SUARA ANAK NEGRI

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 08 Desember 2018

Penghijauan, Suhaili Jadi Pujaan



Majrun, Ketua DPC Nasdem Lombok Tengah yang juga  anggota DPRD Lombok Tengah, saat menanam pohon di Desa Kabul Kecamatan Praya Barat Loteng.
Partai Nasdem yang saat ini mengusung pasangan Suhaili-Amin dalam Pilgub NTB ternyata tidak hanya peduli masalah politik saja.
Partai yang digawangi H.Moh.Amin di NTB ini membuktikan diri peduli juga terhadap alam sekitar, terutama masalah hutan.
Salah satu organisasi sayap Partai Nasdem, Garda Nasdem melakukan penanaman 1.000 pohon di hutan bagian Selatan, tepatnya di Desa Kabul Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah pada Sabtu (06/01).
Ketua DPC Nasdem Lombok Tengah yang juga  anggota DPRD Lombok Tengah, Majrun mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu bukti jika Nasdem merupakan partai yang tidak hanya mementingkan diri sendiri dan mencari kekuasaan semata.
“Kita peduli hutan juga karena kami yakin jika hutan sudah baik, maka alam dan kehidupan masyarakat akan kembali baik,” kata Majrun.
Dia juga mengapresiasi salah satu organisasi kemasyarakatan bernama Asosiasi Mareje Bongak (AMB) yang bekerjasama dengan Garda Nasdem dalam melaksanakan kegiatan ini.
Dikatakannya, memahami betul bagaimana organisasi itu dibentuk sejak awal. Majrun mengatakan, terbentuknya organisasi yang bergerak di bidang kepedulian manusia dan alam itu tidak akan bisa terbentuk jika tanpa campur tangan Bupati Loteng, H. Moh Suhaili FT, SH.
“Saya yang tahu persis bagaimana AMB ini terbentuk karena saya terlibat di dalamnya. Dan saya katakan, tanpa campur tangan Bupati Lombok Tengah organisasi ini tidak terbentuk yang artinya hutan terancam jika tanpa campur tangan beliau,” kata Majrun.
Dibeberkan Majrun, Suhaili sebagai Bupati sudah terbukti keberhasilannya. Yang menjadi titik perhatian saat ini, Suhaili tidak hanya membangun dalam satu sisi saja, melainkan membangun dengan memperhatikan semua sisi dalam segala aspek kehidupan.
Misalnya, lanjut Majrun, pembangunan di Lombok Tengah saat ini tidak bisa dipungkiri lagi. Dari segi pariwisata di NTB, Lombok Tengah menjadi nomor wahid, terlebih setelah adanya pembangunan Politeknik Pariwisata yang dibangun karena polesan kepemimpinan Suhaili.
Begitu juga dengan insfrastruktur jalan yang keberhasilannya sudah tampak mulai dari perkotaan hingga pedesaan.
Belum lagi pembangunan KEK Mandalika Resort yang pastinya tidak lepas dari campur tangan dan buah kepemimpinan Suhaili-Pathul dalam prosesnya.
Namun di satu sisi, pemimpin ini, lanjut dia, tidak melupakan pembangunan manusia dan alam. Sehingga dalam pengetahuannya, Suhaili tidak pernah menolak segala bentuk usulan pembangunan manusia dan alam. Termasuk pembuatan organisasi.
“Saya juga terkadang heran, bagaimana otaknya si Suhaili ini, dia bisa memadukan antara pembangunan sumber daya alam dan sumber daya manusia sekaligus membangun beton,” katanya menggunakan bahasa Sasak yang diiringi gelak tawa hadirin yang hadir dalam acara itu.
Sementara itu, pihak Garda NTB,Drg. Patahillah mengatakan, Garda NTB akan selalu mendukung segala bentuk kegiatan yang bersifat membangun daerah, membangun alam dan membangun manusia.
Hal itu juga yang melatar belakangi Garga khususnya dirinya memberikan bantuan dan sumbangan berupa semen dan asbes untuk pembangunan balai pertemuan koperasi HTR dan Kemitraan.
“Barangkali yang kami berikan sedikit, tapi itulah bentuk kepedulian saya khususnya dan kami dari Garda pada umumnya terhadap hutan dan kemanusiaan,” tandasnya. (R52)

Minggu, 26 Agustus 2018

Lahirkan Etilisme Lombok Menjadi Juara


Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) merilis kabar bahwa korban bencana akibat gempa bumi mencapai 436 orang, mayoritas dari mereka menghembuskan nafas terakhir setelah tertimpa oleh bangunan yang dirobohkan oleh gempa berkekuatan 7 SR pada 5 Agustus 2018 lalu.

