transparan. Akibatnya, asuransi belum memberi perlindungan secara adil kepada TKI.
“Kita minta dana asuransi TKI itu diaudit khusus,” kata anggota Fraksi PDIP DPRD NTB Ruslan Turmuji.
Audit tersebut, lanjutnya, sebagai bentuk pengawasan oleh pemerintah. Pasalnya, Ruslan mengungkap bahwa selama ini banyak sekali keluhan dari para TKI karena mereka kesulitan untuk melakukan klaim asuransi.

“Banyak klaim asuransi tapi hanya sebagian yang dibayarkan,” kritiknya.
Menurutnya, sejauh ini, perusahaan asuransi TKI terkesan hanya berorientasi pada uang premi sehingga sering mengabaikan hak TKI untuk mendapatkan klaimnya. Padahal, perusahaan asuransi TKI jelas banyak diuntungkan oleh banyaknya TKI yang akan bekerja ke luar negeri dengan membayar uang premi asuransi secara benar dan tertib.

“Pengelolaannya harus diawasi dengan baik. Itu kan uang rakyat dan jumlahnya tidak sedikit,” tegas Ruslan.
Masalah ini juga dibenarkan oleh Wakil Ketua Komisi V DPRD NTB HMNS Kasdiono. Soal asuransi, lanjutnya, sudah diatur dalam peraturan menteri. Selama ini, dana asuransi TKI di daeah dikelola oleh perusahaan asuransi di pusat.

Untuk menyelesaikan masalah ini, maka pihaknya juga mendorong agar Gubernur NTB M Zainul Majdi bisa bersuara ke pusat, mendorong agar pengelolaan asuransi TKI bisa dialihkan ke daerah.
“Kalau dibayarkan dan dikelola oleh daerah, otomatis TKI kita juga akan lebih mudah dalam mengurus klaim asuransi,” imbuh Kasdiono.
Apalagi, jumlah dana asuransi TKI asal NTB juga tak sedikit. Ia membeberkan, ada sekitar 50 ribu penempatan TKI di NTB setiap tahun. Dengan premi Rp 400 ribu, maka itu berarti ada potensi asuransi TKI NTB bisa Rp 20 miliar setahun.

Namun, ia mengungkap, bahwa dari total dana asuransi yang bernilai fantastis tersebut, hanya sekitar dua persen saja yang klaimnya ditindaklanjuti perusahaan asuransi terkait.
Terpisah, Gubernur NTB TGB HM Zainul Majdi satu suara dengan kalangan legislatif. Orang nomor satu di NTB ini berniat mengusulkan ke pemerintah pusat agar ke depannya, asuransi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal NTB bisa dikelola sendiri oleh daerah.

“Saya setuju dengan itu. Kita memang menginginkan asuransi TKI itu bisa dikelola oleh daerah,” kata Gubernur.

Apalagi, lanjut dia, NTB merupakan salah satu daerah penyalur TKI terbesar. Sehingga, dana asuransi TKI asal NTB juga tak sedikit. “Dananya kan ini besar. Jadi memang sangat disayangkan kalau semuanya harus dikelola pusat. Sebaiknya, oleh daerah,” kata dia.
Sehingga, dana asuransi yang bersumber dari para pahlawan devisa itu pun bisa dimaksimalkan untuk mengembangkan potensi di daerah. Termasuk meningkatkan pelayanan bagi para TKI itu sendiri.
“Kalau dibayarkan dan dikelola oleh daerah, otomatis TKI kita juga akan lebih mudah dalam mengurus klaim asuransi,” imbuhnya. (tan/uki/r10)

Popular Posts

Definition List

Unordered List

Support