352 ribu pengungsi, 67 ribu rumah rusak serta 600-an sekolah mendapat imbas dari gempa tersebut, namun sampai saat ini sangat disayangkan mengapa bencana ini sangat lambat direspon oleh pemerintah, yang harusnya menjadi pukulan keras bagi pemerintah mengapa tidak ! kenapa bencana yang hampir meluluh lantakan seluruh pulau lombok hanya donatur dan relawan saja yang bergerak hatinya untuk menjadi patriot penolong. Pertanyaannya “kemana andil pemerintah dalam mensejahterakan rakyat” bahkan kata tersebut sudah tertuang dalam sila ke empat. Nampaknya pemerintah sudah lupa akan dasar negara dan pancasila di dalam jati dirinya.

Bencana nasional itu jika korban banyak, daerah luas, dan aparat pemerintah daerah juga lumpuh total, mengutip pemaparan “Sutopo Purwo Nugroho”. Dan masih banyak pemaparan para elit politik lainya.

Bencana ini saya samakan dengan permainan catur, jika salah langkah maka musuh akan menyerang dari berbagai arah tanpa bisa diatasi. Maksudnya begini, penentuan status keadaan darurat bencana baru bisa dilaksanakan oleh pemerintah harus didasari  oleh tingkatan bencana. “untuk tingkat nasional ditetapkan oleh presiden, tingkat provinsi oleh gubernur, dan tingkat kabupaten/ kota oleh bupati/ wali kota” sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2008. Sudahkan anda paham maksudnya ? jadi ketika zona nyaman masyarakat sudah tidak indah dari waktu ke waktu serta bantuan yang disalurkan sudah mencapai puncak serta kejenuhan donatur berada diambang batas, lalu siapa lagi yang akan bergerak dan terketuk hatinya untuk membantu para korban gempa bumi tersebut.

Saat ini pemerintah terlalu asyik dalam memainkan kuda sehingga lupa akan arah kiri dan kanan yang sudah siap untuk menjadi penghancur gerakan al hasil akan game over ...!

Meninjau akan lokasi bencana yang dianggap parah dan tidak memiliki akses jalan yang bagus membuat tim kami harus elus dada, mengapa tidak! Karena kembali saya ulang argumen saya diatas bahwa lambatnya respon pemerintah sehingga harapan masyarakat yang begitu besar terhadap pemerintah sebagai orang tua dalam tatanan suatu negara telah mengacuhkan ribuan warga Indonesia terutama warga Lombok NTB.

Saya ucapkan banyak terimakasi kepada para donatur serta tim relawan yang rela meninggalkan keluarganya demi rasa kemanusiaan yang tinggi terhadap korban gempa Lombok NTB, dan kepada pemerintah semoga dapat diberikan hidayah bahwa sesunggunya dunia mungkin saja sudah muak akan kemunafikan yang selalu saja diulang tiap skenario.

Sabtu, 18 Agustus 2018

Kaum tsamud vs kaum milenial kaitan gempa Lombok



Kemajuan jaman yang kita rasakan saat ini membawa kita pada era dimana setiap kebutuhan dapat terpenuhi dengan menggerakan jari saja maka keinginan terebut akan terpenuhi dalam beberapa waktu. Namun disamping itu terdapat masalah yang serius  disaat dunia serba instan dan disinilah muncul rasa bangga akan kemewahan dunia sehingga kita lupa bahwa nikmat itu tidak datang dengan sendirinya.

Baru-baru ini saya dan bahkan kita semua merasakan guncangan demi guncangan dari detik demi detik gerakan bumi yang sudah tidak bersahabat lagi dengan rasa nyaman sehingga kita merasakan bagaimana rasanya 7 SR menghancurkan titipan-Nya (Allah SWT). Disini sesungguhnya kita harus merenungi bahwa siksa dunia ini tidak akan diturunkan oleh-Nya (Allah SWT) tanpa ada sebab yang mengundang/ menyertainya. Dia tidak akan menurunkan siksa-Nya secara mendadak, kecuali mayoritas penghuninya telah berbuat kerusakan. Jadi sebenarnya kerusakan apa yang telah kita perbuat ? langkah hidup ini sebenarnya sudah membawa kita kejurang penyakit sosial yang amat dalam sehingga yang ma’ruf menjadi munkar dan yang munkar menjadi ma’ruf, efeknya pihak yang berada pada level etilis adalah preman yang didukung pemodal dan orang shalih lemah dan terisolir dari akses ekonomi dan kekuasaan.

Secara umum mungkin kita berfikir bahwa mengapa ujian ini begitu berat untuk kami “sembari mengeluh akan ujian yang telah menimpa”. Sejujurnya mengeluh itu tidak akan dapat menyelesaikan masalah, karena kunci dari masalah itu sudah kita ketahui “ bima kasabat aidinnas” disebabkan banyaknya dosa-dosa mereka.

“kerusakan di darat dan di laut adalah akibat prilaku buruk manusia sendiri. Allah menimpakan azab kepada manusia akibat dari sebagian keburukan yang mereka lakukan. Dengan adanya azab itu semoga mereka mau bertaubat kepada allah.” (QS: Ar Rum [30]: 41)

Jadi itulah bentuk keadilan allah SWT di dunia. Kuncinya berbuat baik membuat kita merasa senang namun sebaliknya berbuat dosa akan dirasakan gugatan batin yang menghampiri terus-menerus. Jika tidak diselesaikan akan menjadi penyakit jiwa bahkan dosa tersebut menyakiti makhluk hidup lainnya (pepohonan dan hewan) hanya saja kita tak bisa mendengar bahwa sesungguhnya mereka menegur dan mengingatkan kita yang sudah semestinya kita harus bersahabat dengan mereka karena kelak merekalah yang akan berbicara untuk menunjukan kepada kita tempat persembunyian yahudi (pohon ghorqod).

“demi matahari dan sinarnya pada pagi hari. Demi bulan apabila mengiringinya. Demi siang apabila menampakkannya. Demi malam apabila menutupinya (gelap gulita). Demi langit serta pembinaanya (yang menakjubkan). Demi bumi serta penghamparannya. Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) nya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. Kaum samud telah mendustakan (rasul-Nya) karena mereka melampaui batas (Zalim). Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka. Lalu Rasul Allah (Salih) berkata kepada mereka, (Biarkanlah) unta betina dari Allah ini dengan minumannya. Namun mereka mendustakannya dan menyembelihnya, karena itu Tuhan membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya (dengan tanah). Dan dia takut terhadap akibatnya. (Qs: Asy-Syams [91]: 1-15).

Sungguh dalam pelajaran yang dapat kita ambil dari arti  Qs Asy-Syams, maka dari itu semoga kita dapat bertobat dari segala kerusakan yang telah kita bina dari tahun ketahun dan kita mulai berbenah diri dari perbuatan orang-orang yang merugi dan semoga kita bukan termaksud golongan manusia yang mengulang kembali sejarah kaum tsamud.

Sabtu, 16 Juni 2018

Laporan Padang Pengembalaan Fakultas Peternakan Unram


PADANG PENGGEMBALAAN
(Penentuan Komposisi Botani Rumput Lapangan Dengan Point Kuadrat Dan Penentuan Produksi Hijauan Dan Penentuan Kapasitas Tampung Ternak)





OLEH:

NAMA           : OJI MULYONO
NIM            : B1D 013 201
KELAS          : 6C1
KELOMPOK       : 1







FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016




1.1  LATAR BELAKANG

            Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan yang ditumbuhi tanaman pakan ternak sehingga ternak dapat merenggut sesuai kebutuhannya dalam waktu yang singkat. Tanaman pakan yang biasa tumbuh di padang penggembalaan meliputi jenis rumput dan legum.
           Hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dan dapat mempengaruhi produktivitas dari ternak itu sendiri, sehingga hijauan pakan ternak harus diperhatikan ketersediaannya, untuk itu dalam praktikum ini dilakukan cara-cara untuk mengetahu ikualitas dari hijauan pakan ternak untuk rumput yang digembalakan. Hijauan pakan yang baik dapat dilihat dari kualitas atau kandungan dari hijauan pakan tersebut. Selain itu hijauan pakan yang baik harus mempunyai jumlah yang cukup atau ketersediannya secara kontinyu.
Salah satu hal yang dilakukan untuk peningkatan produksi ternak harusseiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pakan hijauan. Karena pakanhijauan dapat juga berfungsi sebagai Bulk dan juga sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pertambahan populasi yang begitu pesat akanmenyebabkan peningkatan kebutuhan suplai pakan hijauan, hal ini akanmengakibatkan lebih banyak sumber daya lahan yang diperlukan untuk dijadikansebagai tempat penggembalaan ternak.
Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak jangan sampaikekurangan maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah denganmemanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami sebagai padang pengembalaan dan integrasi ternak terhadap Tanaman makanan ternak kedalam pola perkebunandan pertanian setempat, selain itu perlu adanya pembuatan kebun rumput atau padang penggembalaan yang dapat menyediakan berbagai jenis hijauan unggulserta disesuaikan dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak .
Padang penggembalaan merupakan suatu areal yang ditumbuhi vegetasi dominantfamili Gramineae dan mungkin juga terdapat jenis tumbuhan lainya seperti legume,dan herba lainya yang digunakan untuk makanan ternak. Padang penggembalaandaerah tropik biasanya menghasilkan hijauan yang melimpah pada musim hujan, pada saat sesudah itu tunas tanaman biji tumbuh dan berkembang dengan baik dancepat.

1.2  TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTIKUM
1.2.1 Tujuan Praktikum
a.       Agar mahasiswa dapat mengetahui produksi hijauan
b.      Mahasiswa dapat menghitung daya tampung ternak
c.       Untuk mengetahui komposisi botani tanaman.
d.     Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian kapasitas daya tampung padang pengembalaan.
1.2.2 Kegunaan Praktikum
a.       Untuk mengetahui spesies-spesies tanaman hijaun makanan ternak dalam areal padang penggembalaan.
b.      Dapat mengetahui jumlah ternak yang dapat dipelihara dalam suatu padangan setelah melakukan pengukuran kapasitas/daya tampung.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman pakan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat (Reksohadiprodjo, 1994). Padang penggembalaan dapat terdiri atas rumput-rumputan, kacang-kacangan (legume) atau campuran keduanya (McIlroy, 1976), dimana fungsi kacang-kacangan (legume) dalam padang penggembalaan adalah memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama berupa protein, phosphor dan kalium (Reksohadiprodjo, 1994).
Padang penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan utama, yaitu: Padang Penggembalaan Alam, Padang Penggembalaan Permanen yang sudah diperbaiki, Padang Penggembalaan Buatan (Temporer), dan Padang Penggembalaan dengan Irigasi.
      Padang Penggembalaan Alam
Spesies tumbuh-tumbuhan pakan ternak yang terdapat dalam golongan ini belum disebar atau ditanam dan floranya relatif belum diganggu oleh campur tangan manusia (McIlroy, 1976). Reksohadiprodjo (1994) menambahkan bahwa manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan. Ternak berpindah-pindah secara normal. Menurut Mc Illroy (1976), pengikutsertaan leguminosa yang sesuai untuk membentuk pertanaman campuran rumput atau leguminosa dan pengaturan penggembalaan merupakan langkah pertama yang penting untuk perbaikan padang rumput ini.
      Padang Penggembalaan Permanen yang sudah diperbaiki
Spesies hijauan pakan ternak dalam golongan ini belum disebar atau ditanam tetapi komposisi botaninya telah diubah dengan jalan mengatur penggembalaaan dengan seksama atau dengan pemotongan, drainase, penggunaan pupuk, pengolahan tanah, penanaman ulang dan pemberantasan tumbuh – tumbuhan pengganggu (McIlroy, 1976).

      Padang Penggembalaan Buatan (Temporer)
Tanaman - tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanen atau seling dengan tanaman pertanian (Reksohadiprodjo, 1994).Menurut Susetyo (1980), padang penggembalaan temporer dibedakan menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek dilakukan antara 3-4 tahun yang dilakukan dengan jalan memberikan tanaman selingan berupa tanaman pertanian untuk perbaikan kesuburan tanah.Jangka panjang dilakukan antara 6 - 10 tahun, dimana setelah mencapai kurang lebih 10 tahun padang penggembalaan dibongkar langsung untuk direnovasi, jadi tanpa adanya tanaman selang.

      Padang Penggembalaan dengan Irigasi
Padangan biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan ternak dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 sampai 4 hari. Cara penggembalaan dengan irigasi dibedakan menjadi: cara ekstensif; cara semi ekstensif; cara stripgrazing; seiling (zero grazing) yaitu hijauan dipotong manusia dan diberikan di kandang (Reksohadiprodjo, 1994). Supaya dapat mempertahankan hasil yang tinggi, maka padang penggembalaan irigasi diperlukan pemupukan berat (McIlroy, 1976).

Komposisi botani padang penggembalaan tidak selalu konstan. Perubahan susunan komponen selalu terjadi oleh pengaruh musim, kondisi tanah dan sistem penggembalaan. Komposisi suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh curah hujan, ketinggian tempat dan pengelolaan penggembalaan. Komposisi botani suatu padang rumput sebagian besar ditentukan oleh tata laksananya (McIlroy, 1976). Dijelaskan lebih lanjut bahwa penggembalaan berat pada awal musim penggembalaan yang diikuti dengan periode istirahat cenderung akan menekan jenis tumbuhan yang masak dini dan menguntungkan jenis-jenis yang tumbuh lambat, sedangkan jika menunda penggembalaan sampai musim penggembalaan lebih lanjut akan berpengaruh sebaliknya.

Evaluasi Pastura

Evaluasi pastura merupakan suatu kegiatan observasi/pengamatan dan penilaian terhadap pastura untuk mendapatkan hijauan pakan yang rasional dan reasonable bagi ternak, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Evaluasi suatu pastura dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan cara mengkur langsung komposisi botani, komposisi biomasa dan komposisi kimia suatu pastura. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan melihat respon ternak terhadap pastura yang ada, dapat dilakukan dengan melakukan penggembalaan pada pastura dan kemudian melihat kondisi ternak setelah beberapa waktu kemudian.
Untuk pengukuran secara langsung terdapat beberapa metoda yang dapat dilakukan, diantaranya dengan metoda pengukuran berdasarkan frekuensi (keseringan), berdasarkan density (kepadatan), berdasarkan area cover (penutupan tanah) dan berdasarkan berat dengan Dry Weight Rank (DWR). Dalam metoda pengukuran berdasarkan berat (DWR) ada beberapa tahapan yang mesti dilalui, diantaranya :
-          Bulkyng, ranking, persentase, faktor pengali, Dry Weight (DW), dan interpretasi (untuk total ranking yang memiliki nilai sama).
-          Bulkyng, ranking, faktor pengali, skor, Dry Weight (DW), dan  interpretasi (untuk total ranking yang memiliki nilai yang berbeda).
Kapasitas tampung adalah kemampuan suatu pastura menampung ternak tanpa menyebabkan kerusakan pada padang rumput dan ternak. Kapasitas tampung pastura berbeda-beda karena adanya perbedaan dalam produksi tanah, curah hujandan penyebarannya, topografi dan lain-lain. Oleh karena itu setiap pastura sebaiknyadiisi dengan ternak sesuai dengan kemampuannya.(Manu 2013).
Taksiran kapasitas tampung pastura dapat didasarkan pada jumlah hijauanyang tersedia. Analisis ini memerlukan pengambilan sejumlah cuplikan (sampel)karena melakukan pengamatan secara langsung pada setiap bagian pastura akanmenyebabkan inefisiensi. Penentuan letak petak-petak cuplikan dapat dilakukandengan metode : Pengacakan, Stratifikasi dan Sistematik.  cahaya termasuk faktor lingkungan yang penting, karena peranan yang mendasar dari fotosintesis didalammetabolisme tanaman. Secara fisilogis cahaya mempunyai pengaruh baik lansungmaupun tidak langsung pengaruh pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis dan secara tidak lansung melalui pertumbuhan dan perkembangantanaman.(Andriani 2009).
Soltief (2009) yang menyatakan bahwa kapasitas tampung ternak ruminansia dalam suatu wilayah menunjukkan populasi maksimum ternak sapi potong yang dapat ada di wilayah tersebut berdasarkan ketersediaan pakan hijauan. Suatu padang penggembalaan dinyatakan produktif apabila mempunyai daya tampung lebih dari 0,83 UT/ha/tahun. Hal ini juga didukung oleh pendapat Rusdin et al. (2009) yang menyatakan bahwa daya tampung (carrying capacity) penggembalaan mencerminkan keseimbangan antara hijauan yang tersedia dengan jumlah satuan ternak yang digembalakan di dalamnya per satuan waktu.
Damry (2009) menyatakan bahwa komposisi botani suatu padang pengembalaan tidak selalu konstan karean dipengaruhi musim, kondisi lahan dan pemanfaatan oleh ternak maupun melalui pemotongan oleh manusia. Gambaran umum produksi riil optimum padang penggembalaan dapat dicapai apabila komponen kacang-kacangan berkisar antara 30-40% bahan kering.
Menurut Reksohadiprodjo (1994), tata laksana padang penggembalaan untuk produksi ternak harus tersedia jumlah hijauan pakan yang dimanfaatkan secara maksimal sehingga pertumbuhan ternak yang optimal dapat tercapai. Yunizar, et al., (2013) menyatakan bahwa sumber bahan pakan ternak ruminansia yang utama adalah berbagai jenis rumput rumputan, Masih banyak peternak yang mengembalakan ternaknya di areal yang ditumbuhi rumput secara alam, yang kualitas dan kuatitas rendah sehingga hanya dapat menaikkan berat badan yang relatif kecil. Sawen dan Junaidi (2010) menyatakan bahwa Tinggi rendahnya kualitas suatu padang penggembalaan berkaitan erat dengan komposisi botanis (tumbuhan) yang terdapat pada padang penggembalaan tersebut, sedangkan padatnya ternak yang dipelihara menyebabkan ketersediaan pakan hijauan yang terdapat pada padang penggembalaan alami tersebut tidak mencukupi kebutuhan seluruh ternak yang digembalakan.
Damry (2009) yang menyatakan bahwa kualitas nutrisi hijauan yang tumbuh pada suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya komposisi rumput dan legum. Tanaman legum mengandung nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput dan rendahnya poporsi legum yang ada di padang penggembalaan menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas nutrisi hijauan yang ada. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Junaedi dan Sawen (2010) yang menyatakan bahwa padang penggembalaan tergolong baik apabila proporsi antara rumput dibanding legume adalah sebanyak  3 : 2. Jika proporsi berada dibawah standar, maka dapat dikatakan bahwa kualitas padang penggembalaan masih tergolong rendah.
Menurut Frich ( 1978 ) dalam (Anonim 2014), kebanyakan rumput – rumput alam mempunyai masa pertumbuhan yang pendek sebelum kualitasnya menurun, di samping kapasitas pertumbuhannya yang rendah dibandingkan dengan species – species unggul yang dikembangkan.
Kapasitas tampung mempunyai hubungan yang erat dengan produksi ternak yang dihasilkan. Nitis (1979) dalam (Anonim 2014) menyatakan bahwa produksi rumput yang tumbuh ditanah sawah, kebun, hutan dan pinggir jalan berkisar antara 14-15 ton BK/tahun sedangkan pengunaan sekitar 1,5 ton BK/tahun.Kapasitas tampung ternak ruminansia disuatu wilayah menunjukkan populasimaksimum suatu jenis ternak ruminansia yang ada diwilayah tersebut selanjutnyakapasitas tampung ternak dihitung atas dasar ketersediaan dan produktivitas lahan.Kapasitas tampung disuatu wilayah sangat dipengaruhi oleh iklim, produktivitastanah, dan pola pertanian yang dilakukan didaerah tersebut.
Menurut Syarief, (1980) dalam (Anonim 2014) menyatakan bahwa komponen iklim yang terpenting untuk daerah tropik adalahcurah hujan, tinggi rendahnya curah hujan disuatu daerah berpengaruh langsungterhadap tingkat kesuburan dan pertumbuhan tanaman, bila pertumbuhan tanaman terganggu maka produksinya terganggu pula.
Jenis – jenis rumput yang disukai ternak dan tinggi produksinya, pada umumnya memerlukan derajat kesuburan tanah yang tinggi. Pada tanah – tanah yang subur, pertumbuhan jenis-jenis rumput ini akan mendominasi pertumbuhan rumput lain di padang rumput, species rumput yang kualitasnya rendah akan mendominasi pertumbuhan, dan drainase pada tanah yang basah atau pada tanah yang digenangi air dan irigasi pada tanah yang kering dapat merupakan sarana untuk mengganti species yang produksinya lebih tinggi. ( Mcllroy, 1977 ).
Penelitian yang dilakukan di philipina ( Lopez, 1978 ) dalam (Anonim 2014) terhadap ilmu species rumput tropis seperti Panicum maximum, Pennisitum purpurium, Brachiaria mutica dan Setaria spacelata, memperlihatkan produksi bahan kering yang cukup tinggi. Rumput tersebut mempunyai respon yang cukup baik terhadap tata laksana dan pemupukan.



BAB III
MATERI DAN METODE

3.1. Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum Padang Pengggembalaan dilaksanakan pada :
Waktu pelaksanaan : Sabtu,21 Mei 2016
Tempat                    :Sesaot kecematan Narmada
Jam                          : 11:00 – 12 : 00
3.2. Materi Praktikum
3.2.1. Alat Praktikum.
Ø  Acara I: Penentuan Komposisi Botani Rumput Lapangan Dengan Point Kuadrat.
Adapun alat- alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
a.       Point kuadrat dengan kelengkapannya
b.      Tali rafia
c.       Alat ukur meter
d.      Buku identitas spesies tanaman
e.       Alat tulis menulis
Ø  Acara II: Penentuan Produksi Hijauan Dan Penentuan Kapasitas Tampung Ternak
Adapun alat- alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
a.       Frame ukuran 1 x 1 meter
b.      Sabit
c.       Timbangan
d.      Kantong plastic
3.2.2. Bahan Praktikum
Ø  Acara I: Penentuan Komposisi Botani Rumput Lapangan Dengan Point Kuadrat.
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum adalah:
a.       Rumput lapangan
b.      Leguminosa
Ø  Acara II: Penentuan Produksi Hijauan Dan Penentuan Kapasitas Tampung Ternak
Adapun alat- alat yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
a.       Rumput lapangan
b.      Leguminosa
3.3. Metode Praktikum
Ø  Acara I: Penentuan Komposisi Botani Rumput Lapangan Dengan Point Kuadrat.
Penentuan Tempat Pancang Point Kuadrat
1.      Ditentukan tempat pertama(A) secara acak pada lahan.
2.      Dari A ditarik garis lurus menuju tempat B dan C ,dimana garis AB tegak lurus AC dan panjang yaitu 100 meter kemudian AB dan AC dibagi masing – masing menjadi 6 dengan jarak antara yang sama yaitu 20 meter.
3.      Ditarik garis pemisah yang sama sudut CAB membentuk diagonal menuju tempat D dan garis yang terbentuk dibagi menjadi 10 bagian dengan jarak antara yang sama yaitu lebih kurang 14.14 meter.
4.      Ditarik garis BD dan DC , masing – masing garis dibagi menjadi 5 bagian dengan jarak antara yang sama yaitu 20 meter.
5.      Melalui tempat- tempat yang terbentuk, ditarik garis – garis penolong penghubung yang pada akhirnya akan terbentuk keseluruhan tempat panjang sebanyak 60 tempat.
Pendataan Komposisi Botani
1.        Pada masing – masing tempat pancang alat dilakukan pemancangan alat secara tegak lurus dan horizontal terhadap permukaan tanah.
2.        Satu alat ini mempunyai 5 lubang pin dan yang dipakai di tentukan sebanyak 2 buah, sehingga dari luasan 1 Ha petak contohnya yang ada di setiap desa terdapat 120 kali point sampling (2 x 60). Setelah pemancangan alat maka pin yang pertama mulai dimasukkan kedalam lubangnya.
3.        Setiap tanaman atau lahan yang tersentuh pin diambil sebagai data,untuk tanaman ditentukan nama latinnya melalui cara identifikasi spesies.
Ø  Acara II: Penentuan Produksi Hijauan Dan Penentuan Kapasitas Tampung Ternak.
1.      Tentukan lahan yang akan ditentukan kapasitas tampungnya.
2.      Tentukan cuplikan pertama secara acak,kemudian cuplikan kedua diambil pada jarak lurus 10 langkah ke kanan dari cuplikan pertama, demikian seterusnya sehingga didapatkan satu kumpulan cuplikan(cluster).
3.      Cluster selanjutnya diambil pada jarak 125 meter dari cluster sebelumnya.
4.      Lakukan pemotongan semua hijauan yang terdapat dalam frame setinggi 5 sampai 10 cm dari permukaan tanah.
5.      Bila cuplikan jatuh pada tanaman pohon – pohonan ,yang mungkin dimakan oleh ternak ,dipotong sampai setingggi 1.5 meter.
6.      Timbang berat segar hijauan tiap cuplikan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum

 Tabel 1. Komposisi botani pada padang penggembalaan

Jenissampel

                 SAMPEL  
Berat rata-rata (gr)

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
Q1
-
8
17
-
8
-
-
-
-
-
40
-
-
-
38
22,2
Q2
-
-
-
28
22
13
125
-
-
-
114
-
-
-
-
60,4
Q3
-
-
-
-
-
-
135
40
36
-
-
-

-
94
76,25
Q4


-
-
-
-
-
-

-
91

18
28
160
74,25
Q5
-
-
-
-
-
44
14
-
-
78
146
-
-
-
-
70,5
Q6
-
-
-
141
-
-
110
-
22
-
11
15
69
-
-
61,3
                                                                                             Total
60,81

Keteragan jenis spesies :
A.    = Rumput Teki
B.     = Centrocema Pubescens
C.     = Rumput Karpet
D.    = Paspalum Conjugatum
E.     = Fululia Aura
F.      = Desmodium Triflonum
G.    = Eleucine Indica
H.    = Desmanthus Visgatus
I.       = Digiti Ciliaris
J.       = Dishatilum Anratum
K.    = Selaguri
L.     = Eragrotis
M.   = Tenufolia
N.    = Masaki
O.    = Saki
Perhitungan komposisi botani:
·         Q1= x100% =  13.28%
·         Q2= x 100% =  36,13%
·         Q3= x100% =  15,70%
·         Q4= x 100% = 44,41%
·         Q5=  x 100% = 42,17%
·         Q6= x 100% = 36,67%

Tabel 2. Frekuensi tanaman
Jenistanaman
Nomorpelemparan
total
1
2
3
4
5
6
    A
-
-
-
-
-
-
-
    B
+
+
-
-
-
-
2
    C
+
-
-
-
-
-
1
    D
+
-
-
-
-
+
2
    E
+
+
-
-
-
-
2
    F
_
+
-
-
+
-
2
   G
_
+
+
-
+
+
4
   H
_
-
+
-
-
-
1
    I
_
_
+
-
-
+
2
    J
_
_
_
_
+
-
1
K
+
+
-
+
+
+
5
L
-
-
-
-
-
+
1
M
-
-
-
+
-
+
2
N
-
-

+
-
-
1
O
+
-
+
+
-
-
3


Keteragan jenis spesies :
A= Rumput Teki
B= Centrocema Pubescens
C= Rumput Karpet
D= Paspalum Conjugatum
E= Fululia Aura
F= Desmodium Triflonum
G= Eleucine Indica
H= Desmanthus Visgatus
I= Digiti Ciliaris
J= Dishatilum Anratum
K= Selaguri
L= Eragrotis
·         Perhitungan Frekuensi Tanaman
A.     100% = 0%
B.     x 100 % = 33,3 %
C.      x 100% = 16,6%
D.     x 100% = 33,3%
E.     x100% = 33,3%
F.      100% = 33,3%
G.     x 100 % = 16,6%
H.     x 100 % = 16,6%
I.        x 100% = 33, 3%
J.        x 100 % = 16,6%


Acara II: Penentuan Produksi Hijauan Dan Penentuan Kapasitas Tampung Ternak
·         Produksi
SampelKuadran
Berat (gr)
         A
22,2
         B
60,4
         C
76,25
         D
74,25
         E
70,5
         F
61,3
       total
364,9/6 = 60,8

·         perhitungan daya tampung
luas lahan : 30 are = 3000 m2
produksi/m2= 60,8 gr/m2
PUF = 40% (sedang)
Area cover = 80%
Luas lahan = 3000 x 60,8
= 182400gr/m2
= 182,4  kg/m2
Konsumsi/hari dengan bobot badan kambing 30 kg
10/100x30=3 kg/ekor/hari
Konsumsi/bulan: 90 kg/ekor/bulan
Konsumsi/tahun= 1080 kg/ekor/tahun
Daya tampung =
= 0,6
= 1 ekor kambing/m2/bulan

4.2. Pembahasan
4.2.1        Penentuan Komposisi Botani Rumput Lapangan Dengan Point Kuadrat
Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan penentuan komposisi botani dengan point kuadrat yang dilakukan dengan 6 kali pelemparan kuadrat,pelemparan kuadrat pertama(Q1) dengan berat rata – rata spesies tanaman 31 gram yang terdiri dari Eleucine Indica, Chrysopogan Aciculatus, Eragrotis Browni, Sporobolus Indicus dan Delilan,pelemparan kuadrat kedua (Q2) dengan berat rata – rata spesies tanaman 20.63 gram yang terdiri dari  Eleucine Indica, Chrysopogan, Aciculatus,  Delilan, Digitaria Cliaris, Brachyachne Convergens, Tephrosia, Saki dan Selaguri.pelemparan ketiga (Q3) dengan berat rata – rata spesies tanaman 49 gram yang terdiri dari Eleucine Indica, Delilan, Digitaria Cliaris, Dichantium Annulatum dan Saki. Pelemparan keempat (Q4) dengan berat rata – rata spesies 14.2 gram yang terdiri dari Eleucine Indica, Delilan, Digitaria Cliaris, Schizachrium Snginium dan Saki.Pelemparan kelima (Q5) dengan berat rata – rata spesies tanaman 21.5 gram yang terdiri dari  Eleucine Indica, Delilan, Schizachrium Snginium, Tephrosia, Saki dan Selaguri dan Pelemparan kuadrat keenam (Q6) dengan berat rata – rata 30.83 gram yang terdiri dari  Eleucine Indica, Chrysopogan Aciculatus, Paspalum Conjugatum, Tephrosia, Saki dan Selaguri. Dengan berat keselurahan pelemparan kuadat hijauan tanaman adalah 167,16 gram sedang berat awal hijauan tanaman di lapangan sesaot adalah 186 gram hal ini terjadi karena penurunan kadar air hijauan tanaman yang di karena oleh penentuan spesies – spesies tanaman dilakukan keesokan harinya. Setelah penentuan spesies – spesies hijauan tanaman akan di lakukan perhitungan komposisi botani berdasarkan berat rata – rata sampel pelemparan kuadrat. Pada kuadrat (Q1) komposisi botani sebesar 18.55 %, Kuadrat (Q2) 12.35 %, Kuadrat (Q3) 29.31%, kuadrat (Q4) 8.50 %, Kuadrat (Q5) 12.86 % dan kuadrat (Q6) 18.44%.
Berdasarkan hasil praktikum penentuan frekuensi  tanaman hijauan makanan ternak di peroleh frekuensi tanaman Eleucine Indica adalah 100%, Chrysopogan Aciculatus 50 %, Eragrotis Browni 16.7 %, Sporobolus Indicus 16.7%, Delilan 83.33%, Digitaria Cliaris 50%, Brachyachne Convergens 16.7%, Dichantium Annulatum 16.7%, 33.33%, dan Paspalum Conjugatum 16.7%. sehingga spesies tanaman hijauan tanaman makanan ternak yang memiliki frekuensi tertinggi adalah eleucine indica.
4.2.2.  Penentuan Produksi Hijauan Dan Penentuan Kapasitas Tampung Ternak.
Berdasarkan hasil praktikum produksi hijauan di tentukan dengan melakukan pelemparan kuadrat, alat yang di gunakan untuk pelemparan kuadrat berukuran 1m2 dan akan dilakukan enam kali pelemparan kuadrat kemudian menyabit rumput yang berada di dalam alat kuadrat untuk menentukan produksi hijauan,lahan yang digunakan seluas 30 are dan PUF yang di gunakan adalah PUF sedang yaitu 40 – 50 %.Sampel A(Q1) produksi hijauannya adalah 190 gram, Sampel B (Q2) 175 gram, Sampel C(Q3) 310 gram, Sampel D (Q4) 85 gram, Sampel E(Q5) 145 gram dan Sampel F (Q6) 120 gram. Jadi berat rata – rata produksi hijauan 1m2 adalah 186 gram. Sehingga produksi hijauan dengan luas lahan 30 are adalah 558000gr/m2 atau 558 kg/m2 dan hanya mampu menampung 3 ekor kambing/m2/bulan  yang berat badannya 30 kg.


BAB V
PENUTUP

5.1.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat di simpulkan bahwa dapat di simpulkan sebagai berikut:
a)      Spesies – spesies tanaman yang terdapat di lapangan sesaot kecematan narmada dengan luas lahan 30 are yang dilakukan dengan enam kali pelemparan kuadrat terdiri dari Eleucine Indica, Chrysopogan Aciculatus, Eragrotis Browni,  Sporobolus Indicus, Delilan, Digitaria Cliaris, Brachyachne Convergens, Dichantium Annulatum, Schizachrium Snginium, Paspalum Conjugatum, Uraria,Tephrosia, Saki dan Selaguri.dan tanaman yang paling dominan kemunculannya dari enam kali pelemparan kuadrat adalah Eleucine Indica.
b)      Lahan yang luasnya 30 are hanya mampu memproduksi hijauan 558000gr/m2 atau 558 kg/m2 yang  hanya mampu menampung 3 ekor kambing/m2/bulan  yang berat badannya 30 kg.


DAFTAR PUSTAKA
Mc Ilroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropis. Pradnya Paramita. Jakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak tropik. Edisi Ketiga. BPFE. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soltief, M.S. 2009. Kajian kawasan sapi potong di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Tesis Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anonim.2014. laporan praktikum tata laksana padang.
Damry. 2009. Produksi dan kandungan nutrien hijauan padang penggembalaan alam di        Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso. Jurnal Agroland 16 (4) : 296-300


Popular Posts

Definition List

Unordered List

Support